Khittah.co, Makassar — Menulis bukan sekadar menyusun laporan ilmiah, melainkan sarana berpikir dan alat komunikasi yang membentuk karier akademik. Hal itu disampaikan Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Wamendiktisaintek), Prof Stella Christie, saat menjadi pembicara pada Workshop Kamp Inklusif Penulisan Artikel Ilmiah dan Publikasi, yang digelar Direktorat Jenderal Riset dan Pengembangan Kemendiktisaintek bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Makassar, Rabu, 23 Juli 2025.
“Menulis untuk publikasi bukan hanya menyampaikan data, tetapi mengajak pembaca memahami temuan kita. Seperti cerita rakyat yang melekat di ingatan, tulisan ilmiah pun harus mampu bercerita,” ujar Stella di Balai Sidang Muktamar Muhammadiyah ke-47, Kampus Unismuh Makassar.
Ia menekankan, menulis ilmiah memerlukan tiga hal utama: kemampuan komunikasi, struktur berpikir, dan latihan konsisten. “Tidak ada jalan pintas. Practice, practice, practice,” ujarnya. “Begitu tembus satu atau dua publikasi bereputasi seperti Q1, maka selanjutnya akan lebih mudah.”
Lebih lanjut, Stella menegaskan pentingnya publikasi ilmiah tidak hanya untuk mendapatkan pendanaan riset, tetapi juga sebagai instrumen pengaruh terhadap kebijakan dan praktik di masyarakat. “Mulai dari kebijakan pemerintah hingga industri, tulisan kita bisa berkontribusi di sana,” tambahnya.
Unismuh Jadi Tuan Rumah Kegiatan Strategis
Rektor Unismuh Makassar, Dr Abdul Rakhim Nanda, menyampaikan rasa terima kasih atas kepercayaan menjadikan kampusnya sebagai tuan rumah kegiatan nasional ini. “Ini merupakan kehormatan besar bagi kami, terlebih sebagai perguruan tinggi swasta dari Kawasan Timur Indonesia,” ucap Rakhim dalam sambutannya.
Ia memaparkan profil Unismuh Makassar yang kini memiliki 8 fakultas dan program pascasarjana, mencakup 57 program studi dari D-3 hingga S-3, termasuk program profesi. “Pada 2024, kami meraih status Akreditasi Unggul dan seluruh lembaga kampus bersertifikasi ISO sebagai bentuk komitmen terhadap tata kelola pendidikan yang profesional,” jelas Rakhim.
Pada tahun 2025, Unismuh juga tercatat masuk dalam pemeringkatan Times Higher Education (THE), berada di kisaran peringkat 1100–1500 dunia, dan menjadi satu-satunya PTS luar Jawa yang masuk klasemen tersebut.
Sumber daya dosen Unismuh pun terus berkembang. Dari sekitar 800 dosen, 287 berpendidikan doktor, 523 bergelar magister, dan 88 lainnya sedang menempuh studi S-3. Jika semua menyelesaikan studi, maka 65% dosen Unismuh akan berpendidikan doktor. Selain itu, tahun ini Unismuh menjalankan 40 kolaborasi riset internasional dan 26 program pengabdian masyarakat.
Model Baru Pelatihan, Sertifikasi Berbasis Kinerja
Berbeda dari pelatihan konvensional, Kamp Inklusif Penulisan Ilmiah ini menerapkan pendekatan sertifikasi berbasis kinerja. Sertifikat hanya diberikan kepada peserta yang mengikuti semua sesi dan berhasil melakukan submit artikel ke jurnal yang dituju. Sertifikat ditandatangani oleh pimpinan perguruan tinggi asal peserta dan Direktur Bina Talenta Penelitian dan Pengembangan.
Selain sesi materi dan bedah artikel, peserta mendapatkan akomodasi penuh serta fasilitas kerja. Format pembelajaran juga dirancang fleksibel, dari model kelas untuk pemaparan materi hingga sistem meja kelompok untuk sesi pendampingan penulisan.
Kegiatan ini dirancang sebagai model baru pengembangan kapasitas publikasi ilmiah nasional yang lebih inklusif dan menjangkau peneliti dari berbagai institusi dan wilayah.
Selain diikuti oleh 40 peserta terpilih, workshop ini juga dihadiri oleh sekitar 500 dosen dan 100 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Sulawesi Selatan. Hadir pula Direktur Jenderal Riset dan Pengembangan Fauzan Adziman, Direktur Bina Talenta Riset Heri Kuswanto, Kepala LLDikti Wilayah IX Dr Andi Lukman, serta para pimpinan Unismuh dan Prof Gagaring Pagalung selaku Ketua Badan Pembina Harian Unismuh.