KHITTAH.CO, OPINI – Setiap sisi kehidupan pasti akan selalu menemui problem dalam perjalanannya, baik dengan persiapan ataupun tidak dengan persiapan untuk menghadapinya.
Umumnya bekal dalam menghadapi masalah di masa mendatang adalah dengan berpikir positif (positif thinking), namun adakalanya dalam beberapa kondisi gaya berfikir seperti ini tidak dapat berfungsi dengan baik, misalnya mendapatkan masalah yang tiba-tiba dan harus diselesaikan sekarang juga, sehingga dibutuhkan langkah baru dalam upaya pemecahan masalah (problem solving).
Inovasi dalam hal problem solving sangat penting, terutama menghadapi modernitas peradaban yang selain melahirkan banyak inovasi dibidang teknologi,keilumuan dan lainnya, juga menimbulkan berbagai macam permasalahan terutama di bidang sosial kemasyarakatan. Sehingga perlu menerapkan prinsip seperti pegadaian yaitu menyelesaikan masalah tanpa masalah.
Maka untuk menjawab permasalah permasalahan ini, maka perlu rasanya membahas suatu metode problem solving yang bisa berguna di setiap kondisi, baik sebagai persiapan menghadapi masalah yang akan datang maupun menghadapi masalah yang tiba-tiba dan harus segera di selesaikan. Lateral thinking, atau gaya berfikir lateral adalah metode berfikir out of the box, berfikir tidak seperti biasanya, kalau gaya positif thinking selalu berupaya memberi sugesti bahwa semuanya akan baik-baik saja, lateral thinking justru membuka kemungkinan untuk memikirkan hal terburuk yang akan terjadi, sehingga seseorang dapat selalu siap siaga menghadapi ketidaksesuaian harapan dan kenyataan. Lateral thinking adalah cara problem solving tak terduga tapi efektif.
Setidaknya ada 4 ciri Problem Solving ala pemikir lateral sebagai berikut:
a. Kreatif
Dalam upaya pemecahan masalah seorang pemikir lateral selalu memilik daya kreatif untuk mengatasi masalahnya, tidak hanya terpaku pada satu metode saja,namun dapat mengembangkan metodenya dan mengkolaborasikannya dengan metode lain sehingga menjadi sesuatu yang lebih fresh dan efektif.
b. Generatif
Gaya berfikir lateral tidak hanya mampu mengembangkan metode problem solvingnya, namun bagaimana seorang probkem solver dapat melahirkan metode, meregenerasi metode melalui rekontruksi gaya berfikir, karena dengan dengan rekontruksi gaya pemikiran akan melahirkan solusi yang lebih adaptif dalam merespon ransangan atau stimulasi dari masalah dan dapat lebih efektif.
c. Provokatif
Sikap propokatif umumnya ditolak dan dianggap menyimpang oleh sebab dapat menyebabkan perpecahan maupun perselisihan antar satu pihak dan pihak lainnya, namun dalam gaya berfikir lateral hal ini tidak sepenuhnya buruk. Dalam suatu kisah Nabi Sulaiman As. Ada dua orang yang ibu yang sama-sama melahirkan anak laki-laki ditempat yang sama pula, namun dalam satu kejadian salah satu ibu ini kehilangan anaknya, sehingga untuk mencegah kemurkaan suaminya ia lalu mengambil bayi dari ibu lain yang sama-sama melahirkan ditempat yang sama, karena tidak terima bayinya diambil, sang ibu kandung akhirnya berseteru dan memperebutkan bayi tersebut, karena tidak dapat menyelesaikan masalahnya maka akhirnya dibawalah persoalan ini kehadapan raja Sulaiman As. Untuk di selesaikan, mediasi yang dilakukan oleh raja Sulaiman As. Pun menemui jalan buntu sehingga untuk menyelesaikan masalahnya, raja Sulaiman As. Akhirnya mengambil langkah provokatif yaitu dengan berencana membelah sang bayi yang kemudian akan diserahkan kepada kedua ibu ini masing-masing setengahnya, pada saat eksekusi akan dilakukan ibu kandung sang bayi akhirnya memohon agar eksekusi dihentikan dan memilih menyerahkan anaknya, pada saat itulah raja Sulaiman As. Berkesimpulan bahwa ibu kandung dari sang bayi adalah yang mau menyerahkan anaknya, oleh sebab pertalian bathin seorang ibu dan anaknya akan menyebabkan ketidakrelaan anaknya disakiti. Ini berarti dalam hal berfikir lateral sikap provokatif dapat digunakan karena bersifat merangsang pemilik masalah untuk bertindak melalui hasutan atau ransangan sejenisnya.
d. Lompatan Ide
Gaya berfikir lateral menuntut pemikir untuk melakukan lompatan-lompatan ide, tidak hanya berorientasi pada kebiasaan, mampu menghadirkan inovasi untuk diuji, sesuatu yang belum pernah dipraktik-kan sebelumnya dan dicoba sebelumnya, selama relevan dengan masalah dan bermanfaat dalam memecahkan masalah.
Tantangan moderniasi peradaban memang selalu menuntut inovasi termasuk dalam hal gaya berfikir untuk menyelesaikan masalah-masalah yang kadang ada-ada saja, rekontruksilah pemikiran dan lahirkan metode-metode baru dalam problem solving, sebab positif thinking terkadang tidak bisa diandalkan dalam kondisi-kondisi tertentu, harus ada kesiapan menghadapi hal-hal terburuk yang mungkin terjadi.