Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

Gagasan Politik Antonio Gramsci

×

Gagasan Politik Antonio Gramsci

Share this article

antoni-gramsci_edit

Oleh: A.Hendra Dimansa*

Membahas mengenai pemikiran tokoh tanpa membicarakan latar belakang kehidupan yang melingkupinya, bagaikan mencari jarum ditumpukan jerami sebab pemikiran seseorang tidak terlepas dari kehidupan yang dijalaninya yang turut mempengaruhi proses berpikirnya.

Antonio Gramsci lahir di Ales, Sardinia pada tanggal 22 Januari 1891 dan tutup usia pada tanggal 27 April 1937 di Roma. Gramsci memasuki perguruan tinggi setelah memenangkan perolehan beasiswa di Universitas Turin, tahun 1911. Pada waktu masuknya di universitas itulah kemudian banyak bersentuhan dengan buku-buku, utamanya membaca pemikiran filsafat idealis Beneddetto Crose dan pada perkembangan pemikirannya lebih lanjut banyak dipengaruhi oleh Crose. Sejak dibangku kuliah minatnya pada politik dan aktivis gerakan sosial mulai tumbuh serta terkesan pada gerakan kaum buruh di Turin. Tepatnya pada tahun 1913 Gramsci masuk bergabung dengan Partai Sosialis Italis (PSI).

Perjalanan kehidupannya sebagai aktivis dan minatnya untuk menekuni bidang media massa, kebudayaan dan kritik ideologi yang pada akhirnya mempengaruhi pembentukan kepribadiannya. Tercatat pada usianya yang begitu muda Gramsci telah memimpin sebuah media mingguan yang ternama di Turin, yang bernama Ordiene Nuovo. Selanjutnya pada tahun 1922 terjadi perubahan dalam babak kehidupannya sebagai seorang aktivis dengan pindah ke Rusia dan bekerja sebagai Comintern di Moscow dan Wina hingga tahun 1924. Seorang Gramsci tidak segan-segan melibatkan diri dalam perdebatan dan melancarkan pemikiran-pemikiran kritis tentang sosialisme. Lebih lanjut Gramsci mencoba memberikan konsepsi mengenai bagaimana seharusnya Partai Komunis yang demokratis di Negara-negara barat, atas pemikirannya itulah kemudian Gramsci dianggap peletak dasar western communism, suatu alternatif komunisme untuk membedakan dengan perkembangan dan praktek komunisme di Uni Soviet.

Setelah melakukan perjalanan panjang dan melakukan kritik terhadap perkembangan sosialisme di Uni Soviet maka Gramsci memutuskan untuk kembali ke Italia dan tidak berlangsung lama pada tahun 1924 terpilih sebagai anggota parlemen Italia yang mewakili golongan sosialis. Tepat tahun 1926 adalah tahun yang paling menyedihkan dan memilukan sebagai aktivis sebab Gramsci ditahan dan dijatuhi hukuman 20 tahun penjara. Di sanalah kemudian Gramsci menulis catatan harian yang berisi tentang pemikiran-pemikirannya yang revolusioner, yang ditemukan di kamar tahanannya yang selanjutnya diselundupkan ke Moskow lalu diterbitkan dan disebarkan keseluruh dunia. Setelah melalui penderitaan yang panjang karena sakit, akhirnya Gramsci menghembuskan nafas terakhirnya pada 23 April 1937, dibawah tahanan pemerintahan fasis Mussolini.

Sebelum terlebih jauh membahas mengenai pemikiran-pemikiran Gramsci perlu kita memahami bahwa kelahiran pemikirannya tidak terlepas atas tumbangnya rezim-rezim eropa timur yang dikendalikan oleh Partai-Partai Komunis pada tahun 1989 dan perubahan yang menyeluruh yang terjadi di Uni Soviet telah memberikan pukulan berat terhadap Marxisme di seluruh dunia. Ini merupakan titik balik matinya proyek besar sosialis dan muncul pembaharuan gerakan sosialis, pada titik inilah kemudian pemikiran seorang Gramsci mencoba memberikan analisa apa yang terjadi pada tubuh besar Marxisme.

Dalam Marxisme terdapat sebuah konsep seputar basic (ekonomi) dan superstructure (ideology, politik, pendidikan, budaya, dan sebagainya). Menurut tafsiran ortodoks Marxisme percaya bahwa basic ekonomi menentukan superstruktur. Akibatnya sosialisme dan bahkan perjuangan kelas juga direduksi menjadi hanya kelas ekonomi. Sehingga gerakan itu hanya berarti gerakan buruh dan mengabaikan kemungkinan gerakan lain seperti civil rights movement dan women movement. Selanjutnya Gramsci memberikan pandangan yang mengaitkan gerakan buruh sebagai bagian dari gerakan civil society dan sebaliknya. Dari penjabaran diatas istilah ekonomi atau ekonomisme bias dikatakan menjadi point penting untuk menjelaskan pemikiran Gramsci, adapun yang dimaksud sebagai ekonomisme dapat didefinisikan sebagai tafsiran terhadap Marxisme yang meyakini bahwa perkembangan-perkembangan politik merupakan wujud dari perkembangan ekonomi.
Perkembangan yang berarti signifikan dipahami sebagai perkembangan yang berlangsung dalam struktur dasar ekonomi tersebut, sementara perjuangan politik hanya dianggap sebagai bagian dari struktur atas yang dibangun diatas struktur dasar. Gramsci menganggap bahwa pandangan ekonomistik ini juga menjadi penyebab terjadinya kegagalan Partai Sosialis Italia untuk memberikan jenis kepemimpinan yang sangat diperlukan oleh masyarakat. Revolusi 1912-1920 dan yang mengakibatkan tumbuhnya sikap pasif dalam menghadapi fasis di masa mendatang. Sehingga terjadi pergeseran pertimbangan berbagai kekuatan sosial yang diakibatkan oleh adanya inisiatif-inisiatif politik.
Dalam pemikiran Lenin menganggap bahwa ada hubungan mekanis antara ekonomi dan politik dengan perubahan struktur ekonomi dan perubahan bentuk negara. Selanjutnya Gramsci juga menyatakan perlu dibedakan antara sosialisme model Soviet yang sisitem birokrasi yang sangat terpusat dan represif yang di bangun pada Uni Soviet dibawah Stalin berbeda jauh dengan gagasan Marx tentang sosialisme. Karena hubungan produsen yang mengatur dirinya sendiri dengan negara yang berada sepenuhnya dibawah masyarakat. Pada sisi ini Gramsci berpendapat bahwa sosialisme dibangun dengan cara memperluas berbagai hubungan yang bersifat otonom dan memerintah diri. Dalam masyarakat sipil secara terus-menerus seiring dengan merosotnya unsur-unsur penekan hirarkis dan birokratis negara.

Setelah Gramsci melihat bahwa yang perlu mendapat perhatian lebih jauh dan melakukan pemaknaan untuk membuka perspektif baru tentang sosialis, utamanya pijakan dasar basic ekonomi yang perlu dianalisa untuk membuka ruang kemungkinan dan perlunya membaca kehidupan social yang terus mengalami perkembangan. Untuk melihat lebih jauh tentang pemikiran Gramsci maka konsep hegemoni perlu dijabarakan sebagai bagian dari lanjutan dari pembahasan basic dan superstructure.

Terkait hegemoni oleh Gramsci dianggap bukanlah hubungan dominasi dengan menggulingkan kekuasaan, melainkan hubungan persetujuan dengan menggunakan kepemimpinan politik dan ideologis. Gramsci menambahkan dimensi baru pada masalah ini, dengan memperluas pengertian dan mengubah makna hegemoni dari strategis (sebagaimana Lenin) menjadi sebuah konsep sebagaimana konsep Marxis tentang kekuatan dan hubungan produksi. Kelas, negara menjadi sarana untuk memahami masyarakat dengan tujuan untuk mengubahnya. Hubungan itu menurut Gramsci, hubungan antara kelas dengan kekuatan sosial lain, dengan cara menciptakan dan mempertahankan sistem aliansi melalui perjuangan politik dan ideologi. Kelas pekerja hanya bias menjadi kelas hegemonic dengan memperhatikan berbagai kepentingan dari kelas dan kekuatan social yang lain, serta menemukan cara untuk mempertemukan dengan kepentingan mereka sendiri. Mereka harus siap membuat berbagai consensus agar bias mewakili semua kelompok kekuatan social yang lebih besar.

Suatu kelas tidak bisa meraih kepemimpinan nasional dan menjadi hegemonic, jika kelas itu hanya membatasi pada kepentingan mereka sendiri. Mereka harus memperhatikan tuntutan dan perjuangan rakyat yang tidak mempunyai karakter kelas yang bersifat murni yakni yang tidak muncul secara langsung dari hubungan-hubungan produksi. Hegemoni memerlukan penyatuan berbagai kekuatan sosial berbeda kedalam sebuah aliansi yang luas untuk mengungkapkan kehendak kolektif semua rakyat. Salah satu yang menarik dari pemikiran Gramsci yang telah dipaparkan diatas yakni hegemoni yang tidak hanya dipahami sebagai kekuatan dan kekerasan tetapi bagaimana sebuah hegemoni lahir dari penyatuan berbagai kepentingan, ini menjadi sebuah analisis, mengenai berbagai kemungkinan yang bisa terjadi dimasa mendatang sehingga perlunya dibangun sebuah aliansi sebagai jalan untuk membangun hubungan antar kelas. Tentu menarik untuk kita mempertanyakan bagaimanakah cara untuk mewujudkan hegemoni yang dimaksudkan Gramsci ?, untuk menjawab pertanyaan besar ini maka itu terdapat pada pemikiran Gramsci selanjutnya yakni revolusi intelektual dan moral.

Menurut Gramsci semua itu bias diraih apabila mengubah kesadaran, pola berpikir dan pemahaman masyarakat. Lebih lanjut Gramsci menyatakan bahwa “semua manusia adalah filosof”, karena semua laki-laki dan prempuan mempunyai konsepsi tentang dunia serta seperangkat gagasan yang memungkinkan mereka memahami kehidupannya. Namun, cara mereka mempersepsi dunia, filsafat mereka sering kali rancu dan bertentangan. Hal tersebut disebabkan pemikiran mereka berasal dari berbagai sumber, yang pada akhirnya mereka menerima ketidakadilan dan penindasan sebagai hal yang alamiah dan tidak dapat dirubah.

Bertolak dari pemikiran Marxisme, Leninisme mempunyai kecenderungan bahwa kekuasaan itu terpusat dalam negara dan tujuan dari strategi adalah untuk merebut kekuasaan. Berbeda dengan itu Gramsci menyatakan bahwa kekuasaan harus dipahami sebagai sebuah hubungan diperluas pada masyarakat sipil. Oleh, karena itu diperlukan sebuah ideology yang tidak bias dinilai kebenaran atau kesalahannya tetapi harus dinilai dari “kemanjurannya” dalam mengikat berbagai kelompok social yang berbeda-beda dalam satu wadah.

Sejauh ideologi itu secara historis diperlukan maka ia mempunyai keabsahan yang bersifat psikologis: ideologk mengatur manusia dan memberi manusia tempat untuk bergerak mendapatkan kesadaran akan posisi mereka. Transformasi kesadaran politik sebagai prasyarat perbaikan menuju sosialisme haruslah bersifat moral dan intelektual menjadi elemen pokok dari hegemoni kelas pekerja. Dengan demikian kelas pekerja juga harus menciptakan kaum intelektualnya sendiri jika mereka ingin berhasil menjadi hegemoni. Gramsci menolak apa yang disebutnya sebagai pandangan tradisional dan vulgar terhadap intelektual yang hanya terdiri dari ahli sastra, filosof dan seniman (termasuk jurnalis).

Yang menarik dalam pandangan Gramsci bahwa intelektual bukan dicirikan oleh aktivitas berpikir intrinsik yang dimiliki oleh semua orang. Namun, oleh fungsi yang mereka jalankan, karena itu kita bias mengatakan bahwa semua orang adalah intelektual, tetapi tidak semua orang mempunyai fungsi intelektual. Jadi, Gramsci memperluas definisi kaum intelektual, yakni semua orang yang mempunyai fungsi sebagai organisator dalam semua lapisan masyarakat. Gramsci juga mendobrak anggapan umum bahwa intelektual bukan hanya pemikir, penulis dan seniman tetapi juga organisator.

Untuk menutup pembahasan sederhana ini terkait Gramsci maka ada sebuah ungkapannya yang menarik bahwa “mana yang lebih baik, ikut serta dalam memahami dunia secara mekanis yang ditetapkan oleh lingkungan eksternal ? atau sebaliknya, membangun pemahaman dunia secara sadar dan kritis sehingga, dengan kerja piker manusia sendiri, memilih wilayah aktivitas mereka sendiri, turut serta dalam menciptakan sejarah dunia, menjadi pembimbing dirinya sendiri, menolak wajah dirinya yang ditetapkan dari luar secara pasif dan pasrah ?”.

* Penulis adalah peneliti di Profetik Institute

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL