Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Akar Rumput dan Dampak Politisasi Suksesi Musyda

×

Akar Rumput dan Dampak Politisasi Suksesi Musyda

Share this article

KHITTAH.CO, Momentum Musyawarah Daerah (Musyda) Ikatan Mahasiwa Muhammadiyah (IMM) Sulawesi Selatan sangat dinantikan oleh setiap pimpinan IMM, baik dari struktur akar rumput sampai struktur lebih besar.

Ini karena setiap keputusan pada musyawarah itu merumuskan, memproyeksikan, dan menentukan bagaimana kelangsungan organisasi agar tetap eksis ke depannya.

Sejak pertama kali saya ikut momen musyawarah daerah, saya mendapati bahwa IMM itu adalah organisasi besar. Muruah organisasi ini pun luar biasa. Tidak bisa lagi kita ragukan kuantitas maupun kualitasnya.

Kita pahami bersama bahwa untuk kelangsungan hidup organisasi, diperlukan keikhlasan dan kepekaan dalam menjalankan setiap amanah yang dijalani. Karena dengan itu, organisasi bisa berjalan dengan baik.

Saat saya menjadi Ketua Umum Pimpinan Komisariat (Pikom) IMM Djazman Alkindi, usia pikom ini masih sangat muda.

IMM Djazman Alkindi Kota Makassar didirikan menjelang beberapa saat sebelum musyawarah daerah dan musyawarah cabang dihelat pada saat itu.

Tepatnya, pada 2019, masa kepemimpinan Kakanda Andriadi sebagai Ketua Umum IMM Kota Makassar. Saat itu, Pimpinan Cabang (PC) IMM Kota Makassar baru saja melaksanakan Darul Arqam Madya (DAM).

Setiap alumni DAM saat itu, diamanahkan menjadi panitia Darul Arqam Dasar (DAD) yang akan dilaksanakan oleh PC. Saya merupakan salah satu alumni DAM tersebut.

Dalam menjalankan kepanitiaan, kami berkeliling kampus sekitaran wilayah Kota Makassar yang belum memiliki komisariat IMM untuk mencari calon kader.

Kebetulan terbesit dalam pikiran saya untuk menarik mahasiswa dari kampus yang pernah saya tempati kuliah sebelum kuliah di Al-birr.

Beruntung, semua teman angkatan saya saat itu bersedia untuk bergabung menjadi peserta DAD tersebut. Alumni DAD inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya PIKOM IMM Djazman Al-kindi.

Alumni DAD yang menjadi pimpinan IMM Djazman Al-Kindi, kebanyakan dari mereka adalah para mahasiswa yang berasal dari kampus saya, STAI Al-Azhar, yang letaknya di Manggala, Antang.

Dampak Politisasi!

Untuk bisa tetap eksis sampai sekarang, IMM Djazman Alkindi mengalami proses yang sangat panjang dan tak mudah dilalui.

Setelah Musyawarah Daerah IMM Sulawesi Selatan di Bantaeng pada 2020, pikom ini mulai goyah secara pisikologis dan juga secara struktural pimpinannya.

Sebelum musyda, teman-teman yang masih baru di pikom, masih berpikir positif. Semangat untuk terus belajar menjalankan proses di IMM, terlebih belajar mengelola organisasi di komisariat juga masih berkecamuk.

Namun, setelah memasuki musyawarah-musyawarah yang dilaksanakan, baik oleh DPD IMM dan PC IMM, pandangan teman-teman yang ada di Pimpinan Komisariat IMM Djazman itu mulai berubah.

Perubahan ini karena kekecewaan teman-teman yang semula mengenal IMM dengan marwah dan nilai yang diajarkan, tapi kenyataannya ada yang menunjukkan hal bertentangan.

Ada yang menampakkan nilai tidak sesuai ajaran dengan yang diperlihatkan di musyawarah. Sangat disayangkan.

Padahal, semula, semangat mereka untuk bergabung di IMM sangat kuat. Mereka secara ideal, bukan kebetulan, mendapati IMM dapat memberikan mereka harapan untuk bisa untuk terus belajar.

Sayangnya, semua itu berubah, tepat setelah menjalani beberapa momentum Musyda. Dalam musyawarah itu, IMM yang seharusnya sarat akan nilai, anti politik praktis dan yang buta akan nilai, berubah menjadi tak sesuai dengan harapan.

Untuk beberapa kalangan, ini mungkin merupakan hal yang lumrah jika kita dapatkan selama berproses di IMM. Namun, bagi mereka yang masih baru bergabung dan dijadikan pimpinan di komisariat yang baru berdiri, itu hal fatal.

Hal tersebut meciptakan pandangan bagi mereka bahwa mereka dan komisariat yang dijalankan hanya sebuah alat untuk mendapatkan posisi strategis di dalam suksesi kepemimpinan.

Tentu pandangan seperti itu bukanlah hal yang kita harapkan. Terlebih, tugas kita sebagai kader dan pimpinan yang berada di atas adalah mengawal dan mendidik kader yang berada di bawah.

Apalagi, mereka yang baru mengenal IMM ini, bukan hanya datang saat ada maunya saja. Namun sekali lagi, sayang sekali, dengan segala kekecewaan yang disampaikan oleh teman-teman saat itu, akhirnya sebagian dari mereka sudah tidak mau lagi aktif.

Sebenarnya, mereka meniatkan diri untuk tidak aktif lagi di IMM. Namun, beruntung, beberapa bulan kemudian, mereka menghubungi saya lagi dan menawarkan amanah sebagai ketua umum di PIKOM IMM Djazman Alkindi.

Melihat kesungguhan hati dari mereka untuk berproses di IMM, membuat saya menerima amanah tersebut, walau belum lama saya menjadi demisioner di PIKOM IMM Ma’had Albirr Unismuh Makassar.

Setelah beberapa waktu, akhirnya IMM Djazman Alkindi melaksanakan sekian kali pengaderan. Dari pengaderan tersebut lahirlah genarasi dan pimpinan yang menggantikan kami.

Setelah diamanahkan untuk ikut turut andil masuk dalam jenjang kepemimpinan di Cabang IMM Kota Makassar, akhirnya Korkom Ahmad Dahlan pun didirikan, Periode 2022-2023

Bisa dibilang, Korkom Ahmad Dahlan sudah berpengalaman dengan musyawarah daerah yang dilaksanakan di Kabupaten Bantaeng pada tanggal 13-16 Maret 2020.

Menghadapi Musyda IMM Sulsel

Beberapa komisariat di bawah naungan Korkom Ahmad Dahlan setelah Musyda IMM Sulsel di Bantaeng itu, akhirnya selalu diopinikan dan terstigma sebagai komisariat yang semata-mata didirikan untuk kepentingan musyawara semata.

Komisariat tersebut distigmakan, sebagai komisariat yang langsung dilepas, entah bagaimana kabarnya seolah termarjinalkan, jika sudah tidak ada lagi kepentingan musyawarah.

Padahal, proses panjang mengawal komisariat ini agar tidak mati, sangatlah tidak mudah. Namun, masih ada saja anggapan bahwa komisariat kecil yang baru didirikan ini, sebatas alat kepentingan saja.

Ini dapat dibantah dengan berdirinya IMM Megarezki, IMM Al-Qolam, dan IMM Ki Bagoes Hadikoesoemo.

Berdirinya pikom tersebut menjadi bukti bahwa IMM tetap melakukan edukasi-edukasi pencerahan di setiap lorong kampus yang butuh pencerahan intelektual dan spiritual agar regenerasi tetap dipastikan tetap hidup.

Karena itu, Korkom Ahmad Dahlan dan seluruh Kader IMM Se-Sulawesi selatan sangat berharap besar, siapa pun calon ketua dan formatur yang diusung menjelang Musyda IMM Sulsel, dapat membawa aspirasi setiap kader.

Dakwah Muhammadiyah melalui IMM harus bisa dirasakan oleh semua mahasiswa. Kami juga berharap, tak ada lagi penggiringan, atau meski sebatas opini namun berbau negatif, terkait pimpinan di bawah akar rumput yang baru berdiri, seperti kami yang dikonotasikan hanya untuk kepentingan musyawarah semata.

Ditulis oleh:

Muh Syahrun Nachrawi

Sekbid Riset dan Pengembangan Keilmuan PC IMM Kota Makassar/

Ketua Korkom IMM Ahmad Dahlan

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply