KHITTAH.CO, Makassar – Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kembali menorehkan prestasi membanggakan dalam ajang Hibah Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) 2025. Tim dari Program Studi Hukum Ekonomi Syariah berhasil meraih pendanaan melalui proposal inovatif bertajuk ECOPOC: Inovasi Pengelolaan Limbah Detergen Menjadi Pupuk Organik Premium Berbasis Teknologi Biodegradasi.
Tim ini diketuai oleh Suraida Nur Kasim, mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah, yang memimpin lima anggota lintas prodi dan angkatan. Mereka adalah Andi Khairunnisa dari Ekonomi Pembangunan, Muhammad Akbar dari Pendidikan Agama Islam, serta dua rekannya dari Hukum Ekonomi Syariah yaitu Alika Maghfira Tajjudin dan Eva Dwiyanti. Dengan pembagian peran yang terstruktur, tim ini menunjukkan kolaborasi multidisiplin yang solid dalam mewujudkan solusi ramah lingkungan berbasis sains terapan.
ECOPOC merupakan pupuk organik cair hasil fermentasi limbah detergen rumah tangga menggunakan teknologi mikroorganisme EM4. Inovasi ini dilandasi oleh kepedulian terhadap bahaya limbah detergen yang selama ini mencemari air dan tanah, serta minimnya solusi pengelolaan yang efektif di tingkat rumah tangga.
“Kami ingin membuktikan bahwa limbah yang selama ini dianggap berbahaya, ternyata bisa menjadi berkah bagi lingkungan dan petani,” ujar Suraida saat dikonfirmasi diMakassar, Ahad, 13 Juli 2025.
Produk Ramah Lingkungan, Solusi Nyata
Dalam proses produksinya, limbah detergen mengalami netralisasi menggunakan arang aktif dan cuka apel, lalu difermentasi selama tujuh hari dengan tambahan larutan EM4 dan molase. Hasil fermentasi menghasilkan pupuk cair bernutrisi yang mengandung nitrogen, fosfat, dan kalium, dengan nilai manfaat langsung bagi pertumbuhan tanaman.
Produk dikemas dalam botol daur ulang berukuran 1 liter, lengkap dengan label edukatif. Dari sisi kelayakan bisnis, usaha ini dinilai menjanjikan. Dengan modal awal sekitar Rp4,9 juta, tim memperkirakan dapat memproduksi 170 botol pupuk per siklus tiga bulanan, dan menghasilkan laba bersih sekitar Rp956.000. Benefit Cost Ratio (BCR) yang mencapai angka 1,19 menunjukkan efisiensi yang cukup baik untuk skala usaha mikro.
ECOPOC menyasar segmen pasar yang peduli lingkungan: petani kecil, pelaku urban farming, dan komunitas hijau yang kini tengah tumbuh di perkotaan. Tim juga mencatat bahwa lebih dari 70% responden survei menyatakan ketertarikan pada pupuk yang berkelanjutan dan tidak merusak lingkungan.
Strategi pemasaran dilakukan secara digital melalui media sosial seperti Instagram dan WhatsApp Business, serta edukasi berbasis komunitas lewat webinar dan kemitraan dengan toko pertanian. Produk ini mengusung pendekatan ekonomi sirkular, dengan semangat mendaur ulang limbah menjadi manfaat.
Keberhasilan ini tak lepas dari peran dosen pendamping, Fakhruddin Mansyur, S.E.I., M.E.I., yang turut membimbing mahasiswa dari tahap perencanaan hingga penyusunan laporan. Pihak kampus juga memberikan dukungan penuh, termasuk dalam proses pengajuan dan seleksi proposal hibah PKM ke Kementerian.
“Mahasiswa Hukum Ekonomi Syariah kini bukan hanya belajar teori, tapi juga tampil memberikan solusi konkret atas persoalan lingkungan. Ini bagian dari dakwah intelektual yang patut diapresiasi,” ujar Fakhruddin.