KHITTAH.CO, Musyawarah Daerah (Musyda) XXII Dewan Pimpinan Daerah Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah Sulawesi Selatan (DPD IMM Sulsel) telah resmi dibuka.
Musyda pada hakikatnya adalah pesta demokrasi keluarga besar kader IMM se-Sulsel. Karena ini pesta demokrasi, maka Musyda bukan hanya tempat memilih ketua umum, melainkan untuk memikirkan kepentingan ribuan kader IMM Sulsel.
Musyda juga menjadi ruang dialetika gagasan kader dan evaluasi kepemimpinan sebelumnya, untuk menjadi pembelajaran kepemimpinan dua tahun ke depan.
Musyda seperti ruang pemilu, tempat menawarkan gagasan kepada konstituen dan untuk memeroleh legitimasi kekuasaan. Namun, bukan untuk menebar janji seperti sebagian politisi, atau seperti pemikiran Niccolo Machiavelli yang menggunakan segala cara untuk memperoleh kekuasaan, bahkan dengan cara-cara immoral.
Musyda sebagai proses pembelajaran kader dan peralihan kepemimpinan organisasi, hal penting untuk melihat siapa yang akan memimpin IMM Sulsel dua tahun ke depan.
Melihat sosok yang akan memimpin setidaknya memahami persoalan IMM sulsel dan mampu menyelesaikannya. Memiliki riwayat kepemimpinan yang jelas dengan track record kepemimpinan dan kontribusinya pada masyarakat, serta memiliki visi yang jelas untuk Ikatan.
Panitia Pemilihan Musyda DPD IMM Sulsel telah menetapkan tujuh calon Ketua Uymum DPD IMM Sulsel berdasarkan Surat Keputusan Nomor: 03/Panlih-MusydaXXIII/2022.
Salah satu dari tujuh figur calon Ketua Umum DPD IMM Sulsel, saya kenal baik. Ia adalah teman diskusi, teman perjuangan dalam mengadvokasi, teman meneliti, teman menulis, dan teman makan.
Beliau saya kenal sejak saya masuk sebagai mahasiswa baru di Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. Sosok inilah yang mampu memengaruhi dan mengajak saya masuk menjadi Kader IMM hingga saat ini.
Perjuangan beliau untuk terus menjaga IMM di Kampus Merah (Unhas) adalah bagain dari dedikasi besar dan kepeduliannya pada IMM. Sosoknya familiar dipanggil Muslim, berhubung beliau senior saya di FH-UH saya panggi beliau dengan Kak Muslim.
Mengapa harus Muslim Haq? Saya mencoba menulis ini dengan melihat realitas dan pertimbangan yang ada.
Muslim Haq M, nama lengkapnya. Sosok kader yang dilahirkan dari latar belakang kampus negeri tanpa ada latar belakang Perguruan Tinggi Muhammadiyah. Bertahan dan terus berproses di IMM hingga memantapkan diri mencalokan sebagai ketua umum IMM Sulse adalah hal yang luar biasa dilakukan.
Ikhtiar untuk memimpin adalah implemnetasi berlomba-lomba dalam kebaikan (fastabiqul khairat). Perjalanan kepemimpinannya jelas di IMM, memulai dari akar rumput, menjadi Ketua Umum Komisariat IMM Fakultas Hukum Unhas. Setelah itu, ia menjadi pengurus bidang tablig di pimpinan cabang, kemudian menjadi Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Makassar Timur.
Proses dari akar rumput hingga saat ini adalah modal cukup besar yang dimiliki. Dengan memahami permasalahan mulai dari akar rumput inilah yang fundamental, karena jantung organisasi IMM adalah komisariat. Jika komisariat mati, cabang akan mati dan seterusnya.
Ditambah latar belakang dari kampus non-PTM, memperkaya pemahamannya tentang potensi kader, perbedaan kultur kampus kader, dan perbedaan permasalahan yang dihadapi.
Inilah yang membuat Muslim berbeda dari calon lainnya. Totalitas dalam mengadvokasi tidak diragukan.
Semasa kak Muslim menjadi Ketua Umum Pimpinan Cabang IMM Makassar Timur, banyak kasus yang diadvokasi dia, salah satu yang paling menantang adalah ketika mengadvokasi kepentingan masyarakat Kepulauan Sangkarrang.
Kami berhari-hari di pulau tersebut bersama masyarakat Sangkarang memperjuangkan kepentingan mereka, hingga masyarakat mendapatkan haknya dari pihak perusahaan.
Totalitas dan komitmen dalam memperjuangkan, ini menjadi kelebihannya. Perjuangannya tak hanya sebatas mengadvokasi, namun perjuangannya juga untuk terus menjaga nalar dan kritik yang konstruktif dalam dunia akademik juga menjadi pekerjaan kesehariannya.
Saya beberapa kali satu tim dalam penelitian-penelitian, baik di tingat Unhas hingga kementerian, misalkan Penelitian Kerjasama Fakultas Hukum Unhas dengan Kementerian Pertanian RI, Penelitian Inventarisasi dan Identifikasi tanah ulayat di Sulawesi Tengah kerjasama Fakultas Hukum Unhas dengan Kementerian ATR/BPN RI.
Tak hanya aktif menelliti, Kak Muslim ini juga penulis. Telah menulis beberapa buku, di antaranya buku “Pengkajian dan Implementasi Kebijakan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Padi”, “Putusan Pengadilan; Bagaimana Eksekusi Putusan Peradilan Tata Usaha Negara Yang Telah Berkekuatan Hukum Tetap”.
Buku ketiga dengan judul “Pengantar Ilmu Hukum”. Ia jugak aktif menjadi editor beberapa buku.
Nilai tambah yang dimiliki Kak Muslim yakni telah menyelesaikan Pendidikan Khusus Profesi Advokatnya (PKPA) sebagai tahapan untuk menjadi pengacara, dan saat ini menempuh pendidikan Magister Ilmu Hukum di FH-UH.
Perjalanan ini menggambarkan sosok Muslim memiliki kualitas dan kapabilitas intelektual yang mumpuni dengan karya-karya yang telah diberikan.
Salah satu misi yang diusung yakni “membangun kerja kolaboratif dengan institusi negara yang bergerak dalam bidang riset, keagamaan, hukum sosial dan politik untuk menopang kapabilitas kader”.
Inilah misi yang berangkat dari asas kebutuhan untuk membentuk kualitas kader yang sangat dibutuhkan kader IMM Sulawesi Selatan.
Saya sering berinteraksi dengan kak muslim, beliau di mata saya sudah seperti kakak. Mengayomi adik-adiknya. Kehidupannya juga sederhana dan terbuka akan kritik.
Sosok Muslim Haq memiliki riwayat kepemimpinan yang jelas di IMM dengan track record kepemimpinan dan kontribusi nyata pada masyarakat. Ia memiliki visi yang jelas untuk memimpin DPD IMM Sul-Sel. Teruslah ber-fastabiqulkhairat.
Penulis: Taufik Hidayat (Kader PC IMM Makassar Timur)