KHITTAH.CO, Banten- Sejak berdiri pada 1912, Muhammadiyah sudah mengenalkan konsep pendidikan untuk semua, tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras dan golongan.
Bahkan, Kiai Ahmad Dahlan tak segan mengambil nilai positif dari sistem pendidikan Barat yang saat itu sudah modern.
Maka, dengan spirit berkemajuan (progresif) tersebut, tak heran saat ini Muhamamdiyah memiliki amal usaha di bidang pendidikan yang tersebar dari Sabang sapai Merauke.
Peserta didik amal usaha tersebut memiliki latar belakang agama, suku, dan budaya yang berbeda. Karena itulah, Muhamamdiyah dikenal sebagai salah satu pelopor yang melahirkan toleransi otentik melalui pendidikan yang pluralistis sesuai dengan ideologi Pancasila.
Untuk itulah, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhamadiyah (PWM) Banten mengadakan “Pelatihan Pencegahan Intoleransi dan Anti Perundungan bagi Sekolah Muhammadiyah se Wilayah Banten” pada 4-5 November 2022 di Tangerang.
Agenda ini dilaksanakan atas dasar kesadaran betapa pentingnya penguatan toleransi dan penguatan ideologi dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental yang digalakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK).
Menurut Koordinator Tim Kerja, M. Sofyan, pelatihan ini diadakan untuk mecetak guru-guru Muhammadiyah menjadi duta toleransi yang otentik di dunia pendidikan.
Di sisi lain, ketua Majelis Dikdasmen PWM Banten, Muhammad Badrus menyatakan apresiasi kepada Kemenko PMK yang telah mendukung kegiatan pelatihan ini untuk para guru Muhammadiyah di Banten.
“Ini merupakan momentum penting untuk mencetak tenaga pendidik di lingkungan Muhammadiyah Banten sehingga menjadi best practice dalam penguatan toleransi yang otentik di sekolah,” ujar Sofyan.
Salah satu narasumber pelatihan, Gufron Amirullah menilai pelatihan ini sangat relevan di tengah gempuran berita hoaks dan provokatif yang tidak tersaring di media sosial.
“Tenaga pendidik adalah orang yang paling dekat dengan generasi muda, sehingga dampaknya akan sangat besar,” ungkap dia.
Harapan besar disampaikan oleh Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Kebudayaan, dan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Didik Suhardi.
Ia mendorong sekolah-sekolah Muhammadiyah agar menjadi garda terdepan dalam memerangi intoleransi dan perundungan di sekolah.
“Etos kerja, gotong royong, dan integritas harus dijadikan fondasi untuk menjadi sekolah unggulan dan menjadi duta toleransi yang otentik bagi yang lain” harap dia.