KHITTAH.CO, Selayar–Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Selatan, Pantja Nur Wahidin memberikan amanah dalam pembukaan musyawarah daerah yang dihelat pada Sabtu, 20 Mei 2023 di Pendopo Rumah Jabatan Bupati Selayar.
Ia mengatakan, pimpinan dan kader Persyarikatan tidak boleh terbuai dengan kebesaran Muhammadiyah di masa kini.
“Jangan sampai kita terbuai, kita hanyut dalam romantisme kebesaran Muhammadiyah ini. Kita harus selalu berkaca, kita refleksi kembali perjalanan Persyarikatan ini,” kata dia.
Ia menyebut, kader Persyarikatan seharusnya tidak hanya tergiur pada kemewahan Muktamar 48 di Solo, kemewahan, dan kemajuan amal usaha Muhammadiyah di sana.
Pantja mengajak untuk merenungi proses muktamar yang dipersiapkan dengan sangat apik dan keberlangsungan musyawarah yang damai, aman, beradab, dan bermartabat.
Ia menambahkan, kader Persyarikatan juga harus menyadari kebesaran amal usaha Muhammadiyah itu karena profesionalitas dalam manajemen pengelolaan.
Hal itu berlaku, baik bagi lembaga pendidikan sejak usia dini hingga perguruan tinggi, pelayanan kesehatan, dan pelayanan sosial.
“Kebesaran kita, semua ini, harus kita jaga, harus kita rawat dengan baik, dengan kuncinya, terutama, yaitu silaturahmi kita,” tegas Pantja.
Untuk menjaganya, lanjut dia, prinsip keimanan dan amal-salih sebagai manifestasinya harus menjadi penyangga, sehingga seluruh aktivitas didasari dengan keikhlasan dan ketulusan karena Allah dan demi rida-Nya
“Itulah definisi ibadah secara umum. Prinsip Muhammadiyah, semua yang dilakukan itu adalah ibadah. Kalau tidak karena ibadah, saya yakin dan percaya, sejak dulu, Muhammadiyah ini sudah hancur,” kata dia.
Wujud dari giat amal Saleh, lanjut Pantja, juga termanifestasi dalam Muhammadiyah dengan sebutan amal usaha yang dijalankan dengan prinsip profesionalitas.
“Kerja-kerja kita juga, kerja-kerja yang egaliter, kerja-kerja yang juga good governance, sehingga amal usaha yang dibangun tidak sekedar bentuknya ada amal usaha, tapi dikerja dengan profesional, akuntabel, dengan pengelolaan yang baik,” sambung Pantja.
“Jadi, kebesaran Muhammadiyah merupakan kolaborasi dari kerja dengan prinsip sebagai ibadah yang mengharap rida Allah dan profesionalitas yang akuntabel,” tegas dia.
Dalam kesempatan itu, Pantja juga mengajak hadirin untuk merenungi kembali tiga profil kader Muhammadiyah, yaitu kader Persyarikatan, kader umat, dan kader bangsa.
Ia menyebut, Muhammadiyah telah melahirkan kader terbaik untuk tiga profil tersebut. Di Selayar, kata Pantja, kader paripurna yang memiliki ketiga profil itu sekaligus dapat dilihat pada diri Wakil Bupati, Saiful Arif.
Ia mewanti-wanti angkatan muda Muhammadiyah untuk mempersiapkan diri, sehingga dapat mengikuti jejak Saiful.
“Beliau Pimpinan Muhammadiyah, ulama, juga birokrat, dua kali wakil bupati. Kita berharap, Muhammadiyah punya Saiful-Saiful yang baru di masa depan. Kita harus melahirkan kader paripurna seperti Beliau,” tegas Pantja disambut tepuk tangan.
Ia menekankan, generasi baru harus selalu lahir dari rahim Muhammadiyah-‘Aisyiyah Selayar. Terlebih dalam forum musyda, ia berharap, program-program baru yang menjawab kebutuhan umat dapat terlahir.
“Semoga perhelatan Musyda Muhammadiyah maupun ‘Aisyiyah Selayar ini dapat melahirkan program-program yang lebih dekat dengan warga Muhammadiyah maupun masyarakat Selayar,” tutup dia.