Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Zero Waste

×

Zero Waste

Share this article
Oleh: Resky Amelya (Sekbid Ipmawati PD IPM Kota Makassar)

KHITTAH.CO, OPINI – Zero waste adalah filosofi yang dijadikan sebagai gaya hidup demi mendorong kita untuk bijak dalam mengkonsumsi dan memaksimalkan siklus hidup sumber daya sehingga produk-produk bisa digunakan kembali. Zero waste juga mempersoalkan menjauhi single use plastic atau plastik yang hanya digunakan sekali. Dapat disimpulkan dari definisi mengenai Zero Waste bahwasannya Zero Waste mengajak kita untuk bergaya hidup sebisa mungkin tanpa sampah. Ya, tidak dapat dipungkiri bahwasannya, nihil rasanya jika manusia tidak menghasilkan sampah. Namun tidak dapat dipungkiri juga jika manusia bisa menciptakan sampah, berarti manusia juga bisa meminimalisir menciptakan sampah.

Sampah memang masalah bagi setiap manusia. Sebab, setiap hari kita menciptakan sampah, jangankan setiap hari, sadar atau tidak sadar kita menghasilkan sampah setiap detik. Kita memang hidup di zaman modern, dimana gaya hidup modern mendukung kita, mendukung manusia, dan mendukung kita semua untuk selalu membutuhkan barang-barang yang tanpa kita sadari mulai dari situlah kita menghasilkan sampah. Kita terkadang lupa untuk selalu membedakan mana yang menjadi keperluan dan mana yang menjadi kebutuhan kita, apa lagi barang yang kita beli adalah barang yang hanya dapat digunakan sekali dan masa kegunaannya relatif tidak cukup lama.

Sayangnya, manusia kadang lupa, dan mirisnya seolah tidak peduli mengenai informasi bahwa Indonesia menduduki peringkat ketiga sebagai negara yang menghasilkan sampah plastik terbesar di dunia. Dijelaskan dalam laman indonesia.go.id, pada tahun 2020, Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta ton atau terdapat 185.753 ton sampah setiap harinya dihasilkan oleh 270 juta penduduk. Melansir laman forbes.com, Indonesia menghasilkan sampah plastik di laut sebanyak 56,3 juta kilogram, bahkan Sungai Citarum dinobatkan sebagai sungai paling tercemar di dunia.

Tak perlu melangkah jauh untuk melihat bukti nyata sampah di Negara Indonesia. Sebab saya akan memperlihatkan bukti nyata dilingkungan sekitar saya, mirisnya tidak ada yang mempedulikan sampah yang bertumpukan disebuah kanal, tepatnya kanal di samping Jl. barukang utara lorong 13. Semua orang pasti tidak asing lagi dengan sebutan sebuah kanal. Ya, kanal adalah sebuah saluran air yang dibuat oleh manusia untuk terusan kapal dan sebagainya, Namun apa kabar dengan kanal di samping Jl. Barukang utara lorong 13 ini?

Miris sekali bukan, kanal yang mungkin kita kenal sebagai saluran air. Kini menjadi tercemar oleh tumpukan sampah yang dihasilkan oleh manusia. Memang sangat mustahil kita yang hidup di zaman modern ini, tidak menghasilkan sampah. Apa lagi saat ini masih banyak kita jumpai makanan dan minuman yang menggunakan bahan plastik baik itu di pasar ataupun di supermarket.

Lantas apa peran kita (IPM) mengenai hal ini? gaya hidup zero waste bukan berarti kita harus meniadakan barang barang plastik, namun bagaimana cara kita mengendalikan dan membatasi diri untuk tidak lagi menciptakan sampah, serta bertanggung jawab akan lingkungan sekitar. Seperti yang kita ketahui, terdapat 5 metode zero waste yakni, 5R:

a. Refuse (Menolak)
Sepaturnya, kita pelajar berani menolak penggunaan plastik, misalnya saat kita ke supermarket kita tidak lagi menggunakan “kantong kresek” untuk belanjaan kita. Tapi kita membawa semacam tas totebag belanjaan untuk menyimpan barang belanjaan.

b. Reduce (Mengurangi)
Kita, dirana pelajar harusnya mengurangi mengonsumsi penggunaan plastik. Yang dimana kita harus membedakan mana keperluan dan mana kebutuhan dan yang paling penting ialah melihat masa kegunaannya. Kita mengurangi berarti kita peduli lingkungan.

c. Reuse (Menggunakan kembali)
Metode ini sudah banyak diterapkan dikalangan pelajar, seperti dimana tidak lagi membeli minuman yang menggunakan bahan plastik, tapi lebih mengarah menggunakan tumbler (botol minum) yang dimana bisa digunakan setiap saat.

d. Recyle (Mendaur ulang)
Saya rasa metode ini sangat cocok bagi kita, sebab ini mengasah ke kreatifitasan seseorang. Dimana banyak pelajar muhammadiyah mendaur ulang botol menjadi hiasan bunga misalnya. Plastik yang bisa dijadikan tas belanjaan. Dan ini sangat bagus jika dimassukkan dalam program kerja Pengembangan Kreatifitas dan Kewirausahaan (PKK). Sebab, selain mengasah kreatifitasan hal ini juga dapat menghasilkan nilai harga. Sehingga peran kita tertambah lagi dari mengurangi sampah, hingga menghasilkan produk, sampai menghasilkan uang.

Seperti yang dilihat dari gambar disamping, Ini adalah Taman Literasi AMM Ujung Tanah. Dimana kami mendaur ulang ban kendaraan yang tidak terpakai menjadi meja taman baca yang diperindah dengan memberikan sentuhan cat berwarna orange, serta tempat duduk yang berasal dari tempat teh botol sostro yang tidak terpakai lagi. Sangat unik dan bermanfaat bukan.

e. Rot (Membusukkan sampah)
Persoalan dapur, Persoalan IPMawati. Metode ini ialah menjadikan sisa makanan menjadi kompas. Yang dimana pembusukan ini dapat dilakukan melalui sampah sanpah rumah tangga, atau sisa makanan di lingkungan perkaderan yang bersifat organik. Misalnya sisa-sisa makanan atau bahan dapur yang sudah tidak terpakai atau sudah kadaluarsa.

Zero waste atau hidup tanpa sampah memang sangat nihil rasanya jika dalam sehari saja kita tidak menghasilkan sampah, sebab kita berada di zaman modern dimana semua serba instan. Seperti berbelanja di supermarket yang menggunakan bahan plastik. Tapi bukan berarti kita tidak dapat menolak hal tersebut. Gaya hidup zero waste bukan berarti kita harus meniadakan barang barang plastik, namun bagaimana cara kita mengendalikan dan membatasi diri untuk tidak lagi menciptakan sampah, serta bertanggung jawab akan lingkungan sekitar.

Saran, semua tergantung pada kesadaran diri kita masing masing. Hal hal yang disekitar kita yang kita anggap biasa saja dan tidak dibutuhkan lagi. Seperti ban bekas, dan botol plastik bekas akan bisa bermanfaat jika kita mampu membuatnya mengkreatifitaskannya menjadi barang yang bisa dipakai kembali dan bisa menjadi nilai jual. Daripada hanya mengabaikan dan menjadikannya setumpukan sampah yang tidak bermanfaat, mengapa tidak kita mengolahnya kembali?.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply