
Khittah.co, Takalar – Desa pesisir Maccini Sombala, Kecamatan Galesong, Kabupaten Takalar, kini menjadi sorotan berkat inovasi pemasaran produk olahan rumput laut berbasis digital. Melalui program Pengabdian kepada Masyarakat berbasis wilayah pemberdayaan desa binaan, dua perguruan tinggi besar di Sulawesi Selatan, Universitas Muhammadiyah Makassar (Unismuh) dan Universitas Hasanuddin (Unhas), berkolaborasi memperkenalkan strategi pemasaran daring bagi pelaku usaha masyarakat pesisir.
Kegiatan yang digelar pada 1–2 November 2025 itu bertujuan memperkuat kemampuan pelaku usaha lokal agar mampu bersaing di pasar nasional dan global melalui pemanfaatan teknologi digital. Sinergi antarperguruan tinggi ini menjadi wujud nyata komitmen akademisi dalam mendorong transformasi ekonomi masyarakat berbasis potensi lokal secara berkelanjutan.
Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen rumput laut terbesar di dunia. Namun potensi besar itu belum sepenuhnya dimanfaatkan karena keterbatasan inovasi pengolahan dan strategi pemasaran. Desa Maccini Sombala, yang selama ini dikenal sebagai sentra rumput laut di Takalar, umumnya masih menjual bahan mentah dengan nilai jual yang rendah.
Ketua tim pelaksana pengabdian, Kasmiati, Ph.D., menilai perubahan perilaku konsumen menuju belanja digital merupakan peluang besar bagi masyarakat pesisir.
“Sudah saatnya produk rumput laut kita tidak hanya dijual di pasar tradisional, tetapi juga hadir di marketplace dan media sosial,” ujarnya.
Inovasi Produk dari Laut
Pelatihan yang berlangsung di Balai Desa Maccini Sombala dikemas secara interaktif dan aplikatif. Pemateri utama, Dr. Rahmi, memaparkan materi bertajuk “Pemasaran Produk Rumput Laut Secara Online: Strategi Digital dalam Meningkatkan Nilai Tambah dan Daya Saing Produk.”
Ia menekankan pentingnya branding dan storytelling dalam membangun identitas produk lokal.
“Produk rumput laut harus punya identitas yang kuat. Misalnya, menonjolkan kisah dari pesisir Makassar dengan slogan seperti ‘Sehat dan Alami dari Laut Kita’, agar konsumen merasa terhubung secara emosional,” jelasnya.
Peserta juga diajarkan langkah-langkah praktis, mulai dari membangun merek, membuat konten kreatif, memanfaatkan media sosial, membuka toko daring di marketplace, hingga menggunakan sistem pembayaran digital. Peserta kemudian mempraktikkan langsung cara membuat akun bisnis dan menulis deskripsi produk yang menarik.
Kegiatan ini turut menampilkan berbagai produk olahan rumput laut karya masyarakat Maccini Sombala, seperti:
Dodol rumput laut, camilan lokal kaya serat, Jelly dan permen sehat dengan rasa alami, Sabun dan kosmetik berbahan ekstrak rumput laut, Pupuk organik cair hasil inovasi limbah rumput laut.
Ragam produk tersebut menjadi bukti bahwa rumput laut bukan hanya bernilai ekonomis, tetapi juga mendukung gaya hidup sehat dan berkelanjutan.
Pada sesi lanjutan, peserta diperkenalkan dengan strategi digital untuk memperluas jangkauan pasar. Media sosial digunakan untuk membangun citra merek, sementara marketplace menjadi kanal penjualan efektif.
Digitalisasi Menuju Daya Saing Global
Menurut Dr. Rahmi, digital storytelling berperan penting dalam menciptakan hubungan emosional antara konsumen dan produk.
“Konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga cerita di balik produk itu,” ujarnya.
Ia menambahkan, dengan strategi digital yang tepat, masyarakat bisa menjual produknya ke seluruh Indonesia bahkan dunia tanpa meninggalkan desanya.
“Cukup dengan ponsel dan koneksi internet, masyarakat bisa menjangkau pasar global,” katanya.
Salah satu kisah sukses yang diangkat adalah usaha “Dodol Rumput Laut Mandiri” di Makassar. Setelah beralih ke pemasaran digital melalui Instagram dan Shopee, omzet usaha ini meningkat hingga 150 persen dalam enam bulan. Kunci keberhasilannya terletak pada konsistensi unggahan, kualitas foto, dan kolaborasi dengan influencer lokal.
Kisah ini menjadi motivasi bagi peserta pelatihan untuk berinovasi dan mengembangkan usaha berbasis potensi daerah.
Program ini menjadi wujud nyata kolaborasi Unismuh dan Unhas dalam mendukung pemberdayaan masyarakat pesisir. Melalui pendekatan edukatif dan teknologi, kegiatan ini diharapkan menciptakan kemandirian ekonomi yang berkelanjutan.
Inisiatif tersebut juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) poin ke-8 (Decent Work and Economic Growth) dan ke-14 (Life Below Water), serta mendukung visi Kampus Merdeka yang berorientasi pada solusi nyata bagi masyarakat.
Di akhir kegiatan, peserta sepakat membentuk Komunitas Digital Marketing Rumput Laut Takalar sebagai wadah berbagi informasi dan pengalaman antar pelaku usaha.
“Jangan takut berinovasi. Dunia digital adalah peluang besar bagi masyarakat pesisir untuk menunjukkan bahwa produk lokal juga bisa mendunia. Dengan kemauan belajar dan kerja sama, rumput laut Takalar bisa menjadi ikon ekspor baru Sulawesi Selatan.”
Program ini diharapkan menjadi model pemberdayaan ekonomi kreatif berbasis desa binaan yang dapat direplikasi di wilayah pesisir lain di Indonesia. Melalui digitalisasi, produk laut tidak lagi hanya komoditas mentah, melainkan menjadi produk unggulan bernilai tambah yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat.





















