KHITTAH.CO, Brisbane- MDMC mengirimkan dua orang sebagai delegasi Indonesia di Asia-Pacific Ministerial Conference on Disaster Risk Reduction (APMCDRR), Brisbane, Australia 19–22 September 2022.
Kedua delegasi tersebut yaitu Wakil Ketua Rahmawati Husein dan Wakil Bendahara MDMC PP Muhammadiyah, Siti Marhamah.
APMCDRR ini merupakan Konferensi Tingkat Menteri Asia Pacifik untuk Pengurangan Risiko Bencana. Dikutip dari situs resmi penyelenggara, https://apmcdrr.undrr.org/, APMCDRR adalah platform regional utama di Asia-Pasifik untuk mempromosikan koordinasi dan kerjasama dalam PRB dan implementasi Kerangka Sendai untuk Pengurangan Risiko Bencana.
Konferensi ini menyatukan Negara Anggota PBB, organisasi antar pemerintah, organisasi internasional dan nasional dan kelompok pemangku kepentingan, untuk mempercepat kemajuan pengurangan risiko bencana.
Pada sesi tanya jawab dan diskusi informal forum ini, Rahmawati Husein menyampaikan pengalaman MDMC dalam melakukan gerakan pengurangan risiko bencana di Indonesia.
Gerakan tersebut, mulai dari Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB) serta RS Aman Bencana maupun Masyarakat Tangguh Bencana.
“Pada Sesi tentang manajemen sukarelawan, kami juga menyampaikan tantangan dalam mengelola relawan dalam merespons bencana. Banyaknya relawan yang ingin terlibat dalam respons, serta kualifikasi yang dimiliki menjadi tantangan tersendiri,” kata Rahmawati.
Kata Rahmawati, MDMC juga membuat komitmen untuk menerapkan Perlindungan terhandap segala bentuk kekerasan seksual dan pelecehan.
“Di samping itu, MDMC ikut menandatangani rekomendasi masyarakat sipil yang diserahkan dalam konferensi,” imbuh perempuan yang akrab dipanggil Amah itu.
Beberapa poin dari rekomendasi tersebut adalah pentingnya kepemimpinan lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana (PRB), mendukung pengurangan resiko bencana yang inklusif, dan meningkatkan solidaritas antara masyarakat madani di kawasan Asia Pacifik.
Dalam konferensi ini juga, MDMC meningkatkan, memperluas dan menguatkan kerjasama baik dengan Organisasi Masyarakat Sipil (CSO), dengan pemerintah negara lain serta pemerintah Australia khususnya.
Dengan Pemerintah Australia, MDMC telah bekerjasama dengan Muhammadiyah di bidang kebencanaan sejak Tsunami Aceh tahun 2004, serta dengan universitas di Asia Pacifik untuk meriset kerja-kerja Muhammadiyah di bidang kebencanaan.
Pada hari kedua, ungkap Amah, MDMC ikut mendiskusikan tentang pentingya integrasi data, baik data dari pemerintah maupun data dari masyarakat/non pemerintah. Di samping integrasi data, data update dan keamanan data juga penting.
“Di sela-sela konferensi, MDMC terus menjalin kejasama lebih dekat dengan berbagai organisasi baik dari dalam negeri, maupun organisasi di Asia Pacific,” kata dia.
Dalam rilis yang diterima, selain menghadiri forum yang bertema “Dari Krisis Menjadi Tangguh” ini, disebutkan bahwa Siti Marhamah saat ini juga sedang mengikuti kursus singkat selama tiga pekan di Australia.
Kursus tesebut terkait mengarusutamakan pengurangan risiko bencana dalam perencanaan pembangunan yang disponsori oleh Department of Foreign and Trade (DFAT) Australia.