Oleh: Gevy Nuradira Isnaini*
Milad ke-109 Muhammadiyah,18 November 2021, dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Dr. Haedar Nashir, M.Si, dan para tamu undangan. Dengan diadakannya acara milad ini diharapkan untuk mempererat silahturahmi kepada masyarakat dan memberikan keyakinan bahwa masyarakat Indonesia bisa menghadapi pandemi Covid-19.
Haedar Nasir dalam menyampaikan pidatonya mengambil tema “Optimis Hadapi Covid-19 Menebar Nilai Utama”. Optimis merupakan sikap berpikir positif dalam menghadapi berbagai macam dinamika kehidupan, salah satunya warga Indonesia menghadapi pandemi Covid-19 saat ini.
Sikap optimistik menjadikan masyarakat Indonesia semakin yakin untuk bangkit dari wabah Covid-19 yang telah masuk ke Indonesia sejak Maret tahun 2020D. Dan sampai saat ini penurunan kasus Covid-19 berangsur membaik. Sikap optimistik disertai ikhtiar bangkit niscaya dilakukan oleh pemerintah dan seluruh rakyat. Dengan ini masalah negeri dapat diselesaikan jika semua pihak bersatu dalam bingkai Indonesia milik bersama, disertai sikap mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di atas kehendak diri dan kepentingan sendiri-sendiri.
Kerja sama antara masyarakat dan pemerintah merupakan peran penting untuk saat ini, di mana pemerintah mengatur dengan efektif, sebaliknya masyarakat mematuhi peraturan yang diberikan pemerintah. Adanya musibah Covid-19 dapat dipetik hikmah menguatkan keyakinan kaum beriman bahwa sikap bertauhid meniscayakan kepedulian pada persoalan kemanusiaan, termasuk menyelamatkan jiwa manusia.
Pada dasarnya, manusia merupakan makhluk ciptaan Allah yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tugas kita dalam menghadapi masalah yang ada senantiasa berdoa, berusaha, menyerahkan segala urusan kepada Allah dan husnudzon bahwa Allah akan membantu kita. Adapun nilai keutamaan kasih sayang adalah hal yang penting dalam agama Islam melalui silahturahmi dan ukhuwah sebagai wujud kepedulian, kerjasama, empati dan simpati sesama manusia.
“Orang-orang yang penyayang itu akan dikasihani oleh yang Maha Penyayang dan yang Mahasuci lagi Maha tinggi, maka sayangilah makhluk yang ada di bumi niscaya kalian akan disayangi oleh makhluk yang ada di langit” (H.R.‘Abdullāh bin ‘Amr r.a.). Mari letakkan musibah global ini dalam pandangan kemanusiaan yang humanistik.
Menurut Steven Pinker (2018) dalam Enlightment Now, manusia di era pencerahan dunia modern mesti mengembangkan a humanistic sensibility, yang menumbuhkan sentimen empati seperti kemurahan hati, belas kasih, dan rasa saling memahami satu sama lain. Sifat-sifat empati tersebut menghidupkan watak alami manusia sebagal makhluk yang “merasa” (sentient) seperti senang dan sedih, suka dan duka, derita.
Sifat-sifat manusiawi yang alamiah itu boleh jadi sering terdelusi oleh pola pikir bahagia dan sekular yang rasional-instrumental maupun pandangan keagamaan yang dangkal. Muhammadiyah merupakan organisasi islam yang besar . nama organisasi tersebut diambil dari Nabi Muhammad, dengan diharapkannya pengikut organisasi Muhammadiyah menjadi pengikut Nabi Muhammad. Dalam pembentukannya, Muhammadiyah banyak merefleksikan kepada Al-Qur’an, salah satunya Ali-Imran ayat 104 berbunyi “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.
Menurut para tokoh, ayat tersebut mengandung isyarat untuk bergeraknya umat Islam dalam menjalankan dakwah secara terorganisasi. KH Ahmad Dahlam merupakan pendiri Muhammadiyah. Ahmad Dahlan lahir di Yogyakarta 01 Agustus 1873. Ketika umur 15 tahun sudah melaksanakan haji yang pertama kali dan bermukin selama 5 tahun di Makkah Al Muarramah untuk memperdalam ilmu agamanya.
Latar belakang berdirinya Muhammadiyah adalah adanya pemahaman agama umat Islam di Indonesia yang beragam dan kondisi masyarakat saat itu jauh dari kesejahteraan dan pendidikan. Oleh karena itu, Ahmad Dahlan mempunyai gagasan untuk membuat lembaga pendidikan serta mengembangkan Muhammadiyah sebagai media yang bertujuan membebaskan bangsa dari permasalah-permasalahan diatas.
Ahmad Dahlan memiliki jiwa kepemimpinan transformatif dan berpikiran secara inklusif relativis dalam artian memahami bahwa ditubuhkannya jiwa sportif. Selain itu, juga melakukan tabligh dan lawatan ke berbagai daerah di Pulai Jawa dalam rangka menyuarakan umat Islam harus kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah serta menghindari segala bentuk amalan yang menjerumuskan pelakunya dalam kesyirikan dan tahayul.
Melalui momentum Milad ke-109 tahun ini marilah seluruh anggota Muhammadiyah di semua tingkatan dan lingkungan kelembagaan sampai jamaah untuk memantapkan diri agar tetap ikhlas dalam ber-Muhammadiyah, berkomitmen tinggi, berkhidmat, bekerjasama dan menjalin kebersamaan, bekerja secara sistemik dan terorganisasi, menjadikan persayarikatan unggul berkemajuan. Selain itu memperluas gerak Muhammadiyah dalam memajukan umat, bangsa, dan kemanusiaan semesta.
Adapun pesan dari KH.Ahmad Dahlan yaitu kita sebagai generasi selanjutnya untu senantiasa menjaga Muhammadiyah dan tetap maju dan bisa memberikan manfaat untuk seluruh umat manusia sepanjang sejarah. Muhammadiyah juga dapat berkembang dengan baik dan terus menurus selamanya
* Mahasiswa S1 Kebidanan Semester 3A Universitas Aisyiyah Yogyakarta.