KHITTAH.CO, Solo – Kiai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah, ternyata terinspirasi mendirikan Kepanduan Hizbul Wathan karena melihat kegiatan-kegiatan latihan baris-berbaris Patvinder di halaman Istana Mangkunegaran.
Jejaknya terlihat dari warna bendera selaras dengan warna bendera Praja Mangkungaran yaitu hijau dan kuning.
Hal itu diungkapkan Ketua Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah (PDPM) Solo, Andi Tri Prasetyo, saat melakukan silaturahmi dengan Sri Paduka Mangkunegara X, KGPAA Bhre Cakarahutomo Wira Sudjiwa di Pura Mangkunegaran, Rabu (3/4/2024).
Pertemuan tersebut ingin merajut kembali kedekatan Muhammadiyah dengan Mangkunegaran dan membahas kerja sama ekonomi dan budaya.
Cerita pendirian HW tersebut, kata Andi Tri Prasetyo, menyiratkan pesan pondasi histori yang kuat bahwa Muhammadiyah dan Mangkunegaran memiliki kesamaan visi yakni berkemajuan dalam menjawab kebutuhan dan trend budaya.
Dalam pertemuan tersebut, Ketua PDPM Solo itu juga menceritakan nostalgia kedekatan Mangunegoro VIII dan dukungan terhadap agenda-agenda kegiatan Muhammadiyah.
“Satu-satunya organisasi kemasyarakatan yang menarik hati Mangkunegoro VIII hanyalah Muhammadiyah dan akhirnya menjadi anggota Muhammadiyah,” jelasnya.
Sri Paduka Mangkunegara X, Kanjeng Gusti Bhre menyampaikan pesan kepada Pemuda Muhammadiyah Solo agar bersama-sama merawat akar budaya Jawa. “Akar budaya haruslah tetap, namun mengikuti perubahan dan perkembangan zaman,” ungkapnya.
Perbincangan dalam pertemuan tersebut berlangsung cair dan penuh guyon. Menariknya pembicaraan mengarah pada kepercayaan yang diberikan Mangkunegaran kepada Muhammadiyah. Terdapat cerita-cerita terkait Masjid Al Wustho yang dipercayakan kepada Muhammadiyah untuk dikelola. Bahkan dokter dari Muhammadiyah dipercaya menjadi juru sunat untuk abdi dalem, Adipati dari Mangkunegaran.
Wakil Ketua Bidang Hukum, Advokasi, Hikmah dan Hubungan Antar Lembaga, Ahmad Zia Hakim menekankan dalam pertemuan tersebut, Pemuda Muhammadiyah Solo menawarkan kerja sama dalam bidang Ekonomi dan Budaya. Kegiatan yang menjadi penawaran berupa wisata histori Mangkunegaran yang memiliki benang merah dengan Muhammadiyah. Selain itu, kolaborasi dalam bidang kebudayaan, kelimuan, dakwan dan kewirausahaan, serta algoritma politik jawa.
“Alhamdulillah kami menawarkan kerja sama kegiatan wisata histori Mangkunegaran dan diskusi bertemakan kemandirian ekonomi yang melibatkan Mangkunegaran dan Muhammadiyah,” katanya.
Zia menambahkan output yang diinginkan dalam kerja sama tersebut adalah ingin menghidupkan nafas kebudayaan Jawa dan keagamaan Islam versi Muhammadiyah dan Islam Mataram Mangkunegaran. Berkegiatan secara berkala dwi bulan atau triwulan berkolaborasi dengan Mangkunegaran disertai lembaga pendidikan Muhammadiyah dan keluarga besar angkatan muda Muhammadiyah untuk belajar sejarah Mangkunegaran.
Pertemuan diakhiri dengan penyerahan cendera mata dan foto bersama. Ketua Pemuda Muhammadiyah Solo, Andi Tri Prasetyo menyerahkan cendera mata berupa foto Mangkunegoro VII berlatar belakang Muhammadiyah dan Kaos Muhammadiyah since 1912.