Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Berita

Tim Dosen Unismuh Dampingi Usaha Abon di Pangkep

×

Tim Dosen Unismuh Dampingi Usaha Abon di Pangkep

Share this article

KHITTAH.CO, Pangkep — Kelompok Usaha Mikro (UKM) Sikamaseang di Desa Bonto Manai, Kecamatan Labakkang, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, pelan-pelan bertransformasi menjadi sentra abon ikan bandeng. Perubahan itu terjadi setelah tim dosen dari Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar memperkenalkan teknologi mesin pengolahan ikan bandeng dalam program Pengabdian kepada Masyarakat (PKM).

Program bertajuk “Pemanfaatan Mesin Pengolahan Ikan Bandeng (Chanos chanos) di Kabupaten Pangkep” tersebut diketuai Andi Arie Andriani, dosen Program Studi Pendidikan Fisika; Akmaluddin, dosen Budidaya Perikanan Unismuh Makassar; dan Muhammad Nadhar, dosen Ekonomi Universitas Islam Makassar. Pengabdian ini dibiayai oleh DPPM Direktorat Riset dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) berdasarkan SK Hibah Nomor 0915/C3/AL/04/2025.

Sebelum program berjalan, UKM Sikamaseang yang dipimpin Ibu Kartini Makmur menghadapi sejumlah kendala. Proses produksi abon masih serba manual, mulai dari pembersihan ikan, pemisahan duri, hingga penirisan minyak. Waktu pengerjaan cukup lama, kapasitas produksi terbatas, dan pemasaran hanya mengandalkan pembeli yang datang langsung ke rumah produksi. Sementara itu, pencatatan keuangan praktis belum dilakukan sama sekali.

“Potensi bandeng di Desa Bonto Manai cukup besar, tetapi tanpa sentuhan teknologi dan manajemen usaha, nilai tambahnya tidak maksimal,” ujar Andi Arie saat dikonfirmasi, Rabu, 3 Desember 2025.

Untuk menjawab persoalan itu, tim pengabdian menghadirkan paket teknologi tepat guna: mesin pencacah abon, mesin peniris minyak (spinner), serta peralatan pendukung lain seperti kompor dan peralatan masak higienis. Kegiatan dirancang dengan pendekatan partisipatif dalam lima tahap: sosialisasi, pelatihan, implementasi teknologi, pendampingan dan evaluasi, serta perencanaan keberlanjutan program.

Dari sisi produksi, dampak teknologi terasa segera. Waktu pencacahan dan penirisan yang sebelumnya memakan waktu 3–4 jam per 10 kilogram bandeng kini berkurang hingga sekitar 60 persen. Kapasitas produksi abon meningkat dari sekitar 5 kilogram menjadi 10–15 kilogram per sekali proses. Kadar minyak abon turun dari kisaran 10–15 persen menjadi sekitar 6–8 persen, sehingga produk lebih renyah dan tahan simpan lebih lama, kata Kartini selaku mitra dalam kegiatan PKM ini.

Perubahan juga terjadi di ranah pemasaran. Melalui pelatihan pemasaran digital, anggota kelompok memanfaatkan WhatsApp Business, Facebook, Instagram, dan TikTok untuk mempromosikan abon bandeng. Penjualan yang sebelumnya hanya mengandalkan pasar lokal kini merambah konsumen di desa tetangga, dengan kenaikan permintaan dilaporkan mencapai sekitar 50 persen setelah strategi digital dijalankan.

Di bidang manajemen usaha, tim pengabdian melatih anggota UKM menyusun pembukuan sederhana berbasis Standar Akuntansi Keuangan (SAK), menghitung harga pokok produksi, serta memantau arus kas usaha. Struktur organisasi internal dibentuk, mencakup divisi produksi, keuangan, dan pemasaran. Pendapatan anggota UKM dilaporkan meningkat hingga dua kali lipat seiring naiknya kapasitas produksi dan perluasan pasar.

Program ini juga memberikan efek sosial yang kuat. Mayoritas anggota UKM Sikamaseang adalah perempuan usia produktif yang kini lebih percaya diri mengoperasikan mesin, bernegosiasi dengan pembeli, dan mengambil keputusan usaha. Keterlibatan mahasiswa dalam pendampingan menjadikan lokasi ini sebagai laboratorium hidup bagi integrasi riset, pengajaran, dan pengabdian.

Ke depan, tim pengabdian merancang tahap lanjutan berupa penyusunan standar operasional prosedur (SOP) produksi berbasis mesin, penguatan branding abon bandeng sebagai produk unggulan desa, serta perluasan jejaring pemasaran dengan sentra oleh-oleh di Pangkep dan kawasan lain di Sulawesi Selatan.

“Harapannya, UKM Sikamaseang dapat menjadi model sentra abon bandeng berbasis potensi lokal yang berkelanjutan, sekaligus contoh nyata kontribusi perguruan tinggi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir,” kata Andi Arie.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply