Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Mata Air Keteladanan yang Mengalir (Takziyah Maya untuk Kiai Bashori)

×

Mata Air Keteladanan yang Mengalir (Takziyah Maya untuk Kiai Bashori)

Share this article
Penulis: Hadi Pajarianto (Sekretaris Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Palopo)

KHITTAH.CO, “Sebelum engkau mati, peliharalah sebutan dirimu. Karena kenangan atas hidupmu dahulu itu adalah umur yang kedua bagi manusia. Pulau pandan jauh di tengah, di balik pulau angsa dua. Hancur badan di kandung tanah, budi yang baik akan terkenang juga (Dikutip dari anonim).”

Subuh, 30 Januari 2023, Allah menurunkan Malaikat-Nya untuk mengambil kembali ruh hamba-Nya. KH Bashori Kastam wafat dengan tenang di Rumah Sakit Madyang Palopo.

Ia menyempurnakan seluruh amalannya. Dengan sangat cepat, ucapan duka membanjiri linimasa, termasuk beberapa group Whatsaap.

Bergegas kita ke rumah sakit dan mengantarkan ke kediaman beliau, sebelum akhirnya dikuburkan menuju rumah keabadian.

Pelayat yang hadir dari penjuru Luwu Raya, pejabat, ulama, perempuan, dan anak-anak muda. Banyaknya kerabat yang mengantar beliau ke peristirahatan terakhirnya.

Ini menyiratkan Kiai Bashori adalah pribadi yang renyah, lembut, riang, dan tulus dalam berkawan. Pemihakannya pada jalan dakwah dan militansi nilai yang diperjuangkan, masih dipegang teguh hingga akhir hayat.

Di mata saya, beliau sosok yang sangat sederhana, tetapi kaya dengan khasanah keilmuan yang tiada mengering.

Ia juga sangat sabar, tetapi istiqomah jika menjalankan keputusan hasil musyawarah dan prosedur organisasi.

Ketegasan buat beliau tidak dalam kata-kata, tetapi dalam perbuatan yang konsisten menjalankan keputusan rapat dan musyawarah, itulah beliau.

Secara pribadi, saya dan teman-teman di Muhammadiyah dekat dengan beliau bahkan sangat dekat. Saya mengetahui dengan detail dinamika beliau dalam bergulat dengan dakwah di Muhammadiyah.

Saya merasakan langsung denyut pikiran dan perasaan ketika beliau harus mengambil keputusan yang krusial.

Sepanjang 2010-2015, beliau bertugas sebagai ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah kota Palopo, dan saya sebagai sekretarisnya.

Pada 2012, saya menyodori beliau secarik kertas yang berisi permohonan kepada Kemendikbud untuk mendirikan STKIP Muhammadiyah Palopo.

Beliau sempat berpikir panjang beberapa hari, sebelum akhirnya menandatangai dengan ucapan bismillah.

Pada 31 Desember 2017, beliau mengucapkan alhamdulillah, karena proses panjang tersebut telah berhasil.

Beliau tercatat sebagai Ketua STKIP Muhammadiyah Palopo masa hikmat 2015-2019. Pun sebenarnya beliau dengan gigih dan susah payah menolak, karena alasan kesehatan.

Kesediaannya karena desakan sekaligus dukungan semua pihak yang ingin amal usaha yang baru berdiri tersebut tumbuh dan berkembang.

Demikian juga ketika hajatan besar Musywil Muhammadiyah ke-39 di Palopo pada 2016 berhasil dengan sangat baik dan sukses.

Pimpinan Pusat Muhammadiyah memberikan kategori “Muktamar Mini”. Walaupun dalam kondisi sakit, beliau tetap menyokong buah-buah pikirannya.

Mari kita mencoba membangun lautan optimisme dari air mata keluarga, sahabat-sahabat almarhum, seraya membayangkan Kiai Bashori tersenyum di “kampung halaman” bersama pundi amal yang ditumpuknya hidup.

Ia telah berkumpul dengan aktivis dakwah yang telah syahid menjemput takdirnya, kembali ke kampung halaman.

Kiai Bashori dan mujahid dakwah yang lain, telah menulis peta perjalanan pulang kampung menghadap Tuhan-Nya, melalui amal nyata.

Pikiran dan tindakan beliau untuk menjamin kebelanjutan generasi dakwah dilakukan dengan menginisiasi pengajian khusus AMM di kediaman beliau dan pengajian lain yang dibinanya secara langsung.

Rasanya, dengan amalan itulah, beliau tidak merasa takut bahkan selalu mengingatkan akan kematian. Maka bagi Kyai Bashori, kematian adalah pintu menuju Mafaaza (tempat kembali orang yang diberikan kemenangan) sesuai firmannya pada QS. An-Nabaa: 31.

Komaruddin Hidayat menyatakan, rasa takut itu berakar pada keinginan laten untuk selalu hidup nyaman. Rasa takut itu kemudian menjalar kepada bebagai wilayah aktifitas manusia.

Lebih jauh lagi, rasa takut itu kemudian melahirkan anak-pinak, yaitu takut akan bayang-bayang ketakutan itu sendiri sehingga muncul ungkapan, musuh terbesar dan terdekat kita adalah rasa takut itu sendiri yang berakar kuat dalam diri.

Esensinya ialah sikap penolakan akan kematian karena kematian itu selalu diidentikkan dengan tragedi, sakit, ketidak berdayaan, kehilangan, dan kebangkrutan hidup.

Pada 1980, Kiai Bashori dikirim oleh Pak Natsir melalui Darul Dakwah wal-Irsyad ke Tana Luwu, 30 Januari 2022 beliau kembali pulang kepada sang pemilik hidup, memenuhi ayat yang sering beliau kutip dalam QS. At-taubah: 105.

“Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.

Selamat jalan pak Kyai, bahagialah di ujung doa melalui jari-jemari keluargamu, sahabatmu, dan anak-anak ideologismu. Insya Allah, kami lanjutkan perjuanganmu, dengan segenap do’a dan ikhtiar.

Ditulis oleh : Hadi Pajarianto, Sekretaris Muhammadiyah Palopo

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply