Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Waktu

×

Waktu

Share this article

Oleh : Dzanur Roin (Guru SD Muhammadiyah 12 Surabaya)

KHITTAH. CO – Setiap orang memiliki waktu yang sama. Dalam satu hari, ada dua puluh empat jam. Dalam satu pekan, ada tujuh hari. Satu bulan, ada tiga puluh hari. Dalam satu tahun, ada dua belas bulan. Ada 365 hari dalam satu tahun. Hidup di dunia ini sangat singkat laksana orang yang sedang dalam perjalanan kemudian singgah untuk berteduh sebentar di bawah pohon kemudian melanjutkan perjalannanya lagi. Itulah kehidupan kita di dunia ini. Hidup yang singkat tetapi menjadi penentu di kehidupan selanjutnya. Yakni kehidupan akhirat, kehidupan yang kekal dan abadi.

Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj: ayat 47, “Sesungguhnya sehari disisi tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu”.

Disebutkan bahwa rata-rata usia umat setelah zaman nabi Muhammad saw adalah berkisar antara 60-70 tahun. Berbeda dengan umat-umat sebelum Nabi Muhammad saw usianya panjang-panjang.  Sebagaimana umat Nabi Nuh as berkisar sampai 950 tahun. Dalam salah satu hadits yang di riwayatkan oleh Muhammad Ibn al-Musayyab Ibn Hasan Rasulullah saw bersabda. “Usia umatku berkisar antara 60-70 tahun sedikit sekali diantara mereka yang melebihi usia tersebut.”

Memang ada beberapa yang usianya melebihi 70 tahun. Tetapi itu sangat sedikit sekali, bahkan bisa di hitung dengan jari. Oleh karena itu mari kita syukuri dengan sebaik-baiknya usia yang panjang ini dengan melakukan segala macam kebaikan. Sebaik-baiknya manusia adalah orang yang diberi usia panjang dan baik amal perbuatanya. Sebaliknya, sejelek-jeleknya manusia adalah orang yang panjang umurnya dan buruk amal perbuatannya. Karena sejatinya, umur kita yang benar-benar milik kita adalah yang kita gunakan dalam hal kebaikan. Itulah usia yang yang terhitung milik kita.

 

Kita hidup di dunia tidak lama. Sangat singkat. Kalau kita hidup di dunia ini berusia sekitar 75 tahun maka itu laksana kita hidup 1,5 jam menurut hitungan Allah. Sebagaimana yang termaktub dalan Al-Qur’an surat Al-Hajj ayat 47. Mari kita hitung dan kita renungkan. Sehari di sisi Allah laksana seribu tahun menurut perhitungan kita. Kalau sehari saja seperti seribu tahun maka, setengah hari di sisi Allah seperti lima ratus tahun menurut perhitungan kita yang hidup di dunia ini. 250 tahun menurut perhitungan kita itu, di sisi Allah itu seperti enam jam. Dan, 125 tahun hitungan kita, di sisi Allah hanya tiga jam. Oleh karena itu, seandainya usia kita 75 tahun hidup di dunia dan itu sudah termasuk bonus maka kita laksana hidup hanya 1,5 jam. Sungguh sangat singkat sekali. Maka benarlah, kita hidup di dunia laksana seorang musafir yang sedang berteduh di bawah pohon kemudian melanjutkan perjalanan yang sangat jauh.

Terkadang kita santai sehingga tidak terasa waktu berjalan dengan sangat cepat. Semuanya serba tiba-tiba. Ketika pagi hari tak terasa sudah siang, siang cepat sekali sehingga sudah sore, dan malam kemudian pagi hari lagi. Anak itu masih bayi tak terasa sudah bisa berjalan, berlari, bermain sendiri, menginjak remaja, beranjak dewasa serta berkeluarga dan usia sudah tua sudah tidak berdaya, dan tidak bertenaga lagi. Maka janganlah suka menunda – nunda dalam hal melakukan kebaikan. Kalau sudah ada niat untuk berbuat baik segera tunaikan dan laksanakan.

Abdullah bin Umar radhiyallahu anhuma pernah mewasiatkan “Jika kalian berada di sore hari, jangan menunda hingga pagi datang. Jika ada di pagi hari, jangan menunggu hingga sore menjelang. Manfaatkanlah sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum kematianmu.” Mari kita maksimalkan waktu dan kesempatan yang telah diberikan oleh Allah swt. Kesempatan tidak akan datang dua kali. Jangan sampai, kita menyesal di kemudian hari. Ingatlah penyesalan selalu datangnya di akhir. Kalau datang lebih awal namanya pendaftaran.

Agar kita tidak rugi mari kita manfaatkan waktu itu dengan sebaik-baiknya. Agar kita tidak termasuk dalam golongan yang merugi sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Asr yang artinya. “Demi masa. sesunggunya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mnegerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” Ulama  besar Imam Syafi’i mengatakan surat ini telah cukup bagi manusia untuk mendorong mereka agar memegang teguh agama Allah dengan beriman, beramal sholih, berdakwah kepada Allah, dan bersabar atas semua itu.

Sebagaimana tujuan kita diciptakan oleh Allah Swt hanyalah untuk beribadah. Beribadah kepada Allah Swt dengan cara menjalankan apa yang diperintahkan oleh Allah dan meninggalkan segala macam larangan Allah Swt. Kalau itu perintah, mari kita kerjakan dengan sebaik-baiknya dan sekuat-kuatnya. Kalau itu larangan, suka tidak suka, mau tidak mau, senang atau tidak senang harus, dan wajib kita tinggalkan. Dalam surat Az-Zariyat ayat 56 Allah swt berfirman, “Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepadaKu.”

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UMSI

Leave a Reply