Oleh: Mursyid Fikri*
KHITTAH.CO, – Perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1446 H akan menjadi momen bersejarah sekaligus ujian keistiqamahan bagi warga Muhammadiyah. Perubahan besar telah terjadi dalam kriteria penetapan awal bulan Hijriah, dari konsep Wujudul Hilal yang dirumuskan Wardan Diponingrat pada 1960-an, menuju Kriteria Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) hasil Musyawarah Nasional (MUNAS) Tarjih ke-32 tahun 2024 di Pekalongan.
Yang perlu dipahami, istilah “perkembangan” dalam hal ini bukan berarti menghapuskan konsep lama, melainkan memperluas parameter agar dapat diterapkan secara global. KHGT hadir sebagai wujud inovasi yang tetap berakar pada prinsip dasar, tetapi dengan visi mendunia, mencerminkan spirit universal Islam.
Perubahan Parameter dan Implikasinya
Kriteria Muhammadiyah yang berkembang dari Wujudul Hilal menuju KHGT membawa perubahan mendasar, khususnya dalam parameter pengamatan hilal. Dalam konteks lokal Indonesia, perayaan Idul Fitri 1 Syawal 1446 H, menurut kriteria Wujudul Hilal, jatuh pada 31 Maret 2025. Hal ini karena hilal pada 29 Maret 2025 berada pada ketinggian -1°40’ di Indonesia saat matahari terbenam, sehingga tidak memenuhi syarat awal bulan.
Namun, KHGT menggunakan parameter baru: hilal harus berada di atas ufuk dengan ketinggian minimal 5 derajat di mana pun di dunia sebelum pukul 00:00 GMT. Parameter ini memungkinkan penetapan awal bulan secara global, menciptakan keseragaman yang sebelumnya sulit dicapai.
Sebagai contoh, di Chicago, Amerika Serikat, ijtimak pada 29 Maret 2025 terjadi pukul 05.00 dini hari, dan hilal pada waktu magrib di sana sudah mencapai ketinggian 7°8’. Berdasarkan KHGT, awal bulan di Amerika dimulai pada 30 Maret 2025, dan ketinggian ini kemudian ditransfer ke wilayah-wilayah timur, termasuk Indonesia. Pendekatan ini berlandaskan logika sunnatullah bahwa peredaran matahari dimulai dari timur ke barat.
Mengapa Kesatuan Kalender Islam itu Penting?
Langkah Muhammadiyah ini patut diapresiasi sebagai upaya menuju kesatuan umat. Dalam dunia modern, kalender Masehi telah menjadi standar global. Islam, dengan warisan keilmuannya yang kaya, sudah seharusnya memiliki kalender Hijriah yang juga diakui secara global. KHGT adalah jawaban atas tantangan ini.
Sebagai warga dan simpatisan Muhammadiyah, komitmen untuk tegak lurus pada keputusan persyarikatan menjadi kunci terbentuknya maslahat yang lebih besar. Kesatuan kalender Islam global bukan hanya sebuah harapan, tetapi juga simbol kemajuan umat Islam dalam menyatukan langkah demi kebaikan bersama.
Sebagai kader Muhammadiyah, saya merasa bangga bahwa organisasi ini berani membuka jalan menuju perubahan besar. Semoga Allah senantiasa membimbing langkah kita. Allahu a’lam bish-shawab.
*Dosen Fakultas Agama Islam Unismuh Makassar