KHITTAH.CO, MAKASSAR — Dorongan terus mengalir yang didapatkan oleh Bakal Calon Anggota DPD RI 2019, Syaiful Saleh untuk maju mewakili suara di Sulawesi Selatan.
Hal ini disampaikan oleh Ketua DPW PAN Sulsel, Ashabul Kahfi saat ditemui pada Dialog Kebangsaan IMM Maros, di Gedung Baruga B, Kantor Bupati Maros, Sabtu, 24 Maret 2018.
“Saya kira kita harus dorong yah pak Saiful Saleh untuk maju di DPD RI 2019 mendatang, dan ini patut untuk kita syukuri bahwa ada kader Muhammadiyah yang bisa menginterpertasikan diri berkarir di DPD,” kata Ashabul Kahfi.
Lebih lanjut Wakil Ketua DPRD Sulsel ini menilai bahwa semakin banyak kader Muhammadiyah yang duduk di Parlemen baik itu eksekutif dan lainnya itu akan semakin membantu perjuangan Muhammadiyah khususnya di struktur pemerintahan di Indonesia.
“Yah kita berharap pak Syaiful Saleh bisa terpilih dan beliau bisa lebih berkarya apalagi beliau selama ini memiliki kapasitas dari latar belakang sebagai pamong yang senior di Muhammadiyah,”
tukasnya.
Pada dialog kebangsaan itu, selain Syaiful Saleh dan Ashabul Kahfi dihadirkan sebagai narasumber. Juga dihadirkan Ketua DPRD Kabupaten Maros Chaidir Syam.
Chaidir Syam mengungkapkan, bahwa pemuda Muhammadiyah atau AMM harus mempunyai partai politik dan mengambil peran baik dipemerintahan kabinet maupun legislatif.
“Ketika Muhammadiyah menduduki posisi di pemerintahan maka posisi itu yang akan menjadikan muhammadiyah yang lebih diperhitungkan,” ujar Chaidir.
Sementara itu, Ketua Pemuda Muhamamdiyah Wilayah (PMW) Mahyuddin menyebutkan, bahwa pemuda Muhammadiyah memiliki program yaitu satu kader satu dapil. Supaya Muhammadiyah akan lebih mudah untuk memasuki dibagian legislatif.
“Sehingga AMM mampu lebih agresif lagi untuk menguasai kabinet, tapi menguasai itu, Muhammadiyah harus mampu menyusun strategi terkait politik itu sendiri, karena Muhammadiyah memiliki kekuatan besar terkait massa,” jelas Mahyudin.
Selain itu, Syaiful Saleh mengatakan, banyaknya kader Muhammadiyah yang masih kurang paham mengenai politik, namun tidak semua orang juga yang ada di Muhammadiyah tidak tahu politik.
“Sehingga Muhammadiyah wajib mendukung bahkan ikut serta mengikuti pertarungan untuk memegang kekuasaan yang ada di Indonesia. Kita mengingat sejarah orang tua kita yang dulu-dulu yang selalu berpartisipasi seperti pak Amin Rais yang dulunya selalu mengawal bahkan ikut serta bersaing. Namun ketika warga Muhammadiyah yang bertarung di legislatif atau yudikatif selalu bertarung sesuai ajaran Islam,” tutup Syaiful.(Amar)