KHITTAH.CO, Balikpapan- Muktamar Pemuda Muhammadiyah akhirnya ditutup dengan resmi oleh Sekretaris Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti pada Kamis malam, 23 Februari 2023.
Dalam sambutannya, Abdul Mu’ti yang juga pernah menjadi Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah berpesan agar gerakan pemuda islam yang memiliki muruah kekuatan ilmu dan akhlak dibangun sekuat mungkin.
Kepada Dzul Fikar Ahmad yang terpilih sebagai ketua umum, ia mengucapkan selamat dan sukses dalam melaksanakan dan melanjutkan amanah.
Ia berharap, pimpinan yang terpilih dapat dengan sebaik baiknya, menyiapkan kader terbaik untuk profesi yang bisa bermanfaat untuk kemashalatan umat dan memajukan bangsa.
Demisioner Ketua Umum PP Muhammadiyah, Sunanto, yang akrab dipanggil Cak Nanto ini, dalam sambutannya di acara penutupan muktamar memberikan guyonan penuh makna. Diketahui, guyonan memang dikenal sebagai ciri khas Cak Nanto.
Ia mengatakan, hampir semua rangkaian agenda muktamar tidak ia ketahui. Dengan sumringah, ia mengatakan, dirinya tahu semua perbuatan dan tindakan Ketua Umum terpilih Dzul Fikar yang merupakan sekjend Cak Nanto, selama prosesi muktamar.
Pernyataan Nanto itu menimbulkan riuh tawa dan tepuk tangan dari para hadirin penutupan muktamar.
Sementara itu, Ketua Umum terpilih PP Pemuda Muhammadiyah, Dzul Fikar Ahmad dalam pidato pertamanya mengutip sejumlah kalimat bijak dan pengajaran dari ulama terdahulu.
Pemuda asal Gowa Sulsel itu juga menyebut Cak Nanto sebagai ketua besar dan ketua senior. Kata Fikar, karena dirinya sebagai anak pertama dari 6 bersaudara, menjadi sekjend dari Cak Nanto rasanya seperti memiliki kakak yang hubungannya naik-naik turun.
Pernyataan Fikar itu sontak mengundang sorakan riuh para hadirin. Seisi ruangan menjadi amat ramai, penuh dengan pekikan tawa dan sorakan.
Dalam kesempatan itu, Fikar juga mengaku mendapat pelajaran terkait filosofi seorang sekretaris dari Sekum PP Muhammadiyah, Abdul Mu’ti.
Kata Fikar, Mu’ti mengajari dirinya bahwa sekretaris itu cepat tidak mendahului, pintar tidak menggurui, dan tajam tidak mengiris. Ia mengaku, filosofi itulah yang ia pegang teguh selama mendampingi Cak Nanto.
Dzul Fikar Ahmad juga sempat mengurai singkat perjalanannya sampai terpilih menjadi ketum. Ia menyebut dirinya seperti memasuki universitas. Itu karena dirinya belajar banyak hal.
Dalam empat bulan ini, kata dia, dirinya mendatangi tempat-tempat yang sebelumnya tak pernah disangka, ia dapat bertemu dengan kawan Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia.
Dengan semangat luar biasa, dirinya berkunjung ke Banjarmasin dan Palangkaraya, datang ke Luwuk Banggai, tiba di Papua, datang ke Kupang, kemudian berkunjung ke Bandung. “Walaupun sempat tumbang juga pada akhirnya,” kata dia tertawa.
Ia juga mengungkapkan, sebagai mantan sekjend yang matang, selama ini, dirinya banyak bekerja di balik meja atau dibalik layar.
“Rasanya, jantung masih berdegub kencang. Karena di Muhammadiyah, kita diajari tentang nilai nilai keikhlasan dan ketulusan,” kata dia.
Fikar juga menyebut efek Cak Nanto Style, yaitu kepemimpinan Nanto yang membawa sebuah dampak kebaruan dalam gerakan pemuda muhammadiyah.
Ia menceritakan, banyak interaksi dengan cak nanto yang jarang dilihat kawan-kawan. Ia menyebut interaksi itu sangat sensitif.
“Misal ketika menghadap kapolda, Cak Nanto menyampaikan, Bapak harus bertanggungjawab terhadap kejadian ini”. Saya bilang ke Cak, kita ini di kantor polisi, pelan pelan sedikit, saya orang makassar jangan cari gara gara,” kata dia tertawa.
“Tetapi, setiap kejadian kejadian itu, di ruang privat, Cak Nanto bilang biarlah menjadi investasi akhirat saya,” lanjut Fikar.
Diketahui, Dzul Fikar terpilih sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah menggantikan Sunanto setelah terpilih dalam rapat formatur muktamar yang dihelat di Balikpapan.
Sebanyak 1.984 total peserta dari 34 Pimpinan Wilayah dan 514 Pimpinan Daerah Pemuda Muhammadiyah se-Indonesia dalam Muktamar juga mengesahkan 13 Formatur PP Pemuda Muhammadiyah.
Mereka adalah : Machhendra, Dedi Irawan, Dzulfikar A. T, Gusman Fachrizal, Najih Prasetiyo, Infa Wilindaya, Fajar Febriansyah, Andrean Noor, Emaridian Ulza, Nasrullah, Nurdianto, La ode Azizul, dan Rizky Septiandy.
Reporter: Muhammad Firdaus – Kontributor Enrekang