Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
NasionalOpiniPolitik dan Hukum

Menakar Politik di Tahun Politik

×

Menakar Politik di Tahun Politik

Share this article

Oleh : A.Hendra Dimansa

(Direktur Eksekutif Centre For Indonesian Political Studies)

Perhelatan pesta demokrasi yang telah ditabuh genderangnya oleh KPU untuk melaksanakan pemilihan kepala daerah baik gubernur, wali kota dan bupati. Babak baru pelaksanakan pesta demokrasi yang diikuti oleh para calon kepala daerah, untuk memperebutkan simpati dan empati rakyat guna memilihnya. Tentu menggoda rakyat guna memilih para kandidat sudah menjadi sesuatu yang sangat lumrah dalam setiap perhelatan demokrasi.

Yang menarik dalam setiap pelaksanaan pilkada yakni bertebarannya baliho dan janji-janji para kandidat, seolah rakyat sangat dimanjakan matanya tiap kali memandangi baliho yang bertebaran dan nyanyian janji yang begitu syahdu serta nyaring ditelinga para pemilih. Dari persaingan janji dan baliho mengalami puncak kulminasi dengan aroma adu bisik antar pendukung, pesta demokrasi yang sepatutnya memilih para pemimpin dengan kualitas yang mumpuni berubah menjadi pertarungan tidak sehat, kita tentu  heran apakah rakyat akan  memilih pemimpin atau jagoan ?

Politik yang sejatinya adalah jalan pengabdian berubah menjadi jalan permusuhan, lalu muncul pertanyaan apa arti ungkapan baliho yang bertebaran jumlahnya yang menghargai sesama, santun dan bijak ? kalau adu otot tak pernah alpa menghiasi dan mengiringi jalannya pemilu. Ada ungkapan yang senantiasa berulang terjadi yakni homo homoni lupus bellum omnium contra omnus yang artinya manusia bagai serigala yang saling menerkam satu sama lain.

Dalam puisi seorang Taufik Ismail yang memotret perjalanan kehidupan berdemokrasi bangsa Indonesia. Ketika pertama kali pesta demokrasi dihelat yang sukses memukau dunia, bangsa Indesia yang beragam suku, ras dan agama yang tersebar dalam berbagai pulau-pulau yang membentang jaraknya berhasil melaksanakan pesta demokrasi, kala itu. Taufik Ismail pun menyampaikan pada waktu yang sama negara tetangga Filipina juga ikut melaksanakan pesta demokrasi, tetapi dalam pelaksanaan terjadi bentrok dan kisruh mewarnai jalannya pelaksanaan pesta demokrasi. Kala itu bangsa Indonesia dengan kepala tegak menatap dunia, tetapi lain soal setelah perhelatan pesta demokrasi selanjutnya yang turut mewarnai perjalanan demokrasi dengan berbagai persoalan.

Hewan seperti keledai tak akan jatuh pada lubang yang sama, tentu manusia yang memiliki kemampuan pikiran dan gagasan tak akan membiarkan masuk pada lubang yang sama termasuk pada urusan pemilu. Kita berharap hari demi hari kualitas demokrasi bangsa Indonesia semakin baik, bukankah bangsa Indonesia telah membuktikan itu dengan penuh perjuangan dan kegigihan melewati fase kehidupan berbangsa dan bernegara. Pertanyaannya apakah bangsa yang besar yang memiliki sejarah mengagumkan akan membiarkan kualitas berdemokrasinya jalan di tempat.

Kualitas manusia bangsa Indonesia juga tak kalah dengan bangsa-bangsa lain, mungkin ada benarnya pernyataan seorang negarawan bahwa politik sejatinya baik, apabila orang-orang baik ikut masuk mewarnai dunia politik. Kehadiran media sosial sebagai ruang publik juga telah ikut serta menghadirkan figur-figur baik dalam rangka mewarnai kehidupan politik. Ada pergeseran untuk menghadirkan style figur kepemimpinan yang terbuka, demokratis dan bermoral.

Adanya keterbukaan dan kesetaraan dalam momentum pemilu menjadi sangat penting, dengan media sosial yang didominasi oleh anak-anak muda memiliki trend untuk melihat bahwa pemilu bukan soal aroma pertarungan melainkan aroma pengabdian. Sehingga persoalan kemampuan dan kapasitas menjadi sangat penting dalam melihat figur calon, tetapi lain soal untuk urusan sosial media yang dijadikan ajang menebar hoax.

Harapan besar sebagai anak bangsa tentunya mengharapkan para figur peserta pemilu menampilkan politik bermartabat, yang menghadirkan kampanye-kampanye positif bukan malah saling menjatuhkan apalagi saling menjegal. Rakyat membutuhkan pemimpin yang berkemauan besar berbuat demi kepentingan bersama, isu-isu lewat black champain apapun alasannya jauh lebih baik dan bermartabat dengan menjajal program kandidat bukan malah menjajal isu-isu yang tak pantas ditunjukkan dikhalayak publik.

Terbentang luas samudra kearifan budaya lokal bangsa Indonesia yang mengutamakan sikap saling memanusiakan, bukan malah saling merendahkan derat kemanusiaan. Untuk menghadirkan politik bermartabat tersebut, tentu diperlukan wadah atau forum dalam rangka bertukar pikiran. Bukan bangsa ini kekurangan komentator, tetapi komentator yang provokatiflah yang senantiasa muncul. Sehingga perlu digagas dan digarap sebuah forum bertukar pikiran, yang komentatornya dari para ahli atau orang-orang yang telah berpengalaman dalam perhelatan nadi demokrasi.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply