Oleh: Kasri Riswadi
(Redaktur khittah.co)
______________________________________
Innalilillahiwainnailaihirajiun. Telah wafat Ustaz (Buya) Prof Dr Yunahar Ilyas, LC, M.Ag. pada Kamis (2/1) malam. Seorang ulama besar, Ketua PP Muhammadiyah dan Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat.
Tentang beliau ini, sebagai kader muda Muhammadiyah saya adalah satu dari sekian banyak kader yang mengagumi sosoknya atas keistiqomahan, keilmuan dan kharismasnya. Terlebih setelah dapat melihat dan mendengarkan secara langsung ceramah-ceramah beliau sejak saat Muktamar Muhammadiyah ke 47 di Makassar 2015 lalu.
Sebelumnya saya telah mengetahui tentang beliau, tapi belum tertarik sebab saat itu asumsuki ia adalah seorang konservatif Muhammadiyah. Alasanku sederhana, karena kutipan-kutipan komentarnya di media-media, maupun MUI.
Tapi sejak menjumpai di arena Muktamar, apa yang tertanam dalam persepsiku itu pudar seketika. Paling berkesan saat beliau membawakan khotbah jum’at di Masjid Kampus Unismuh Makassar, hari terakhir Muktamar.
Saya tertegun, tertarik dan terpesona dengan ceramah beliau. Tanpa perlu saya ulas kembali apa yang disampaikan, saya hanya dapat mengungkapkan bahwa dari beberapa orang yang saya tanya komentarnya tentang ulasan khotbah Buya Yunahar saat itu, dari kader yang agak konservatif, moderat sampai yang liberal, semua berkesimpulan khotbahnya sangat insfiratif, penuh gagasan, menggembirakan, dan berkemajuan. Waktu 20 menit tak terasa saat menyimaknya. Penyampaian dengan dan apa yang disampaikannya pun sungguh luar biasa.
Akhirnya beliau tidak seperti yang saya persepsikan selama ini. Dalam benak saya saat itu, pantas jika ia selama ini banyak dielukkan-elukkan dan dijagokan untuk menjadi Nakhoda Muhammadiyah. Kita kadang mengatakannya konservatif hanya karena tak pernah menyimaknya atau berinteraksi langsung dengannya.
Muhammadiyah tentu kehilangan besar, sebab beliau aset besar persyarikatan dan itu harus kita akui. Seorang ulama yang kini telah langka di Muhammadiyah bahkan di bangsa ini, seorang dai lulusan Timur Tengah yang pandai berdalil dengan mengutip Quran, hadits dan kitab-kitab, akademisi yang paripurna dan cendikiawan yang luwes dan sederhana.
Selamat Jalan, Uztaz Yunahar.