Oleh: Haidir Fitra Siagian
OPINI – Bercanda atau humor adalah salah satu cara yang digunakan seseorang untuk menghibur orang lain, baik itu teman, keluarga, mahasiswa dalam kelas, atau khalayak lainnya. Hiburan ini memainkan peran penting dalam kehidupan manusia, menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam interaksi sosial.
Orang yang senang bercanda biasanya dikenal memiliki kepribadian ceria dan suka membuat orang di sekitarnya tersenyum. Namun, bercanda tetap perlu dilakukan dengan batasan yang jelas, menjaga etika dan rasa hormat, agar tidak menyinggung individu, agama, negara dan juga Tuhan (sang penguasa alam).
Humor, dalam konteks ini, adalah sarana yang dapat mempererat hubungan, membawa keceriaan, dan meredakan ketegangan. Meskipun dianggap sebagai hiburan ringan, humor terbukti memiliki dampak positif pada kesehatan mental dan fisik. Penelitian menunjukkan bahwa humor dapat meredakan stres, meningkatkan suasana hati, serta mempererat hubungan sosial.
Tawa yang muncul dari humor merangsang pelepasan endorfin, hormon yang menciptakan rasa bahagia, juga berkontribusi pada penurunan tekanan darah dan peningkatan fungsi sistem kekebalan tubuh. Dengan kata lain, bercanda tidak hanya bersifat rekreatif, tetapi juga memberi manfaat nyata bagi kesejahteraan.
Dari sisi mental, humor juga membantu mengurangi perasaan cemas dan perasaan tertekan. Ketika seseorang tertawa, beban pikiran yang berat dapat terasa lebih ringan, memperlihatkan bahwa bercanda adalah cara kita mengelola kesehatan mental. Dalam dunia yang penuh tekanan, bercanda menjadi salah satu cara alami untuk melepaskan kecemasan berlebihan, menjadikannya lebih dari sekadar hiburan, tetapi juga alat penyembuhan.
Dalam ilmu komunikasi, humor memainkan peran besar dalam membangun hubungan yang lebih dekat antara individu. Penggunaan humor dapat mengurangi ketegangan, menciptakan suasana santai, serta mempererat ikatan. Humor dalam komunikasi membuka jalan untuk pesan yang lebih mudah diterima, terutama dalam situasi rumit atau sensitif di mana pendekatan serius mungkin tidak cukup efektif. Humor mampu mengubah suasana tegang menjadi lebih ringan, dan tetap menjaga hubungan meskipun dalam perbedaan.
Sebagaimana dijelaskan dalam podcast Think Fast Talk Smart oleh Stanford Graduate School of Business berjudul Make Em Laugh: How to Use Humor as a Secret Weapon in Your Communication, humor membantu komunikator menjalin hubungan lebih baik dengan audiens. Humor dapat meredakan ketegangan, meningkatkan kredibilitas, membangun kepercayaan, dan mempengaruhi audiens untuk menerima sudut pandang yang disampaikan. Ini menegaskan bahwa humor adalah alat strategis dalam komunikasi yang berhasil, bukan hanya sarana hiburan.
Humor juga memiliki dimensi sosial dan politik yang menarik. Sejak zaman dahulu, humor telah digunakan untuk menyampaikan kritik atau pandangan sosial. Dalam bentuk stand-up comedy, seperti yang dilakukan Bintang Emon, humor digunakan untuk menyampaikan pesan dengan cara yang halus namun tajam. Dalam konteks ini, humor menjadi bagian dari kebebasan berekspresi, memungkinkan orang menyampaikan ketidakpuasan atau kekhawatiran tanpa terjebak dalam debat yang lebih serius.
Namun, penting diingat bahwa tidak semua humor dapat diterima dalam segala suasana. Harus mempertimbangkan konteks dimana kita berada.
Dalam Islam, bercanda tentang Tuhan, agama, atau hal-hal yang dianggap sakral adalah pelanggaran yang serius. Islam mengajarkan umatnya untuk selalu menghormati Allah dan ajaran-Nya. Segala bentuk ucapan atau tindakan yang merendahkan Tuhan dianggap sebagai pelanggaran besar terhadap keimanan. Dalam Surah At-Taubah ayat 65-66, Allah SWT dengan tegas memperingatkan bahwa mereka yang mengolok-olok Allah, ayat-ayat-Nya, dan Rasul-Nya telah menjadi kafir setelah sebelumnya beriman.
Bercanda tentang hal-hal keagamaan, terutama yang melibatkan Allah dan Rasul, menunjukkan kurangnya penghormatan terhadap nilai-nilai agama. Meskipun bertujuan untuk menghibur, guyonan semacam ini tetap tidak dibenarkan. Islam mengajarkan agar umatnya menjaga etika dalam bercanda, menghindari hal-hal yang bersifat sakral. Menghina atau memperolok nilai-nilai agama bisa merusak hubungan seseorang dengan Tuhan, sehingga penting untuk bertaubat dengan sungguh-sungguh jika terjerumus dalam tindakan ini.
Kesadaran untuk menjaga ucapan dan tindakan merupakan bagian dari ketakwaan kita. Menghormati Allah dan ajaran-Nya bukan hanya kewajiban, tetapi juga bentuk cinta dan ketaatan kepada Sang Pencipta. Oleh itu itu, bercanda seharusnya dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan rasa hormat, menghargai nilai-nilai yang dijunjung tinggi. Ketika bercanda dengan perhatian terhadap konteks dan batasan, humor bisa menjadi alat yang efektif untuk menyatukan orang, meredakan ketegangan, dan menciptakan suasana yang lebih seria.
Menghormati agama dan Tuhan saat bercanda dalam konteks keberagaman dan nilai-nilai demokrasi adalah bentuk saling menghargai perbedaan dalam masyarakat. Keberagaman, baik agama, budaya, maupun pandangan hidup, adalah kenyataan yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Dalam masyarakat yang pluralistik, humor yang menyinggung agama atau Tuhan bisa sangat sensitif, boleh jadi berpotensi melahirkan konflik.
Humor, meskipun berguna untuk mencairkan suasana atau meredakan ketegangan, tetap harus mempertimbangkan keberagaman ini. Bercanda tentang agama atau Tuhan bisa dianggap penghinaan bagi mereka yang memegang agama tersebut, karena hal-hal itu dianggap sakral dan tak boleh dipermainkan. Keberagaman agama membutuhkan sensitivitas tinggi. Dalam masyarakat demokratis, kebebasan berekspresi adalah hak yang dijunjung, namun kebebasan ini harus disertai dengan tanggung jawab untuk menghormati orang lain.
Dalam konteks demokrasi, humor yang menyinggung agama atau Tuhan bisa mengancam prinsip dasar kehidupan sosial yang toleran dan saling menghormati. Kebebasan berbicara harus dijaga agar tidak menyinggung atau memalukan kepercayaan orang lain. Oleh itu, penting bagi setiap individu untuk menghormati batasan etika dan norma, menjaga komunikasi dengan bijaksana, dan menghindari menyinggung keyakinan atau kepercayaan orang lain.
Selain itu, dalam menjaga keharmonisan sosial, humor harus digunakan untuk menjaga rasa persatuan. Bercanda dengan menghormati agama dan Tuhan orang lain adalah cara menunjukkan penghargaan terhadap perbedaan, tanpa mengurangi nilai humor itu sendiri. Humor yang menyentuh kritik sosial atau politik bisa lebih efektif dan menghibur jika disampaikan dengan bijaksana, tanpa menyentuh agama atau kepercayaan orang lain.
Menghormati agama dan Tuhan saat bercanda dalam konteks keberagaman dan demokrasi bukan hanya tentang menghindari kata atau tindakan yang menyinggung, tetapi juga tentang bagaimana kita berkomunikasi dengan penuh kesadaran, rasa tanggung jawab yang tinggi, dan rasa saling menghormati. Ini adalah bagian dari penghargaan terhadap hak asasi manusia, termasuk hak untuk memegang agama dan kepercayaan. Candaan yang bijaksana dalam keberagaman memperkuat tali persaudaraan dan mempromosikan kedamaian, bukan justru sebaliknya.