Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Transisi, Cita, dan Masa Depan IMM Kota Makassar

×

Transisi, Cita, dan Masa Depan IMM Kota Makassar

Share this article
Ketua Umum Pikom IMM FAI Unismuh Makassar, Fathurrahman. (dok. pribadi)

Oleh: Fathurrahman

Ketua Umum Pikom IMM FAI Unismuh Makassar

OPINI – Kader lintas generasi kini tertuju lagi ke IMM Kota Makassar. Hanya menghitung hari, forum tertinggi (Musyawarah Cabang) tingkat Kabupaten/Kota akan dihelat. Bagi penulis, momen ini mesti diresapi dan dimaknai mendalam oleh setiap kader IMM, dimanapun keberadaannya. Mengapa?

Selalu ada problematika di setiap tampuk pimpinan, bagi kita, kader akar rumput, amat penting memberi evaluasi kritis, tajam, dan konstruktif.

Sebab, kita memiliki keinginan yang sama, yakni lahirnya argumentasi untuk melahirkan proyeksi ideal. Kita tidak bisa memungkiri, siapapun yang memimpin IMM Kota Makassar nantinya, Komisariat adalah objek utama. Jika ekspektatif, Komisariat akan kecipratan inspirasi dari tampuk pimpinan baru, jika tidak, kita semua akan kena batunya.

Karena itu, penulis dengan penuh harap, cita ideal ikatan kita tidak terdistorsi oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Yang pada suatu waktu, hadir sebagai benalu yang mendahulukan kepentingan jangka pendek.

Bagi saya, setidaknya, transisi kepemimpinan PC IMM Kota Makassar yang sudah sedemikian dekatnya memuat dua dimensi penting, yakni sosiologis dan teologis.

Secara teologis transisi kepemimpinan dan hal yang berkaitan dengannya adalah sebuah keniscayaan. Dalam Al-qur’an (03:140) bahwa “kemenangan dan kekalahan itu dipergilirkan”.

Sehingga rangkaian proses dalam musyawarah ini begitu penting untuk meneropong hal-hal ideal sebagai kerangka praksis gerakan.

Kalaulah nanti ikatan kita mengalami kemunduran, artinya ada syarat-syarat kemajuan yang tidak terpenuhi.

Secara sosiologis peralihan kepemimpinan itu adalah sunnatullah. Dalam dinamika kehidupan, manusia memiliki fitrah memimpin dan dipimpin. Dan pada gilirannya kedewasaan yang lahir dari sebuah proses akan menstimulasi ataupun mentrigger ghirah manusia untuk mengambil sikap berani untuk memimpin. 

Hemat penulis, sebenarnya kepemimpinan di IMM dimulai dari perkaderan dan pembinaan di masing-masing komisariat, agaknya kita tidak pernah kehabisan stok pelanjut estafet kepemimpinan, meskipun, saya menyadari bahwa agaknya sulit memastikan setiap generasi memiliki kapabilitas dan kualitas yang memadai.

Singkatnya, dua dimensi itu selalu melekat, dan tak akan pernah lepas selama IMM masih eksis, termasuk di Kota Makassar.

Suksesi Kompetisi dan Implikasi Kepemimpinan

Kita kerap kali menguras tenaga yang besar dalam kerja-kerja pemenangan, sebut saja tim sukses setiap pagelaran Musycab. Tapi suksesi pemenangan itu nampaknya gagal untuk dikonversi menjadi suksesi kepemimpinan. Ihwal itulah yang mestinya kita pahami dan memberikan porsi yang lebih untuk kerja-kerja kepemimpinan.

Ikatan memiliki tugas yang besar sebagai organisasi otonom yang diproyeksikan melakukan pembinaan di tingkat mahasiswa sebagai tampuk kepemimpinan umat dan persyarikatan masa depan. Maka penting untuk menjadikan setiap perhelatan di ikatan sebagai proses tarbiyah agar tercipta akademisi islam yang berakhlak mulia.

Dalam beberapa literatur, kita bisa menemukan cita gerakan yang ideal untuk memandu tiap-tiap fungsionaris IMM dalam mengarungi kepemimpinan adalah bertumpu pada rambu-rambu ikatan.

Untuk memulai itu semua kita mesti berhenti sejenak di stasiun persinggahan untuk mengecek, apakah kita punya cukup  perangkat pendukung untuk sampai pada tujuan selanjutnya, atau berpotensi mogok di separuh jalan.

Konteks untuk suksesi kepemimpinan di IMM tidaklah ditentukan oleh individu maupun kelompok tertentu, tetapi dengan ikhtiar kolektif lah cita-cita tersebut bisa diwujudkan. Maka setiap yang ingin melanjutkan kepengurusan kedepan mesti selesai pada dirinya, karena mengurus IMM tidak boleh sekedar modal semangat apalagi karena faktor  keterwakilan semata. 

beberapa hari menjelang musyawarah juga menjadi hal yang menarik untuk dinikmati setiap kader. Entah yang mengarusutama adalah persoalan pemenangan, atau unsur lain. Tapi kita harap pastinya porsi yang banyak untuk langkah strategis, ialah strategi untuk menyikapi tantangan kedepan dan memberikan respons yang tepat, entah itu persoalan pengkaderan, keinstrukturan dan semua yang melekat dalam ikatan.

Setiap proses begitu penting, mulai dari proses pendaftaran hingga terpilihnya. Jangan sampai iklim Musycab didominasi oleh nuansa-nuansa politis sehingga rambu-rambu ikatan tidak lagi dihiraukan.

Tentunya sebagai kader, besar harapan proses musyawarah ini bisa melahirkan gagasan yang besar untuk IMM kedepan. Pimpinan yang lahir juga betul-betul individu yang sadar dengan konsekuensi pilihannya. Yang sadar bahwa IMM sebagai organisasi gerakan dan kekaderan, culture yang mendominasi dan mesti diberikan porsi yang banyak adalah gerakan pembinaan, bukan gerakan politik yang cenderung elitis.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply