Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Merebut Narasi Demi Progresivitas Gagasan Berkemajuan

×

Merebut Narasi Demi Progresivitas Gagasan Berkemajuan

Share this article

Ilustrasi:  Ikatan Pelajar Muhammadiyah

Oleh:  Lilis Ariska

 

Kehidupan manusia, tidak akan pernah terlepas dari kegiatan dan tradisi membaca dan menulis. Jauh sebelum manusia mengenal tulisan dan sebagainya, manusia di beberapa catatan sejarah telah membuat bahan bacaan dan tulisan tersendiri walaupun dalam bentuk sandi atau kode. Seiring perkembangannya, manusia dan dunia baca-tulis adalah dua hal yang tak dapat lagi terpisahkan. Tulisan dan bacaan menjadi alat penunjang yang dilakukan manusia dalam berinteraksi. Tanpa adanya rekam jejak berupa tulisan atau bacaan, maka kehidupan nenek moyang manusia tidak akan mampu diketahui oleh generasi sekarang.

Seiring perkembangannya, tradisi baca-tulis juga mengikut sesuai zamannya. Dari penggunaan batu sebagai alat tulis hingga saat ini yang semakin menunjukkan tingkat kemajuan zaman. Penggunaan alat-alat canggih yang bahkan manusia terdahulu tak pernah memikirkannya.

Semua teknologi yang dibuat guna menunjang dan mendukung dunia literasi manusia, seoptimal mungkin diperadakan. Hingga hari ini, yang dikenal dengan era revolusi industri 4.0 menjadi peluang sekaligus tantangan tersendiri untuk umat manusia. Teknologi informasi dan telekomuniasi yang berkembang secara cepat, bisa menjadi peluang jika dimanfaatkan sebaik mungkin. Sekaligus menjadi tantangan karena dampak negatif yang mengiringi perubahan itu sendiri.

Di tengah arus digital dan tingginya gelombang tsunami hoax menjadi tantangan sekaligus problem yang harus mampu dihadapi oleh manusia. Terutama bagi generasi muda yang di dalamnya termasuk pelajar. Generasi yang lahir seiring dengan semakin matang dan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dengan segala sistem dan piranti pendukungnya, bisa disimpulkan telah terintegrasi dengan teknologi yang melekat sebagai platform dan infrastuktur kehidupan mereka.

Perkembangan teknologi merupakan bukti dan pengejawantahan dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh manusia. Namun di balik itu, kita tidak dapat menafikan bahwa di setiap sisi positif dari sebuah perubahan, maka akan selalu ada sisi negatif yang mengiringinya.

Mencermati atmosfer kehidupan hari ini, banyak hal paradoks sebagai konsekuensi logis dari perkembangan dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang beriringan dengan “disposisi sikap” yang rendah terhadap perkembangan dan kemajuan tersebut. Disposisi sikap yang rendah ini relevan dengan apa yang disebut oleh Yudi Latif (2020), “miskonsepsi tentang industri” dan “miskonsepsi tentang teknologi”.

Hari ini kita sedang dalam pusaran peradaban digital dan sekaligus era disrupsi. Menimbulkan banyak perubahan, mempengaruhi nalar, menuntut kemampuan adaptif dan inovasi. Terlambat sedikit saja, akan tergilas roda kehidupan. Tesis Michael Foucault “knowledge is power”-pun seakan sudah tergilas dan tergantikan dengan tesis “speed is power”. Kini manusia berada dalam ekstasi kecepatan.

Post Truth Ruang Kesesatan Narasi

Hari ini, di tengah kondisi kehidupan yang dikenal dengan post truth atau di tengah kehidupan era digital, sesungguhnya IPM hadir dan kalah dalam hal gagasan oleh aktor-aktor yang lain. Dan gagasan yang memenuhi jagad informasi khususnya di dunia termasuk media sosial sangat kontradiktif dengan gagasan yang diharapkan oleh IPM atau tidak sejalan dengan garis perjuangan IPM, maka dipandang perlu IPM merebut narasi tersebut agar menjadi corong, garda terdepan dan teladan dalam hal memproduksi gagasan.

Hal ini, agar kelak gagasan-gagasan yang lahir yang memenuhi jagad kehidupan khususnya media sosial atau para generasi muda pengguna media sosial adalah gagasan yang berkemajuan yang menjiwai spirit Islam berkemajuan atau sesuai paradigma IPM yang sesuai dengan karakter “Pelajar Berkemajuan”.

Dari selaksa deskripsi problematika di atas pada substansinya saya ingin menyampaikan bahwa hari ini, membaca realitas kehidupan yang sebenarnya bukanlah perkara yang mudah, belum lagi produksi dan reproduksi hoax di media sosial yang sangat massif dan ditunjang oleh model manusia yang telah mengalami apa yang disebut kehidupan inersia dan semakin terseret dalam arus “negatif” dunia virtual.

Mendorong gerakan literasi di Indonesia harus dilakukan secara kolektif setiap lapisan masyarakat tanpa terkecuali. Apatah lagi dalam membentuk budaya literasi dapat dilakukan dengan beragam cara, salah satunya dengan melakukan pendekatan akses dengan menyediakan fasilitas dan beragam buku bacaan.

Selain itu memudahkan akses dengan menyediakan bahan bacaan, dan dilakukan secara berkesinambungan yang pada akhirnya menyebabkan timbulnya tradisi berliterasi yang kuat di masyarakat. Keberadaan gerakan literasi ini banyak dikampanyekan dan digalakkan baik secara personal maupun melalui taman/rumah baca, organisasi, dan komunitas literasi yang didalamnya termasuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), harus mendapatkan apresiasi oleh semua pihak.

Dalam merebut narasi demi progresivitas gagasan berkemajuan, solusi utamanya adalah tahap awal memassifkan atau menumbuhkan semangat membaca dan menulis, kemudian harus ada dorongan secara massif kepada kader-kader agar bisa menulis melalui media online atau media sosial berdasarkan tema-tema umum seperti Islam wasathiyah, toleransi, Pancasila sebagai darul ahdi wa syahadah, dan yang paling utama menguasai platform media sosial dan selalu meramaikan secara bersama. Kerja-kerja seperti ini harus di seriusi. Ibarat IPM menjadi influencer bagi pelajar non IPM khususnya terkait tema-tema atau gagasan yang mencerminkan spirit “Islam Berkemajuan”.

Penguatan Komunitas dan Dakwah Virtual.

Selain itu, untuk menyampaikan gagasan-gagasan yang berkemajuan tersebut, perlu kiranya digerakkan dalam bentuk komunitas atau kelompok, sehingga mampu meng-counter lebih banyak hal yang paradoks. Oleh karaena itu di butuhkan metode-metode dalam  mengembangkan dan menyampaikan gagasan tersebut yang berupa dakwah virtual

Dalam rangka melaksanakan dakwah komunitas virtual diperlukan pendekatan yang menggunakan model sebagai berikut: Pertama, metode partisipatoris untuk mendorong perubahan perilaku, artinya kelompok ini karena berada dalam ruang sosial yang cair maka diperlukan model dakwah yang menekankan pada perubahan orientasi pengetahuan, sikap, dan tindakan sesuai dengan pesan dakwah Islam yang tentu saja bermuatan pencerahan.

Kedua, media kegiatan dakwah bagi konuitas virtual ialah melalui “Tabligh bil-Qalam” yaitu dengan mengembangkan media literasi dan pemanfaatan media sosial yang bersifat tertulis dengan berbagai pesan yang mencerahkan.

Dengan kondisi kehidupan hari ini mengsyaratkan agar Ikatan Pelajar Muhamadiyah sebagai komunitas yang tercerahkan dan memiliki etos sebagai patron intelektualitas dan sebagai wadah sejak dini untuk memantik dan menginternalisasi sekaligus mengeksternernalisasi spirit Islam berkemajuan sekaligus untuk melakukan reaktulisasi maka langkah untuk merebut narasi adalah hal yang urgen di tengah kehidupan digital hari ini.

Sebagaimana telah saya tegaskan di atas, dunia digital bukan hanya menimbulkan dampak positif tetapi termasuk dampak negatif  seperti lahirnya kondisi kehidupan yang disebut post truth, yang ditandai dengan informasi bohong dan kepalsuan (hoax) terus diproduksi dan direproduksi. Dan bahkan informasi hoax digunakan untuk menyulut emosi dan sentimen publik di ruang publik.

Sehingga di tengah kondisi post truth yang tidak dibarengi dengan literasi yang baik terutama literasi digital maka yang terjadi adalah suatu kondisi yang dalam mereproduksi gagasan atau pengetahuan hanya berdasakan keinginan dan perasaan dan tidak merujuk pada fakta-fakta objektif dan dasar pengetahuan yang otoritatif.

Maka menjadi tugas besar Ikatan Pelajar Muhammadiyah hari ini adalah merebut narasi agar di dunia digital, media sosial bisa lahir progresivitas gagasan yang berkemajuan demi menyelamatkan generasi bangsa agar tidak menjadi generasi strawberry.

*Penawaran Mahasiswa UNM/Anggota. IPMawati PW. IPM Sulawesi Selatan

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply