Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Wadas Oh Wadas

×

Wadas Oh Wadas

Share this article

Oleh: Muhammad Chirzin*

 

Wadas Melawan Segala Bentuk Perusakan Alam!

Wadas membara, karena melawan Penguasa.

Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia.

Semula Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah berpesan, agar rakyat tak usah takut, karena pihak aparat keamanan hanya akan menjaga pengukuran lahan di Desa tersebut.

Menkopolhukam Mahfud MD juga mengatakan bahwa polisi sudah bertindak sesuai prosedur untuk menjamin keamanan masyarakat.

Mahfud MD pun membantah ada kekerasan aparat yang terjadi dalam proses pengukuran lahan warga untuk penambangan batu andesit di Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purworejo, dalam pernyataannya pada Rabu (9/2/2022) sebagaimana dikutip TRIBUN-MEDAN.COM.

Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menyatakan, Pemerintah akan mengevaluasi pengerahan ribuan  aparat Polisi ke Desa Wadas, Jawa Tengah. Semua akan dievaluasi, kata Moeldoko lewat pesan singkat kepada CNNIndonesia.com, Rabu (9/2).

Moeldoko juga merespons tudingan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) soal keterlibatan Presiden Joko Widodo dalam pengerahan pasukan ke Desa Wadas. Ia berkata, pembangunan di Desa Wadas dilakukan untuk masyarakat.

Sebelumnya, ribuan polisi dikerahkan ke Desa Wadas, Purworejo. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebut pengerahan pasukan dilakukan untuk mendampingi Badan Pertanahan Nasional (BPN) mengukur lahan untuk kepentingan  proyek Bendungan Bener.

Meski demikian, para aparat justru melakukan kekerasan kepada warga. Mereka menangkap 67 orang warga Desa Wadas. Beberapa di antaranya adalah lansia dan anak-anak.

Majelis Hukum dan Hak Asasi Manusia (MHH) Pimpinan Pusat Muhammadiyah melalui rilis resmi tanggal 8 Februari 2022 yang ditandatangani oleh Ketua MHH PP Muhammadiyah Dr. Trisno Raharjo, SH, M.Hum., dan Sekretaris Rahmat Muhajir Nugroho, SH, MH., serta mengetahui Ketua PP Muhammadiyah Bidang Hukum, HAM dan Kebijakan Publik Dr. HM Busyro Muqoddas SH, M.Hum., menyatakan sikap mengecam tindakan represif aparat terhadap warga Desa Wadas, Kecamatan Bener, Kabupaten Purwirejo, Jawa Tengah.

Gus Dur pernah menulis, “Islam dan Idiosinkrasi Penguasa” dalam buku Islamku Islam Anda Islam Kita (Jakarta: The Wahid Insitute, 2006).

Demokrasi bukanlah sekadar aturan permainan kelembagaan yang berdasarkan formalitas belaka, melainkan menciptakan tradisi demokrasi yang benar-benar hidup di kalangan rakyat.

Idiosinkrasi adalah sifat-sifat perseorangan yang khusus ada pada seseorang, yang membuat ia lain dari orang kebanyakan. Baik di masa kuno maupun di masa sekarang, ataupun di masa yang akan datang, idiosinkrasi itu akan tetap ada dan akan dibiarkan selama tidak merugikan kepentingan orang banyak.

Seperti Sultan Agung Hanyakrakusuma, seorang penguasa yang dinilai berjasa besar bagi kepentingan orang banyak. Salah satu kelebihannya adalah kemampuannya dalam membangun sistem birokrasi agraris untuk mencapai kemajuan pertanian yang tidak pernah surut semasa hidupnya.

Dalam konteks kekinian, bagaimana dengan Ganjar Pranowo, Mahfud MD, Moeldoko, dan Joko Widodo?

Erich Fromm menulis, “Kita harus bisa mendapatkan sebuah kebebasan yang baru, yakni kebebasan yang membuat kita mampu untuk mengaktualisasikan jatidiri kita masing-masing, untuk memiliki kepercayaan yang mendalam atas diri sendiri.”

Di tengah hiruk pikuk viralnya Peristiwa Wadas, Prof. Lias Hasibuan menulis di Grup WA PROFESOR PTKIN,  “Persoalan Wadas pula yang menjadi trending. What’s happen?”

“Terasa Indonesia heboh penuh masalah. Itu jika dengar berita di tv, radio, dan mass media. Akan tetapi di masyarakat sepertinya nyaman-nyaman aja tuh…”

Saya pun merespons secara spontan dengan satu kata: Kesewenang-wenangan!

Sepertinya masyarakat nyaman, karena tidak terdampak langsung. Bagaimana kalau Desa Prof. Lias Hasibuan tanahnya dikeruk untuk menimbun danau?

Masyarakat terkecil, menurut Adler, ialah You and I.  Andaikata kita merasa nyaman saja dengan persoalan di Wadas, Bener, Purworejo, Jawa Tengah, itu karena kita menganggap Wadas bukan masyarakat kita. Padahal, menurut psikologi Adler, masyarakat ialah alam semesta yang melingkungi kita semua. Itulah sebabnya, saya mendukung tuntutan untuk menghentikan Proyek Bendungan Bener, dan petisi “Tunda Pindah Ibu Kota Negara” ke Kalimantan yang diinisiasi oleh Buya Azyumardi Azra dkk.

Secara pribadi-pribadi mereka tidak punya kepentingan dengan Bendungan Bener maupun pindah IKN itu. Mereka sudah selesai dengan dirinya sendiri, tetapi mereka peduli dengan hidup-mati NKRI.

= = = =

Bacaan:

Ichiro Kishimi & Fumitake Koga, Berani Tidak Disukai (Jakarta: Gramedia, 2021)

_, Berani Bahagia (Jakarta: Gramedia, 2021).

Marcus Aurelius, Meditations: Perenungan (Jakarta: Noura Book, 2021).

Baskara T. Wardaya, SJ (Ed.), Pembebasan Manusia: Sebuah Refleksi Multidimensional (Yogyakarta: Buku Baik, 2021)

* Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply