Oleh : Mila Dewi Susanti*
Pada 18 November 1912, tepatnya 109 tahun yang lalu telah lahir suatu organsasi Islam modernis terbesar di Indonesia, lebih tepatnya di daerah Kauman, Yogyakarta. Organisasi tersebut diberi nama dengan Persjarikatan Moehammadijah yang didirikan oleh K.H Ahmad Dahlan, serta perjuangan beliau didukung langsung oleh istrinya sendiri yakni Siti Walidah atau sering dikenal dengan Nyai Siti Ahmad Dahlan, yang juga merupakan salah satu pemimpin ‘Aisyiyah.
K.H Ahmad Dahlan serta Siti Walidah bahkan diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Muhammadiyah merupakan organisasi yang melakukan gerakan pembaharuan Islam yang lebih baik dengan berdasarkan ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah di negara terbesar masyarakatnya mayoritas Islam terbesar di dunia. ( Madjid, 1999; Peacok,1978,1986).
Muhammadiyah merupakan organisasi Islam yang melekat dalam pikiran dan denyut nadi kehidupan masyarakat bangsa Indonesia. Masyarakat sangat mengenal luas melalui amal usahanya, seperti contoh dibangunnya lembaga pendidikan dari mulai tingkat dasar hingga perguruan tinggi yang salah satunya Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, di bidang kesehatannya Muhammadiyah membangun Rumah Sakit serta Poliklinik, sedangkan di bidang sosialnya mendirikan panti asuhan,dan masih banyak lagi lainnya.
Muhammadiyah juga memainkan peran kesejarahan yang sangat penting dalam Gerakan Kebangkitan Nasional dan Perjuangan Kemerdekaan Indonesia. Contohnya, Gerakan Kepanduan Hizbul Wathon 1918 yaitu gerakan menjungjung tinggi cinta tanah air, yang dari rahim gerakan inilah lahir seorang pemuda bernama Soedirman yang menjadi pelopor perang Grilya dan sekaligus mendapatkan gelar sebagai Bapak Tentara Nasional Indonesia.
Tidak hanya itu peran ‘Aisyiyah juga sangat penting dalam kongres perempuan pada 1928 di mana menjadi tonggak sejarah kebangkitan perempuan Indonesia. Demikian pula kepeloporan majalah Suara Muhammadiyah(SM) 1915 yang sejak tahun 1923 memperkenalkan penggunaan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia sebelum terjadinya Sumpah Pemuda 1928 yang sangat monumental dalam peletakan dasar Indonesia.
Muhammadiyah sebagai gerakan Islam tidak dapat dipisahkan dari ideologi, yakni seperangkat paham tentang kehidupan dan strategi perjuangan untuk mewujudkan cita-citanya (Kiai H.M Djindar Tamimi 1968;3). Prinsip ideologis Muhammadiyah tersebut terkandung dalam muqaddimah, kepribadian, matan keyakinan dan cita-cita hidup Muhammadiyh (MKMCH), khittah, dan pedoman hidup Islam. Dengan prinsip ideologis tersebut Muhammadiyah menegaskan diri sebagai ideologi yang bekemajuan (reformis-modernis) yang berwatak tengahan ( wasithiyah, moderat), yang berarti tidak menganut paham eksterm/radikal.
Muhammadiyah dengan paham agama dan ideologinya tersebut menjadikan Negara Republik Indonesia sebagai negara Pancasila Darul Ahdi Wa Syahadah, yakni negara hasil dari konsensus nasional yang di atasnya tidak boleh mendirikan ideologi lain yang bertentangan dengan pancasila sebagai dasar negara. Pancasila tidak beloh diselewengkan dengan ideologi lain yang bertentangan dengan esensi kelima silanya serta dengan ajaran agama yang hidup di Indonesia. Karena itulah Indonesia yang berdasarkan pancasila tersebut harus mencapai cita-cita yang ditentukan oleh pendiri bangsa terdahulu yaitu menjadi negara yang bersatu, maju, adil, makmur dan berdaulat. Tidak hanya itu Muqaddimah yang dianut Muhammadiyah juga mengandung prinsip-prinsip pemikiran yang mendasari konstitusi gerakan Muhammadiyah sebagaimana pembukaan UUD dengan batang tubuh UUD 1945 dalam konstitusi dasar Negara Republik Indonesia.
Milad Muhammadiyah yang ke-109 tahun bertepatan pada 18 November 2021 kemarin, mengusung tema “Optimis Menghadapi Covid-19 : Menebar Nilai Utama”. Resepsi milad Muhammadiyah dilaksanakan dan disiarkan langsung melalui YouTube dan TV Muhammadiyah. Acara ini dihadiri langsung oleh Presiden Republik Indonesia, Ir. H. Joko Widodo serta Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhamadiyah, Prof. Dr. H. Haedar Nashir. M. SI.
Joko Widodo menyampaikan bahwa persyarikatan Muhammadiyah telah mewarnai bangsa, bersinergi, membangun kekuatan, berjuang, merawat dan memajukan Indonesia. Sejarah juga sudah mencatat, bahwa Muhammadiyah tiada henti menebarkan nilai-nilai utama untuk memperoleh umat Islam yang berkemajuan sebagai kunci meraih martabat insan mulia.
Dalam pidatonya, Haedar Nasir selaku ketua pimpinan pusat Muhammadiyah (PP) yang dibacakan pada milad ke-109 tahun Muhammadiyah. Menyatakan bahwa Covid-19 ini telah memberikan pelajaran dan hikmah yang sangat berharga kepada manusia, serta senantiasa menjaga dan memelihara kehidupan yang baik. Haedar juga menyampaikan beberapa poin penting/utama yang berkaitan dengan tema yang diusung yaitu sikap optimis, nila ketauhidan untuk kemanusiaan, nilai pemuliaan manusia, nilai persaudaraan dan kebersamaan, nilai kasih sayang, nilai tengahan atau moderat, nilai kesungguhan berusaha,nilai keilmuan/ilmiah, dan nilai kemajuan.
Haedar mengatakan, Muhammadiyah terus bertransformasi memberikan peran-peran yang dibutuhkan pada masanya. Muhammadiyah terus mendorong dan memainkan peran agar Indonesia menjadi bangsa dan negara yang maju dan sejahtera di berbagia bidang kehidupan, dengan tetap berpijak pada pancasila, nilai luhur agama dan kebudayaan sendiri.
Seperti halnya yang kita ketahui pada masa pandemi Covid-19 ini, Muhammadiyah lagi-lagi sangat berjasa untuk bangsa Indonesia. Di mana Muhammadiyah tetap fokus mengatasi Covid-19 beserta dampaknya secara serius. Sejak awal Muhammadiyah konsisten bergerak produktif dalam mengatasi Covid-19 melalui program kesehatandengan melibatkan 177 Rumah Sakit yang dikoordinasikan oleh MCCC. Bahkan menyediakan lebih dari 400 tempat tidur di seluruh Indonesia khusus untuk pasien Covid-19, serta mengadakan vaksinasi di beberapa ratusan lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia.
Pada milad Muhammadiyah yang ke-109 tahun kemarin memberikan motivasi terhadap diri saya, agar senantiasa menebar kebaikan pada setiap ospek kehidupan dalam keadaan apapun dan dimanapun. Dan sudah seharusnya kita, terutama saya selaku mahasiswa yang dinaungi oleh Muhammadiyah bisa menjadi kader penerus dan pelopor untuk menebar nilai-nilai kebaikan serta kemajuan bangsa Indonesia tercinta ini, agar menjadi negara yang maju dan sejahtera.
* Mahasiswa S1 Kebidanan semester 3 Universitas ‘Aisyiyah (UNISA) Yogyakarta