Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
LiterasiOpini

Ketika Pendidikan Tercerabut dari Akar Budaya

×

Ketika Pendidikan Tercerabut dari Akar Budaya

Share this article

 

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

KHITTAH.CO – Pendidikan bukan sekadar sarana mentransfer pengetahuan kepada peserta didik. Lebih dari itu, pendidikan memiliki peran untuk mengembangkan diri peserta didik secara utuh dan dalam tataran yang lebih luas, pendidikan menjadi bagian penting dalam proses pembudayaan. Pendidikan pun menjadi sarana mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga menjadi bangsa yang makmur, adil, dan berkeadaban.

Dalam konteks keindonesiaan, pendidikan nasional kita tentu diharapkan dapat merealisasikan tujuan pendidikan nasional. Dan, untuk itu maka pendidikan nasional harusnya menjadikan nilai-nilai dan pandangan hidup serta budaya yang berkembang di tengah masyakarat Indonesia yang beraneka ragam ini sebagai landasan pengelolaan pendidikan nasional.

Muslikhin mengemukakan bahwa pendidikan bagian dari subsistem kehidupan masyarakat. Salah satu institusi sosial yang bergerak guna merealisir terwujudnya nila-nilai yang sesuai pandangan hidup masyarakat. Sedang Winarno Surakhmad menyatakan bahwa pendidikan yang tidak lahir dan tidak tumbuh dari bumi yang diabdinya, tidak akan pernah mampu melahirkan potensi untuk menangani masalah yang tumbuh di bumi itu.

Pendidikan nasional sudah seharusnya tidak meninggalkan akar-akar sejarah dan kebudayaan bangsa Indonesia. Pendidikan yang tidak didasari oleh budaya bangsa akan menghasilkan generasi yang tercabut dari kebudayaan bangsanya sendiri. Pendidikan yang tidak menyatu dengan kebudayaan akan cenderung asing dan akan ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Dan hanya dengan pendidikan yang berakar pada budaya sendiri, maka bangsa ini akan selamat menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

Zamroni mengemukakan bahwa pendidikan sebagai proses pembudayaan merupakan suatu rekayasa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan agar warga masyarakat senantiasa hidup sesuai budaya yang ada, sehingga budaya yang ada semakin kokoh dan kuat. Lebih lanjut dikemukakan, bahwa budaya bangsa yang kuat lagi kokoh akan berperan sebagai filter budaya asing yang berinteraksi dengan budayanya sendiri, akan mengadopsi hal-hal baik dan akan menolak hal-hal buruk yang dibawa budaya asing.

Indonesia dengan kekayaan ragam budayanya membutuhkan suatu kesadaran pentingnya menghargai setiap budaya lokal yang ada, menumbuh semangat toleransi sehingga keragaman tersebut menjadi kekuatan bangsa secara menyeluruh. Proses penyadaran ini perlu dihadirkan dalam pendidikan.

Pendidikan yang menghadirkan dan memahami keragaman budaya memberi ruang kepada peserta didik memandang diri mereka sendiri, orang lain, dan dunia di sekitarnya, sehingg dengan demikian peserta didik dapat memberi penghargaan kepada sesama, menghadirkan empati dan toleransi.

Tercerabutnya pendidikan dari akar budayanya dapat berakibat, hilangnya identitas budaya bangsa sendiri serta nilai-nilai yang ada di tengah masyarakat. Di samping itu kemampuan memfilter masuknya budaya asing semakin lemah. Dengan demikian, semakin hari, generasi muda bangsa akan kehilangan identitasnya sebagai bangsa, penghargaan terhadap keragaman budaya menjadi lemah sehingga empati dan welas asih menjadi hilang dan yang terjadi fanatisme kesukuan, yang dapat berakibat terjadinya intoleransi terhadap sesama warga bangsa.

Pendidikan yang tercerabut dari akar budayanya, dapat berakibat pada hilangnya kearifan lokal yang telah ada selama ini. Sehingga, ini menyebabkan sulitnya membangun karakter bangsa yang berdasar pada nilai-nilai budaya yang ada, berikutnya bangsa ini mengalami  kesulitan  untuk maju, sebagaimana disinyalir oleh Sastrowijono, bahwa apabila suatu bangsa mengesampingkan kebudayaanya sendiri serta tidak menghargai apa yang diwariskan oleh nenek moyangnya, maka bangsa itu tidak layak untuk maju.

Pendidikan yang tercerabut dari akar budayanya, tidak dikembangkan atas nilai-nilai luhur bangsa maka tujuan kemerdekan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa akan sulit untuk dicapai. Selain itu, lahirnya generasi yang berakal budi, berilmu dan berkeahlian, dan hidup berkeadaban akan menjadi angan-angan semata.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner UIAD

Leave a Reply