Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
AUM PendidikanBerita

Wakil Rektor IV Beberkan 5 Kunci Sukses Kuliah di Kedokteran Unismuh Makassar

×

Wakil Rektor IV Beberkan 5 Kunci Sukses Kuliah di Kedokteran Unismuh Makassar

Share this article
Wakil Rektor IV Unismuh Makassar, Mawardi Pewangi menyampaikan pengajian di LS-IT FKIK. (Ist.)

KHITTAH.CO, MAKASSAR – Wakil Rektor IV Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Mawardi Pewangi menyebut ilmu medis memiliki kedudukan yang mulia dalam kacamata para ulama. Untuk mencapai kesuksesan di bidang itu, Mawardi menyebut para pelakunya perlu mengetahui kiat-kiat dan kuncinya.

Mawardi menyampaikan itu saat membawakan kajian pada penerimaan mahasiswa baru (maba) Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unismuh Makassar (FKIK) yang dikemas dalam bentuk Learning Skill and Information Technology (LS-IT) di Balai Sidang Muktamar, Rabu, 11 September 2024.

“Kunci sukses dalam menuntut ilmu pengetahuan menurut para imam mazhab, apalagi ilmu kedokteran. Imam Malik menyampaikan bahwa kedokteran itu adalah ilmu yang mulia setelah ilmu syariah, ungkapan serupa juga diucapkan oleh Imam Syafi’i,” tutur Mawardi.

Setelah itu, ia menyebut dua faktor penyebab seseorang bisa meraih kesuksesan di bidang itu, yakni diri sendiri (internal) dan orang lain (eksternal).

Menurut Mawardi, diri sendiri adalah faktor pertama seorang mahasiswa FKIK dalam memperoleh kesuksesan. Maksudnya, seseorang mesti memiliki kebiasaan yang perlu dilatih agar menjadi karakter dalam menjalani proses pendidikan.

“Untuk mencapai kesuksesan, yang pertama tentu berkaitan dengan internal diri kita dengan meluruskan niat yang benar dan adab yang baik. Niat itu lah yang menentukan sukses tidaknya kita, salah niat akan salah jalan, salah jalan akan tersesat,” ungkap Mawardi.

Innamal A’malu Binniyat, luruskan niat, Insyaallah jika niat benar, Allah akan mudahkan segala urusan, membimbing aktivitas, dan melindungi segala kegiatan,” imbuh dia.

Selain niat yang tulus, Mawardi juga mengingatkan mahasiswa untuk memperbanyak zikir dan istigfar kepada Allah. Salah satu alasannya ialah mayoritas mahasiswa di kampus biru itu adalah perantau. Tidak ada keluarga yang bisa mengingatkan mereka saat bermalas-malasan.

“Kedua, memperbaiki diri dengan memperbanyak mendekatkan diri kepada Allah SWT. Paling tidak ada empat wirid yang harus kita lakukan, pertama memperbanyak zikir, kedua istighfar memohon ampun kepada Allah, ketiga meminta pertolongan kepada Allah karena tidak ada satupun yang bisa kita lakukan tanpa pertolongannya, yang keempat adalah memohon agar dilindungi dari godaan-godaan syaitan,” jelas Mawardi.

Ia lalu menyitir salah satu ayat Al-Qur’an tentang perlunya manusia atau pelajar untuk menyelaraskan antara kebersihan hati, pikiran dan perbuatan dalam kehidupan sehari-hari.

“Di dalam Al-Qur’an disebutkan juga demikian, tinggalkan perbuatan sia-sia dan tidak bermanfaat,” ucap dia.

Selanjutnya, Mawardi menyadari jika mahasiswa FKIK memiliki aktivitas belajar yang sangat padat. Maka mahasiswa FKIK perlu menyeriusi kegiatan belajar mereka dengan manajerial waktu dan berpikir kreatif.

“Allah mengingatkan kita di dalam Al-Qur’an bahwa Allah tidak akan merubah keadaan seseorang kecuali orang itu merubah keadaannya sendiri. Kita diperintahkan ikhtiar, berusaha dengan sungguh-sungguh, pasti Allah akan tunjukkan jalan yang baik,” pesan Mawardi.

Kunci keempat, kata dia, adalah mahasiswa FKIK perlu memperbanyak doa untuk memperoleh ketenangan batin. Sementara yang terakhir, puncak dari empat kunci sebelumnya ialah bersyukur dan bersabar.

“Syukur terhadap nikmat tuhan, dan sabar atas masalah yang dihadapi. Sabar adalah sabar yang dinamis, kreatif dan aktif, bukan diam. Di dalam Islam, orang yang sabar itu adalah orang kaya alternatif, tidak pernah putus asa atas problema dan berbagai masalah yang dihadapi,” papar dia.

Di sisi lain, Mawardi tak menampik jika peran eksternal terhadap mahasiswa juga memiliki pengaruh signifikan. Termasuk, kata dia, mahasiswa harus berbakti kepada orang tua yang telah menyekolahkan mereka.

Caranya, kata Mawardi, adalah menekuni pembelajaran di kampus agar tak tertinggal. Sebab, orang tua mahasiswa telah memberikan kepercayaan dan juga amanah.

“Ridha Allah tergantung kepada ridha orang tua, keberkahan ilmu yang kita dapatkan tergantung pada keridhaan orang tua terhadap diri kita, maka berbuat baiklah kepada orang tua. Bagaimana caranya, padahal kita di Makassar? yakni menjaga amanah dan harapan orang tua, semoga sukses dan berhasil dengan baik,” ungkap dia.

Selain itu, Mawardi juga menekankan perlunya mahasiswa memahami bahwa dosen adalah instrumen yang menyalurkan ilmu. “Cintai dan hormati dosennya, jangan sampai dibenci. Kata Imam Syafi’i bahwa kebencian kepada guru itulah yang menutup ilmu kepada kita,” ujar dia.

Ia lalu menutup sambutannya dengan pesan agar mahasiswa memilih pergaulan yang tepat. Sebab, salah satu hal yang mendorong mahasiswa bersemangat dalam mengejar kesuksesan di kampus adalah teman sepergaulan.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply