Oleh: Muhammad Chirzin*
KHITTAH.CO,- Muhammadiyah adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar berdasarkan Al-Quran dan Sunah shahihah dengan cita-cita besar mewujudkan baldatun thayyibatun warabbun ghafur – negeri makmur dalam lindungan Tuhan Yang Maha Pengampun. (QS 34:15).
Muhammadiyah memiliki lebih dari 7500 Sekolah dan Madrasah, 175 Perguruan Tinggi, 475 Rumah Sakit, 315 Panti Asuhan, 55 Panti Jompo, 85 Rahabilitasi Cacat, 11.250 Masjid/Mushalla, Baitul Mal wat Tamwil, Koperasi, Minimarket, dan ribuan gedung serta tanah wakaf.
Pendiri Muhammadiyah, K.H.A. Dahlan, berpesan kepada dirinya sendiri yang patut diikuti warga Muhammadiyah, “Wahai Dahlan, di depanmu ada bahaya besar dan peristiwa yang pasti harus engkau lewati. Mungkin engkau mampu melewatinya dengan selamat, tetapi mungkin juga engkau binasa karenanya…” “Wahai Dahlan, bayangkan seolah engkau seorang diri menghadapi kematian, pengadilan, hisab, surga, dan neraka. Dari sekian yang engkau hadapi itu, renungkanlah yang terdekat, dan tinggalkanlah lainnya…”
Khittah perjuangan K.H.A. Dahlan: “Tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain; tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik; tidak sombong dan tidak besar kepala jika dipuji; tidak jubria (ujub, kikir, dan riya`); mengorbankan harta benda, pikiran, dan tenaga dengan ikhlas dan murni; bersungguh hati dalam pendirian. Tidak ada kekuatan, daya, dan tenaga, di luar kekuasaan Allah. Tidak takut kepada manusia; hanya takut kepada Allah.”
Salah seorang kader terbaik Muhammadiyah Panglima Besar Jenderal Soedirman berpesan, “Insyaf, percaya, dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara dan bangsa, yang didirikan di atas pengorbanan harta benda dan jiwa raga rakyat dan bangsa, insyaallah tidak dapat dilenyapkan siapa pun juga. Dalam menghadapi keadaan bagaimanapun jangan lengah, karena kelengahan menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, dan kekalahan berarti penderitaan.”
K.H.R. Hadjid berkata, “Memikul tugas amar makruf nahi mungkar itu selalu menghadapi berbagai tantangan besar dan kecil, namun tidak mungkin orang merasakan manisnya Islam kecuali mereka yang sudah memperjuangkannya lewat amar makruf nahi mungkar.”
Buya Hamka berpesan, “Dalam perjuangan hidup kita harus mempunyai tiga modal: (1) kekayaan benda; (2) kekayaan hati; (3) kekayaan gengsi (prestise) diri. Dalam perjuangan itu manusia kadang untung dan rugi. Kerugian benda belum berarti kerugian, karena bisa dicari gantinya. Tetapi kalau keberanian tak ada lagi, separuh kekayaan telah hilang. Dan kalau gengsi diri yang hilang, semua kekayaan sudah habis.”
Sri Sultan Hamengku Buwono IX berpesan, “Muhammadiyah adalah salah satu dari organisasi rakyat Indonesia yang hingga sekarang mempunyai usia terpanjang dan selalu dapat dikemudikan dengan stabil, dan telah menunjukkan kesanggupan, keuletan, dan ketabahan melaksanakan perjuangan untuk mencapai cita-citanya. Muhammadiyah telah lulus dari ujian zaman.”
H.M. Djindar Tamimi menyatakan, “Pada dasarnya setiap manusia memiliki empat dimensi pergaulan: pergaulan dengan sesama manusia, lingkungan hidup, diri sendiri, dan Allah swt. Landaskan keempat dimensi pergaulan itu atas ajaran Islam, niscaya memuaskan lahir maupun batin, dan membawa ke kehidupan yang istiqamah.”
Menurut Pak A.R. Fachruddin, pengajian adalah ruh Muhammadiyah. Tanpa pengajian Muhammadiyah ibarat jasad tak bernyawa. Yang penting saling menjaga silaturahmi, tidak saling iri, sombong, mentang-mentang berkuasa; menjaga nama baik organisasi/golongan Islam, tidak saling menjelekkan, mengkafirkan, memunafikkan, atau membid’ahkan. Jangan tolak-menolak jika ditunjuk untuk menjadi pemimpin, tetapi juga jangan berebut menjadi pempimpin.
Menurut H.A. Malik Fajar, mengembangkan pendidikan Islam yang menjanjikan masa depan diperlukan beberapa prasyarat, yakni perencanaan yang terpadu dan menyeluruh serta dukungan dengan evaluasi dan riset. Kita boleh kehilangan apa saja, tetapi kalau kita kehilangan cita-cita, berarti kita kehilangan semuanya.
“Ada tiga jenis manusia: manusia jahat, manusia biasa, dan manusia baik. Manusia jahat, sejak bangun tidur sudah berniat berbuat jahat. Sementara manusia biasa, tidak ingin berbuat dosa dan kejahatan, namun bila kepergok godaan dan kejahatan, ia tidak bisa menghindari. Sedangkan manusia baik, jika kepergok godaan dan kejahatan, ia mampu menghindari. Ada beberapa jenis kemarahan, namun kemarahan paling indah adalah kemarahan terhadap kebatilan, dan ada beberapa jenis cinta, namun cinta pada kebenaran itulah cinta paling indah.” Demikian pesan KH Ahmad Azhar Basyir.
H.M. Amien Rais mengemukakan, “Hidup adalah ibadah sekaligus jihad, dan mengorbankan harta adalah paling berat dalam kehidupan. Allah memantau semua usaha keras kita, bahkan bersedia menjadi mitra kerja. Bila kita bersungguh-sungguh, dan terus-menerus mencari jalan keluar atas setiap masalah, Allah akan memberi jalan keluar. Seluruh usaha dan pekerjaan kita harus bernilai tinggi, sukses, berdimensi rasional dan modern, gagah dan canggih, serta kompetitif dan menjanjikan kemanangan.”
- A. Syafii Maarif menulis, “Rendah hati adalah refleksi dari iman. Jika memang peradaban yang berwajah adil dan ramah yang dirindukan benar-benar telah dihadapkan kepada jalan buntu, maka iman kita mengatakan, bahwa langit pasti tidak akan tinggal diam untuk membela pilar-pilar keadilan dan kebenaran dengan cara dan mekanismenya sendiri. Save our soul, save our nation — selamatkan jiwa kami, selamatkan bangsa kami. Saya berharap angkatan muda Muhammadiyah berani tampil nakal yang sembadha dengan dukungan integritas moral dan intelektual. Sebab, kenakalan justru memperlihatkan kekritisan dan kreativitas. Bukan generasi muda yang hanya mengekor dan berlindung di bawah payung kebesaran pendahulunya.”
Menurut Prof. M. Amin Abdullah, Muhammadiyah merupakan gerakan pembaharuan keagamaan Islam era modern yang menggabungkan dimensi teologis-filosofis dan sosial praktis. Tiga resep untuk membangkitkan kembali semangat gerakan pembaharuan Muhammadiyah: (1) pemahaman ijtihad dan tajdid Muhammadiyah diarahkan kepada objek sasaran kehidupan sosial keagamaan yang makin kompleks dan menyentuh dataran cara berpikir, mentalitas, dan perilaku keagamaan pada umumnya; (2) pola perjuangan keagamaan Muhammadiyah yang konvensional disesuaikan dengan wilayah religiusitas keberagamaan Islam masa kini seiring dengan perkembangan wilayah kebudayaan ilmu dan teknologi; (3) evaluasi sumber pangkal tolak rutinitas atau kemandegan berupa struktur kepengurusan, dan mengembangkan struktur organisasi Muhammadiyah sesuai dengan perkembangan manajemen organsiasai modern.
Agenda ijtihad Muhammadiyah perlu merambah pada pemikiran politik; demokratisasi, hubungan yang transparan antara negara dan warga negara, penguatan masyarakat sipil, hak-hak tenaga kerja, kesadaran hukum dan persamaan hak di muka hukum, hak asasi manusia, alternatif budaya tekonlogi modern, pendayagunaan hutan, tata guna lahan, tata wilayah kota, dan lain-lain.
Prof. Dr. H. Kuntowijoyo mengidentifikasi enam tantangan multidimensional Muhammadiyah: (1) sekularisme yang meniadakan transendental agama dalam kehidupan; (2) spiritualisme, kecenderungan mencari makna-makna pada hal-hal yang spiritual, tetapi tidak identik dengan agama; (3) intelektualisme, kecenderungan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai agama baru; (4) keruntuhan dan hilangnya kepercayaan pada ideologi-ideologi mapan; (5) demokrasi dalam segala hal; (6) postmodernisme. Tiga nilai dasar pijakan ilmu sosial profetik yaitu humanisasi, liberasi, dan transendensi.
Menurut Prof. Dr. H.M. Din Syamsuddin, selama ini warga Muhammadiyah menggunakan istilah gerakan, dakwah, tajdid; trilogi gerakan yang disampaikan dalam training Angkatan Muda Muhammadiyah, tetapi by design and by concept, apakah Muhammadiyah memenuhi syarat sebagai gerakan dalam tataran teoretis, dan bagaimana jika dilihat pada dataran empiris di lapangan? Gerakan itu lebih daripada sebuah organisasi. Gerakan (harakah) mengandung dua aspek utama untuk mencapai tujuan, yaitu proses sistematis-dinamis, dan sistem yang dinamis untuk mencapai tujuan, atau dinamis yang sistematis.
Prof. Dr. H. Yunahar Ilyas menegaskan bahwa perempuan dapat berperan dalam organisasi massa Islam, pengurus yayasan, aktivis lingkungan, pejuang hak asasi, aktivis partai politik, jadi menteri, bahkan menjadi presiden sekalipun.
Menurut Prof. H.M. Haedar Nashir, Muhammadiyah saat ini berada dalam pusaran ideologi dan dinamika kehidupan masyarakat yang sangat kompleks. Lebih khusus perkembangan umat Islam dengan segala macam orientasi ideologis dan gerakannya.
Kekuatan Muhammadiyah terletak pada: (1) fondasi Islam berlandaskan Al-Quran dan Al-Sunnah serta pengembangan ijtihad; (2) reputasinya sebagai gerakan Islam modern secara nasional maupun internasional: (3) jaringan organisasinya tersebar di seluruh penjuru tanah air dan beberapa negara; (4) perkembangan amal usahanya menjadi aset sumber daya, fasilitas, infrastruktur yang sangat penting dalam memajukan kehidupan bangsa dan umat manusia; (5) kiprahnya yang lama dan luas menjadi modal sosial dan moral serta kekuatan politik kebangsaan.
Menurut Prof. Dr. Syafiq A. Mughni, Muhammadiyah perlu menyediakan diri sebagai kekuatan reformatif di abad ke-21, sebagaimana Nabi dan para sahabatnya melaksanakannya di abad ke-7. Muhammadiyah tidak boleh berhenti pada keberhasilan reformasi moral di abad ke-7, karena itu harus ada reformasi yang sama di abad ke-21. Reformasi hanya mungkin dilakukan jika Muhammadiyah mampu mengendalikan humanisme sekuler ke arah humanisme religius, yakni nilai-nilai kemanusiaan yang tidak terpisah dari Islam.
“Aku titipkan Muhammadiyah kepadamu. Hidup-hidupilah Muhammadiyah, jangan mencari hidup di Muhammadiyah.” (K.H. Ahmad Dahlan)
* Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.