KHITTAH.CO, MAKASSAR — Sistem pendidikan yang dilaksanakan oleh Persyarikatan Muhammadiyah adalah bertujuan untuk menciptakan generasi muda yang berkualitas.
Hal ini merupakan pengejewantahan ajaran Islam yang mewajibkan umatnya harus mempersiapkan generasi yang mampu menghadapi tantangan masa dengan yang lebih baik.
Oleh karena itu, kualitas pendidikan Muhammadiyah harus menyeluruh dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk diantaranya adalah integrasi ilmu agama dengan ilmu pengetahuan umum dan teknologi. Ini harus seiring sejalan tanpa harus mengabaikan satu sama lain.
Demikian antara lain pokok pikiran yang disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, Prof Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, dalam pembukaan Pelatihan Fasilitator ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulawesi Selatan, di Mini Hall FKIP Unismuh Makassar, Selasa, (25 Desember 2018).
Dalam bagian lain sambutannya, Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Alauddin Makassar ini mengklarifikasi anggapan bahwa Muhammadiyah membidahkan peringatan Maulid Nabi dan Isra Mikraj. Menurutnya, hal itu adalah tidak benar. Yang benar adalah Muhammadiyah tidak menjadikan peringatan itu sebagai kewajiban yang harus dilaksanakan.
“Justru peringatan tersebut boleh dijadikan sebagai media syiar dan dakwah Islam di tengah-tengah masyarakat,” tuturnya
Sementara itu, Ketua Majelis Dikdasmen PWM Sulsel, Drs. H. Thamrin Taha, M.Pd., melaporkan bahwa diklat fasilitator Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Asing ini dilaksanakan selama tiga hari. Diikuti peserta utusan Majelis Dikdasmen se-Sulawesi Selatan.
Dengan adanya diklat ini, katanya, akan melahirkan fasilatator di daerah dalam mengadakan pembinaan dalam mata pelajaran yang merupakan ciri khas pendidikan Muhammadiyah.
(Rls)