Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiMuhammadiyahOpini

Maju Bersama, Pemuda Berdaya dan Berkeadaban (Catatan Pelantikan PD PM Luwu Utara)

×

Maju Bersama, Pemuda Berdaya dan Berkeadaban (Catatan Pelantikan PD PM Luwu Utara)

Share this article

Oleh : Sandi Ibnu Syam

Pemuda Muhammadiyah dalam konsep gerakannya sebagai organisasi kepemudaan dan persyarikatan yang melakukan proses kaderisasi diharapkan menumbuhkan dan menjaga karakter untuk memajukan dan menggembirakan. Kedua hal ini merupakan karakter kader yang sejak awal dibentuknya muhammadiyah telah diharapkan menjadi karakter utama dan unggulan pada setiap kader Muhammadiyah.

Gerak dan perkembangan Pemuda Muhammadiyah yang telah memasuki 87 tahun menjadi momentum untuk tetap eksis dalam menyongsong agenda dakwah kedepan sebagai lokomotif perubahan dan membumikan islam berkemajuan ditengah-tengah umat. Untuk melakukan semua itu tentu kader muhammadiyah harus mampu merawat nalar ilmiah dan merawat akhlaqnya ditengah-tengah umat.

Hal yang paling utama dilakukan kader Pemuda  Muhammadiyah adalah menjadi pribadi yang merdeka, tidak terkungkung oleh beban moral, tidak terkungkung oleh partai politik dan lainnya yang mampu mempengaruhi setiap langkah kader yang ikhlas untuk menebar dakwah disemua ruang publik.

Ketika  Pemuda Muhammadiyah bergerak dan  melakukan sesuatu, maka semua itu  bertujuan untuk memperbaiki diri sendiri  dan orang banyak. Dalam setiap gerakan Pemuda  Muhammadiyah memiliki konsekuensi untuk memperbaiki kualitas  internal para Pemuda Muhammadiyah, dan menginspirasi orang lain untuk membawa perubahan pada umat

Kader  Pemuda Muhammadiyah diharapkan untuk selalu  mengingat dan menjaga dua hal yaitu merawat nalar ilmiah dan merawat akhlaq. Dalam hadits dikatakan bahwa agama itu adalah akhlaq. Akhlaq itu seperti haji, harus wuquf di arafah. Tidak sah  haji tanpa wuquf. Sama halnya dengan tidak ada Islam tanpa akhlaq yang baik.

Karena pentingnya akhlaq  itu, para kader harus selalu  menjaga akhlaq atau dalam bahasa lain disebut keadaban publik. Tindakan Pemuda Muhammadiyah selama ini dilandasi oleh keinginan untuk menjaga ruang  publik dari hal-hal yang merusak keadaban publik, termasuk perilaku dan kata-kata yang tuna moral dan tuna etika.

Pemberdayaan Pemuda Muhammadiyah lebih dituntut pada peningkatan dan penguatan system kemandirian-profesionalitas, mandiri dalam hal kreativitas dan aktivitas. Profesional dalam hal kinerja, spesialisasi-fungsional, produktivitas, edukatif-produktif, inovatif (kreatif-ekonomis). Jangan dirasakan hal ini menjadi sesuatu yang hanya dalam impian dan terdengar terlalu ideal. Bukankah segalanya bermula dari impian? pimpinan yakin dengan kondisi yang ada sekarang jika semakin professional di kelolanya niscaya impian itu akan menjadi kenyataan. Dan inilah cita-cita tersebut untuk  menjadikan Pemuda Muhammadiyah ini sebagai organisasi yang modern. Paling tidak bisa memberikan pengaruh positif dalam menumbuh kembangkan semangat ini, karena dalam organisasi terdapat pula  proses yang tersusun dari para individu untuk saling mempengaruhi dalam berbagai tujuan.

Ketua umum PP Pemuda Muhammadiyah, Sunanto mengemukakan ada tiga domensi yang menjadi bahan refleksi Pemuda Muhammadiyah. Pertama, dalam konteks kepemudaan, saya setuju dengan Juliette Koning (1997) bahwa pemuda itu tidak sekedar hal-hal demografis yang berkaitan dengan kelompok umur, tetapi pemuda berkaitan dengan bentukbentuk struktur, relasional dan perannya pada suatu konteks tertentu. Saya kemukakan ini karena bagi saya, apalah maknanya kelompok umur yang besar secara statistik, tetapi tidak punya peran apa-apa dalam konteks gerakan pemuda. Bagi saya, pemuda itu harus diletakkan dalam suatu setting social dan historis

Kedua, ke-Islam-an. Sebagai organisasi otonom Persyarikatan, Pemuda Muhammadiyah tidak bisa melepas dari ke-Islam-an sebagai identitasnya. Identitas ke-Islaman yang merujuk kepada paradigma Islam yang dianut oleh Persyarikatan. Ada dua terminologi penting kaitannya dengan paradigma ke-Islaman Muhammadiyah yaitu Islam berkemajuan dan masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Kedua terminologi itu tertuang dalam anggaran dasar Muhammadiyah dan Zhawahir Al-Afkar Al-Muhammadiyah. Berikut saya kutipkan bagaimana pengertian terhadap masyarakat Islam yang sebenar-benarnya.

Ketiga, dimensi ke-Indonesiaan. Artinya Pemuda Muhammadiyah berada dalam lokus perjuangan di sebuah negara bernama Indonesia. Dalam lintasan kesejarahan, Pemuda Muhammadiyah mengukirkan jejakjejak gemilang dalam menyumbangkan pikiran dan kader-kader terbaiknya dalam peran-peran kebangsaan di ranah Negara. Jenderal Sudirman dan Ir. Juanda adalah dua tokoh Pemuda Muhammadiyah yang dikenal mempunyai kontribusi besar dalam perjuangan bangsa Indonesia. Jenderal Sudirman pernah menjadi Panglima TNI sedangkan Ir. Juanda berperan penting dan menentukan dalam menyatukan seluruh kepulauan Indonesia melalui Deklarasi Djuanda 1957, yang menjadi pangkal tolak perjuangan Indonesia di PBB untuk menyatukan lautan dan daratan dalam satu kepulauan Indonesia yang utuh.

Menurut Abdul Munir Mulkhan, (2015, 15-26) yang mengemukakan jejak-jejak pemikiran Islam KH. Ahmad Dahlan terlihat pada pembelaan pada kaum tertindas dan pencerdasan semua lapisan umat melalui gerakan pendidikan (sebagian saat ini dikenal dengan nomen klatur dakwah dan tabligh. Pembelaan kaum tertindas dan pencerdasan tersebut didasari suatu tata nilai yang disebut welas asih, diharapkan Pemuda Muhammadiyah pun demikian dalam merancang dan mengaktualisasikan geraknnya.

Konsensus bersama pasca Musyda Pemuda Muhammadiyah, melalui  momentum pelantikan, penataran dan rapat kerja Pemuda Muhammadiyah Luwu Utara, diharapkan menjadi tonggak meneruskan karakter gerakan Pemuda Muhammadiyah, agar  kesesuaian wajah Pemuda Muhammadiyah hari ini dapat terawat dengan senantiasa merawat nalar dan akhlaq serta maju bersama, pemuda berdaya dan berkeadaban. (diolah dari berbagai sumber).

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply