Oleh: Friescha Friecillia Martin*
Tinggalkan mimpi, detak jarum dinanti telah tiba. Konsolidasi nasional menjadi niscaya menyertai gerakan pulih dan bangkit. Bangsa ini masih memiliki persoalan yang harus terus dipecahkan bersama. Sukma bergetar melintasi getaran-getaran senandung buana kalbu. Islam tidak mengajarkan untuk memandang hidup dengan penuh pesimisme.
Kemajuan dan keunggulan Indonesia haruslah memiliki fondasi yang kokoh berlandaskan konstitusi, dasar negara Pancasila, serta nilai-nilai luhur agama dan kebudayaan yang hidup dalam jati diri bangsa. Optimisme dalam wujud tekad dan ikhtiar untuk berubah juga menjadi niscaya dalam memecahkan persoalan-persoalan umat dan bangsa.
Islam sejatinya agama yang mengajarkan kemajuan hidup umat manusia. Banyak sekali pesan penting ajaran Islam baik tentang kemajuan dalam Al-Qur’an dan Sunah maupun jejak sejarah Islam, sehingga dapat dikatakan bahwa Islam adalah agama yang berkemajuan. Muhammadiyah niscaya bergerak makin dinamis untuk langkah-langkah perubahan, melakukan usaha-usaha strategis, mengembangkan pusat-pusat keunggulan serta peluasan daya jelajah pergerakkan Muhammadiyah yang diberbagai bidang kehidupan.
Pesan dari KH Ahmad Dahlan, yaitu “Karena itu, aku titipkan Muhammadiyah ini kepadamu sekalian dengan penuh harapan agar engkau sekalian mau memelihara dan menjaga Muhammadiyah itu dengan sepenuh hati agar Muhammadiyah bisa terus berkembang selamanya”. Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan dalam memurnikan ajaran Islam yang dianggap banyak dipengaruhi oleh hal-hal mistik.
Muhammadiyah adalah gerakan Islam yang melaksanakan dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan maksud dan tujuan menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya. Tidak ada yang paling berjasa dalam perjuangan dan pembangunan Indonesia, semuanya memainkan perannya yang konstruktif.
Muhammadiyah memiliki komitmen dan tanggung jawab tinggi untuk memajukan kehidupan bangsa dan negara sebagaimana dicita-citakan para pendiri bangsa. Salah satunya seperti berperan penting dan strategis dalam melakukan modernisasi pendidikan Islam di Indonesia.
Sekolah pertama yang didirikan oleh KH Ahmad Dahlan adalah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah pada tanggal 11 Desember 1911 di Kauman, Yogyakarta. Sekolah pertama yang didirikan KH Ahmad Dahlan ini dibuka di rumahnya dengan sistem Barat, memakai meja, kursi, dan papan tulis. Materi pelajaran yang diberikan meliputi materi agama yang biasa diajarkan di pesantren dan materi umum yang biasa diajarkan di sekolah Belanda.
Dengan demikian, peran KH Ahmad Dahlan dalam bidang pendidikan adalah upaya mengompromikan beberapa unsur positif dari sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan Barat. Selain itu, ketika Indonesia sedang mengalami persoalan sosial, ekonomi, pendidikan, dan politik, maka Muhammadiyah selama 109 tahun kehadirannya di negeri ini telah mendirikan ribuan amal usaha untuk membantu warga miskin. Misalnya, panti asuhan, rumah sakit, lembaga pendidikan, lembaga perbankan, dan lembaga pemberdayaan masyarakat miskin. Hal itu merupakan bukti peran Muhammadiyah bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pada Milad ke-109 Muhammadiyah mengusung tema “Optimis Hadapi Pandemi COVID-19: Menebar Nilai Utama”. Pandemi Covid-19 memberi pelajaran berharga tentang pentingnya manusia menjaga atau memelihara kehidupan. Kehidupan manusia merupakan sesuatu yang luhur, berharga, dan bermakna. Pandemi ini masalah bersama yang niscaya menjadi ibrah dan hikmah yang menumbuhkan pandangan dan sikap luhur berbasis nilai-nilai utama (al-qiyam al-faḍīlah).
Adapun nilai-nilai utama yang dapat dijadikan sebagai dasar orientasi dalam menghadapi pandemi Covid-19, seperti Nilai ketauhidan untuk kemanusiaan, tauhid merupakan asas paling mendasar dalam Islam. Tauhid dalam Islam tidak terbatas menyangkut aspek iman untuk mengesakan Tuhan semata, bersamaan dengan itu tauhid maupun iman dan takwa terkait dengan urusan kemanusiaan dan kehidupan.
Musibah Covid-19 dapat dipetik hikmah menguatkan keyakinan kaum beriman bahwa sikap bertauhid meniscayakan kepedulian pada persoalan kemanusiaan, termasuk menyelamatkan jiwa manusia. Nilai pemuliaan manusia, pandemi Covid-19 memberikan pembelajaran pentingnya untuk memuliakan manusia atau jiwa dan fisik manusia agar dihargai dan diselamatkan, sebaliknya jangan sampai diabaikan, disia-siakan, dan direndahkan.
Nilai persaudaraan dan kebersamaan, pandemi ini merupakan penderitaan semua umat manusia. Kondisis darurat dan musibah ini sungguh memerlukan sikap bersaudara dan kebersamaan seluruh warga bangsa dengan nilai kasih sayang dan saling menolong. Nilai kasih sayang, ajaran kasih sayang dalam Islam sangat penting dan luas yang lahir dari nilai ihsan, ukhuwah, silaturahmi, dan ta‘āwun dalam wujud kepeduliaan, empati, simpati, kerjasama, dan kebersamaan atas nasib sesama.
Nilai tengahan atau moderat, Muhammadiyah berusaha mengembangkan nilai moderat atau Wasaṭiyah yang berprinsip dan autentik, tanpa merasa paling Wasaṭiyah, tetapi tidak pula bias wasaṭiyah yang atas nama moderat membenarkan “apa saja” dan menjurus pada hal-hal yang ekstrem (guluw atau taṭarruf). Nilai kesungguhan berusaha, sikap optimis disertai ikhtiar yang bersungguh-sungguh harus menjadi jiwa, pikiran, dan orientasi tindakan semua orang di negeri ini untuk mengubah keadaan yang buruk dari wabah Corona ke situasi yang lebih baik.
* Mahasiswa S1 Kebidanan semester 3 Universitas Aisyiyah Yogyakarta