Oleh : Windi Prastyanti Cahyani*
Pendidikan karakter saat ini menjadi sorotan masyarakat, sebab semakin bergesernya nilai-nilai luhur dalam masyarakat. Nilai-nilai luhur tersebut seperti: nilai kesopanan, kejujuran, religius, gotong royong, dan sikap ramah. Hal ini dibuktikan dengan semakin maraknya bentrokan yang dilakukan antar warga, terjadi tawuran pelajar, banyaknya kejahatan seksual terhadap anak, begal/rampok dan terjadi perseteruan di sosial media (sosmed) baik di facebook, whatsApp, instagram, line atau twitter yang seharusnya menjadi ranah individu namun sekarang telah banyak menjadi konsumsi publik.
Pendidikan kita perlu disusun ulang agar dapat menghasilkan lulusan yang lebih berkualitas dan siap menghadapi masa depan yang penuh dengan permasalahan dan tantangan sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki karakter mulia. Pendidikan harus mampu mengemban misi pembentukan karakter sehingga peserta didik dan lulusannya dapat berpartisipasi dalam mengisi pembangunan di masa-masa mendatang tanpa meninggalkan nilai-nilai karakter mulia.
Pendidikan Karakter diyakini oleh berbagai pihak dapat menjadi sebuah solusi permasalahan masyarakat. Di mana salah satunya yaitu dengan kepribadian muhammadiyah yaitu: beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan, mengamalkan ukhuwah islamiyyah, berlapang dada dengan memiliki pandangan dengan memegang teguh ajaran Islam. Selain itu memiliki sifat keagamaan dan kemasyarakatan, menaati segala aturan negara, amar ma’ruf nahi mungkar dalam segala hal serta menjadi contoh teladan yang baik, aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dengan melakukan pembangunan sesuai dengan ajaran Islam.
Berikutnya yang masih menjadi kepribadian Muhammadiyah, yaitu melakukan kerjasama dengan semua golongan Islam dalam usaha menyiarkan dan mengamalkan agama Islam, membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridhai Allah SWT, memiliki sifat adil serta korektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.
Pendidikan karater dalam kemuhammdiyahan juga dapat dikembangkan melalui hakikat manusia itu sendiri. Menghargai nilai yang ada dalam diri manusia, maksudnya memberikan penyadaran untuk mencintai nilai-nilai yang ada dalam diri. Ketika manusia bisa mencintai dirinya, maka dia bisa mencintai orang lain sehingga ia mendapatkan cinta dari orang lain.
Manusia yang dapat mencintai kehidupannya, akan dapat mencintai setiap apa yang dilakukan dalam hidup ini, pada akhirnya kehidupan akan memberikan cinta dan kebahagiaan dalam hidupnya. Firman Allah SWT, Artinya: ”Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik baiknya” (QS.Attin:4). Sehingga hubungan muamalah yang baik dan memiliki sikap kemasyarakatan dan terjalin ukhuwah islamiyyah.
Setiap manusia harus memiliki kepribadian amar ma’ruf nahi munkar di mana ditekankan untuk mengantisipasi maupun menghilangkan kemunkaran dengan tujuan utama menjauhkan semua hal negatif di tengah masyarakat, tanpa menimbulkan dampak negatif yang lebih besar. Amar ma’ruf nahi munkar adalah upaya menegakkan agama dan kemaslahatan di tengah-tengah umat. Orang yang melakukan amar ma’ruf nahi mungkar pun harus mengerti mengenai masalah yang akan dihadapi, agar tidak salah dan keliru dalam bersikap, sehingga tidak menimbulkan kerusakan di muka bumi ini.
Menanamkan keyakinan pada nilai positif, dengan menanamkan nilai positif ini dapat menjadikan selalu berfikir positif pada setiap orang yang dihadapi, meskipun tahu orang tersebut memiliki kepribadian yang buruk. Apabila memiliki keyakini bahwa setiap orang memiliki sisi kebaikan maka akan mncul sikap menghargai orang lain. firman Allah Swt, Artinya: ”dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya”.(QS.An-Najm:39)
Membangun nilai-nilai keiklasan. Sikap ikhlas merupakan pencapaian perilaku hidup tertinggi dalam menuju sifat ilahiah dalam diri manusia. Di dalamnya terkandung makna kesabaran, kepasrahan, ketulusan dan keyakinan. Maka manusia yang memiliki sikap ini akan merasakan kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup ini.
Menanamkan pemahaman bahwa kebencian adalah kebodohan. Di sini manusia dituntut untuk berjiwa besar, mampu mengendalikan emosi amarah dan sakit hati. Membiasakan selalu bersyukur dan memuji asma Allah Swt, maka akan muncul jiwa yang luhur. Sabda Rasulullah saw ”Ketahuilah, sesunggunya dalam tubuh ini ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baiklah seluruh tubuhnya. Apabila ia rusak, maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah, ia adalah hati.” (HR. Buhari dan Muslim).
Menanamkan konsep semangat dan optimisme. Membiasakan melakukan kegiatan-kegiatan yang positif, karena setiap orang perilakunya akan dipengaruhi orang-orang disekitarnya, atau buku-buku yang dibacanya. Jika kita mengisi hidup dengan bergaul dilingkungan positif maka, hidup kita akan tertular dengan semangat dan optimisme yang tinggi dan hidup kita akan terarah.
Dengan memiliki kepribadian muhammadiyah maka dapat menghadapi arus kehidupan yang sedemikian deras, masyarakat dunia, tak terkecuali umat Islam, akan berhadapan, face to face dengan berbagai dampak dari era ini dalam bentuk agresi ideologi, politik, ekonomi, budaya, intelektual. Semua ini dapat memarjinalkan dan menggerus konservasi kearifan dan budi luhur serta nilai-nilai agama yang telah lama mereka pegang dengan teguh. Sehingga tetap dapat berpegang teguh pada nilai-nilai Islam.
* Mahasiswa Kebidanan Semester 3 Universitas Aisyiyah Yogyakarta