Oleh: Abdul Rachmat Noer*
KHITTAH.CO, – Tahukah bahwa umur manusia lebih banyak di kubur daripada di dunia, apatah lagi di akhirat nanti. Perbandingan waktu antara di dunia dan akhirat adalah satu hari di akhirat sama dengan seribu tahun di dunia.
Perbandingan ini didasarkan pada firman Allah dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut penglihatanmu”.
Dengan demikian, seribu tahun di dunia sama dengan 24 jam di akhirat. Artinya, satu tahun di dunia sama dengan 0,024 jam di akhirat.
Jika rata-rata usia manusia di dunia adalah 63 tahun, maka menurut waktu akhirat adalah 63×0,024 = 1,5 jam. Bisa dibayangkan begitu lamanya perbandingan waktu di dunia dengan di akhirat.
Imam Nawawi sudah berada di dalam kubur kurang lebih 800 tahun, sementara usianya hanya 43 tahun. Imam Syafi’ii sudah berada di dalam kubur sekitar 1.200 tahun sedangkan umur beliau di dunia hanya 53 tahun.
Kenyataannya umur manusia akan lebih lama di alam barzah dibanding di dunia, apa lagi di akhirat akan lebih lama lagi.
Lalu mengapa kebanyakan manusia mengejar dunianya dan melupakan bekal kehidupan akhiratnya kelak? Mereka berlomba-lomba mengejar kekuasaan, menumpuk harta dengan berbagai cara bahkan cara haram pun dilakukannya.
Lalu mengapa kita tidak menyibukkan diri menyiapkan perbekalan untuk alam barzah dan bekal kehidupan yang kekal di akhirat? Mengapa hanya fokus mengejar dunia padahal kematian bisa datang kapan saja dan di mana saja?
Bukankah Allah telah menjanjikan barang siapa yang mengejar akhiratnya maka akan memperoleh dunianya? Rasulullah saw menyuruh umatNya agar mengejar akhirat sebagai tujuan utama. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Wahai para pemuda, wajib bagi kalian untuk mengejar negeri akhirat”.
Konsep mengejar akhirat sebagai tujuan utama membuat konstruksi kehidupan dunia menjadi lebih mudah. Dan, pada akhirnya akan tercipta sebuah keseimbangan orientasi hidup antara kehidupan dunia dan akhirat.
Allah berfirman dalam al Qur’an: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu di dunia“. (Al Qashash : 77).
“Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat“. (Asy Syura : 20).
Sumber gambar: dream.co.id
*Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Sulsel 2006-2010