KHITTAH.CO, Luwu Utara – Tak diduga sebelumnya, kecamatan Masamba di kabupaten Luwu Utara dilanda bancana banjir bandang. Baebunta satu dari enam kecamatan yang terdampak merupakan daerah yang kaya akan kuliner khas nusantara. Masamba sendiri sebagai kecamatan pascabanjir menerjang menjadi luluhlantak.
Mengutip laman resmi Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dilaporkan bahwa 21 warga meninggal dunia akibat banjir bandang yang menerjang sejumlah kecamatan di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan, pada Senin lalu. Data tersebut bersumber dari Basarnas per Rabu (15/7/2020).
Sementara itu, BPBD setempat melaporkan (15/7/2020), pascabanjir sebanyak 156 KK (655 jiwa) mengungsi dan 4.202 KK (15.994 jiwa) terdampak. Sedangkan kerugian material tercatat 4.930 unit rumah terendam, 10 unit rumah hanyut, 213 unit rumah tertimbun pasir bercampur lumpur, 1 Kantor koramil 1403-11 terendam air dan lumpur ketinggian 1 m, jembatan antar desa terputus dan jalan lintas provinsi tertimbun lumpur setinggi 1 hingga 4 m.
Sehari pascabanjir, lembaga amil zakat nasional, melalui Lazismu kota Parepare menerjunkan relawan dan berkoordinasi dengan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan angkatan muda Muhammadiyah kabupaten Luwu Utara. Perhitungan waktu menuju lokasi diperkirakan memakan waktu 8 jam.
Setiba di lokasi bencana, bantuan logistik dan tim relawan Muhammadiyah diturunkan ke beberapa titik paling terdampak. Saiful Amir selaku Sekretaris Lazismu Kota Parepare, siang ini mengabarkan (16/7/2020), relawan akan membantu warga membersihkan puing-puing sampah dan tumpukan kayu, serta barang rumah tangga yang masih sempat diselamatkan.
“Titik lokasi yang ada yakni pemukiman yang dekat dengan runtuhnya jembatan Masamba, dan Desa Radda sebagai titik berikutnya merupakan lokasi terparah dengan lumpur tebal yang dibawa arus deras banjir. Rumah-rumah warga dan harta benda tak bisa diselamatkan, kemungkinan masih ada warga yang hilang tersapu banjir berlumpur,” paparnya.
Menurut informasi warga, seperti diungkapkan Saiful, banjir lumpur mencapai atap rumah. Warga tak menyangka banjir datang sehingga tidak bisa menyelamatkan harta bendanya. Mereka berlari dengan pakaian yang melekat di badan. Banyak warga yang tertimbun lumpur karena sampai sekarang belum ditemukan, kata Saiful dengar cerita warga yang mengejutkan.
Selain itu, fasilitas umum juga lumpuh, listrik mati, PDAM juga tidak berfungsi serta SPBU tidak beroperasi, sehingga aktifitas warga hanya menunggu bantuan logistik dan bahan makanan dari berbagai pihak.
Aksi relawan Muhammadiyah bergerak cepat, kata Saiful. Mereka membuat dapur umum agar bisa melayani warga yang membutuhkan asupan makanan. Tak sedikit warga yang menyelamatkan diri mengungsi ke tempat yang berdataran tinggi tanpa bekal dan tenda seadanya. Kami juga melapor dan berkoordinasi dengan semua pihak, agar aksi kemanusiaan ini berjalan dengan baik, ungkap Saiful.
Sekretaris PDM Luwu Utara, Andi Lala, yang turut berkoordinasi mengatakan, komando aksi siaga telah difungsikan kepada para relawan untuk membuat Posko Koordinasi dan Posko Layanan. Rencananya akan dipasang di beberapa titik untuk memudahkan distribusi bantuan kepada warga pengungsi. “Sampai saat ini kami sangat membutuhkan relawan khususnya dari MDMC dan tim medis,” ungkapnya. (sf/na)