KHITTAH.CO, TAKALAR — Sebuah film yang berjudul “Anak Karaeng” adalah salah satu cerita lokal, adat istiadat kakaraengang (kebangsawanan) yang menjadi sebuah ikon perbincangan di kalangan masyarakat Makassar.
Seiring perkembangan zaman akhir-akhir ini. Karaeng atau darah biru adalah seseorang yang terlahir dari keturunan atau genetika karaeng (Bangsawan) itu sendiri.
Seniman muda takalar, Yus Amin, DB mengatakan, kakaraengang bukan faktor harta, jabatan ataupun kekuasan. Tapi seorang karaeng adalah seorang yang terlahir dari darah keturunan karaeng (Bangsawan bugis Makassar) yang memiliki silsilah jelas. Disebut juga bahwa seorang karaeng adalah seorang yang punya wilayah atau berkuasa pada satu wilayah tertentu dan memberikan pengaruh yang luar biasa dalam masyarakatnya dan menjadi panutan.
“Dalam film “Anak Karaeng” yang kami buat ini akan mengangkat sebagian garis kecil adat dan kebiasaan kakaraengang dalam mempertahankan budaya kakaraengang itu sendiri,” kata pria kelahiran Takalar ini, Rabu, 11 April 2018.
Lanjut seniman yang aktif di Sanggar Seni Ataraxia ini bahwa laju perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruh kepada semua aspek kehidupan termasuk budaya lokal. Dalam film inilah, akan kita lihat sejauh mana pengaruhnya.
“Apakah dalam budaya atau tradisi kakaraengang mampu bertahan dengan pengaruh ilmu pengetahuan dan teknologi sampai kepada anak cucunya sekarang ini. Ataukah sebaliknya. Film anak karaeng ini lahir karena kami menganggap adanya pergeseran nilai yang terjadi di dalam adat istiadat kakaraengang. Apakah itu faktor ilmu pengetahuan atau kesadaran yang lahir dari Anak Karaeng yang tidak lagi sepaham dgn tradisi kakaraengang selama ini,” pungkas Yus Amin yang juga sebagai Guru Seni di MA Muhammadiyah Salaka.
Film ini merupakan hasil dari riset yang dilakukan oleh Yus Amin di Kabupaten Takalar. Adapun objek penelitiannya meliputi beberapa pemangku adat di Takalar, keturunan Karaeng Polombangkeng dan Karaeng Sandrobone.(Rls)