Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Kabar MuktamarMuhammadiyah

Sejak Kapan Tradisi Lagu Muktamar Muhammadiyah Dimulai?

×

Sejak Kapan Tradisi Lagu Muktamar Muhammadiyah Dimulai?

Share this article

KHITTAH.co, Akhirnya, setelah sempat mengalami penundaan, Muktamar Muhammadiyah dipastikan akan digelar pada 18 November 2022.

Semula, sebelum Covid-19 datang, Muktamar yang akan dihelat di Surakarta tersebut dijadwalkan terlaksana pada 1–5 Juli 2020. Semua bersukacita artas Muktamar tersebut.

Terlebih, karena Lagu Tema Muktamar telah disebarluasakan.

Lagu yang berjudul “Derap Berkemajuan” tersebut diciptakan oleh Erros Chandra, Gitaris grup musik Sheila On 7 yang ternyata alumni Sekolah Muhammadiyah.

Lirik lagu tersebut digubah oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir, yang memang dikenal sebagai penulis kawakan.

Lagu Tema (theme song) Muktamar Muhammamdiyah seakan menjadi bagian yang taklekang dari pelaksanaan forum organisasi tertinggi Persyarikatan ini.

Paling tidak, Lagu Tema Muktamar Muhammadiyah yang mungkin sangat karib di telinga kita adalah Lagu Muktamar ke-46 atau Lagu Muktamar 1 Abad Muhammadiyah.

Lagu tersebut digubah oleh komposer kawakan, Dwiki Darmawan. Liriknya ditulis oleh Prof Dr Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat itu.

Lagu Muktamar yang juga mungkin masih sangat rekat dengan kita adalah lagu Muktamar ke-47 di Makassar yang berjudul “Indonesia Berkemajuan.”

Lagu untuk Muktamar tahun 2015 ini masih digubah oleh duet dua orang yang sama.

Atau mungkin, di antara kita masih ada yang ingat dengan Lagu Tema Muktamar ke 43 di Aceh? Lagu Muktamar tahun 1995 ini dapat didengarkan di Youtube.

Demikian pula dengan Lagu Muktamar 41 di Surakarta, tahun 1985, serta Lagu Muktamar ke 42 tahun 1990 di Yogyakarta.

Untuk Lagu Muktamar ke 45 Muhammadiyah, diketahui disayamberakan oleh panitia. Tidak hanya lagu, logo Muktamar pun demikian.

Lantas, sejak kapan tradisi lagu Muktamar Muhammadiyah ini bermula?

Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir sempat mendendangkan lagu Kongres Muhammadiyah tahun 1929 yang dihelat di Solo.

Haedar Nashir menyanyikan lagu berjudul “Nyanyian Muktamar ke-18 di Solo” yang digubah HM Yunus Anis tersebut saat meluncurkan Lagu Tema Muktamar ke 48, 31 Juli 2019, di Gedung Siti Walidah UM Surakarta.

Selanjutnya, berdasarkan tulisan Muhammad Yuanda Zara berjudul “Sayembara Lagu dan Logo untuk Kongres Muhammadiyah di Medan Tahun 1939” yang dimuat Majalah Suara Muhammadiyah, Edisi 05, 1–15 Mei 2022, diketahui bahwa lagu Muktamar Muhammadiyah sudah ada pada tahun 1939.

Dikabarkan oleh Muhammad Yuanda Zara, saat itu, diinginkan agar kongres yang kini dikenal Muktamar, berlangsung meriah dan menarik, baik tampilan maupun audionya.

Keinginan mengadakan lagu Kongres dan logonya lahir dari refleksi Panitia Kongres ke 27 Muhammadiyah yang berlangsung di Malang tahun 1938.

Hal yang paling didambakan dan diupayakan oleh Panitia Kongres tahun 1939 di Medan adalah adanya “nuansa yang memikat telinga”.

Hoofdcommitee Congres Moehammadijah atau Panitia Pusat Kongres Muhammadiyah yang diketuai M. J. Anies dan Sa’doeddin sebagai sekretaris mengupayakan kongres kali ini harus memiliki ‘kebesaran’ dan ‘kegembiraan’.

Diharapkan, dengan ‘kebesaran’ dan ‘kegembiraan’ tersebut, “akan menarik poela perhatian oemoem”. Demikian kutipan Muhammad Yuanda Zara.

Panitia lalu membuat sayembara Lagu dan Logo Kongres Muhammadiyah tahun 1939. Sayembara tersebut diiklankan oleh panitia di Majalah Adil. Majalah ini sempat menjadi majalah resmi Persyarikatan.

Muhammad Yuanda Zara mengutip, bahwa sayembara tersebut ditujukan kepada “segenap saudara jang ahli dalam lagoe-melagoe”.

Panitia berharap, pada kongres tersebut ada lagu yang dinyanyikan “jang penoeh semangat” dan “memiliki arti jang dalam”.

Dikabarkan, panitia kongres menyediakan hadiah bagi pemenang sayembara, juara 1,2, dan 3. Karena itu, panitia menentukan sejumlah ketentuan terkait lagu kongres tersebut.

Dari segi bahasa, lagu tersebut sudah harus berbahasa Indonesia. Hal ini penting, karena saat itu, anggota Muhammadiyah tidak lagi hanya berasal dari Yogyakarta dan Jawa.

Terkait panjang lagu, disyarakatkan bahwa panjangnya sedang-sedang saja, yang dapat berkompromi dengan semua hadirin dari semua kalangan usia.

Syair-syair lagu juga diharuskan berisikan motivasi semangat. Lagu juga harus terdiri atas dua refrein (chorus atau reff/ bagian lagu yang dibuat menarik sehingga mudah diingat). Chorus ini juga tidak boleh panjang.

Syair lagu kongres ini juga harus terdiri atas tiga bait dan ditulis dengan huruf latin yang disertai notasinya. Syair tersebut harus berisi motivasi yang memperkuat perasaan untuk ber-Muhammadiyah.

Selain itu, syair lagu tersebut juga harus memperkenalkan Muhammadiyah kepada masyarakat Medan, Sumatera, dan Hindia Belanda.

Karena itu, wajib untuk menyertakan lima istilah yang berkaitan dengan Muhammadiyah muncul dalam lagu. Kelima istilah itu yakni 1) Muhammadiyah, 2) ‘Aisyiyah, 3) Pemuda, 4)Tarjih, dan 5) Kongres ke 28 di Medan.

Dikabarkan, bahwa pengiriman lagu peserta sayembara paling lambat diterima pada 1 Februari 1938. Lagu dikirim ke Hoofdcommite Congres Muhammadiyah di Yogyakarta sebanyak dua rangkap.

Begitulah sejarah lagu tema Muktamar Muhammadiyah. Lagu Muktamar yang manakah yang jadi favorit Anda?

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply