Khittah.co, Makassar — Program kebudayaan Pappaseng Ri Elompugi yang sebelumnya tayang di Radio Venus 97,6 FM kini bertransformasi ke media audio visual. Episode perdananya akan disiarkan secara berseri melalui TVRI Sulsel mulai Sabtu, 7 Juni 2025 pukul 18.00–19.00 WITA.
Sejak November 2023, program ini telah mengudara setiap Senin hingga Jumat pukul 08.50 WITA dengan pengisi acara utama Prof Andi Sukri Syamsuri, akrab disapa Prof Andis yang juga menjabat Wakil Rektor I Unismuh Makassar. Dalam format radio, Pappaseng Ri Elompugi meraih penghargaan Feature Terbaik dalam ajang KPID Sulsel Award ke-19 tahun 2024.
Mengusung sastra klasik Bugis berupa elong dan pappaseng, program ini menyuarakan nilai-nilai kearifan lokal seperti kejujuran (lempu’) dan kesucian (paccing), yang dinilai relevan di tengah tantangan globalisasi dan modernisasi.
Prosesi produksi perdana untuk versi televisi dilangsungkan di Studio TVRI Sulsel, Sabtu, 31 Mei 2025. Hadir sebagai narasumber utama, Prof Andis ditemani tiga guru besar yang menjadi penanggap, yakni Prof Dr H Muhammad Rafi Tang (UNM), Prof Dr Dra Munirah, M.Pd, dan Prof Dr Abdul Rahman Rahim, M.Hum (Unismuh Makassar). Rektor Unismuh, Dr Abd Rakhim Nanda, juga turut hadir memberi dukungan langsung.
Dalam siaran perdana tersebut, Prof Andis mengutip salah satu pappaseng: “Duami riala sappo, unganna panasae nabelona kanukue”—hanya dua yang dijadikan pagar: bunga nangka dan hiasan kuku. Bunga nangka melambangkan kejujuran (lempu’), sedangkan hiasan kuku berarti kesucian (paccing), dua nilai yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Bugis.
Prof Rafi Tang menekankan bahwa pappaseng mencerminkan aspek mental budaya Bugis yang penting untuk diwariskan. Hal senada disampaikan Prof Munirah, yang menilai transformasi ke media televisi sebagai langkah strategis dalam merawat warisan budaya lokal serta memperkuat pembelajaran karakter dan etika.
Prof Abdul Rahman Rahim turut memberi apresiasi, mengingat program ini juga telah didukung oleh penerbitan buku Pappaseng Ri Elompugi. Ia berharap inisiatif ini tak berhenti di tataran dokumentasi, tapi terus bergerak menjadi gerakan edukatif lintas generasi.
Diskusi berjalan dinamis, dipandu oleh Erik Alamsyah, moderator muda yang energik. Sejumlah akademisi ikut berdialog langsung, seperti Dr Azis Daeng Nojeng (UNM), serta Dr Alim Bahri dan Hadisaputra dari Unismuh Makassar.
Anggota tim produksi dari Unismuh, Dr Muh Akhir, M.Pd, menyebut program ini akan tayang rutin di TVRI Sulsel dan membuka ruang bagi publik untuk menyelami kembali akar kultural Bugis melalui format yang lebih akrab dengan generasi muda.