Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Menuju Indonesia Maju

×

Menuju Indonesia Maju

Share this article

Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah)

KHITTAH. CO – Indonesia maju  merupakan suatu cita-cita besar dari para peletak dasar negeri ini. Hal ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD NRI 1945 …”Suatu Undang-Undang Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dapat dikatakan sebagai tujuan dari hadirnya negara kesatuan republik ini, menjadi tujuan utama dari kemerdekaan bangsa ini.  Para pendiri bangsa Indonesia sejak awal bercita-cita bahwa ekonomi yang hendak dibangun adalah suatu sistem ekonomi berkeadilan sosial di mana kesejahteraan sosial menjadi hak setiap orang dan milik bersama, kemakmuran harus dirasakan oleh semua orang, dan setiap orang memiliki akses yang setara dalam mengelola kekayaan sumber daya ekonomi nasional.

Soekarno mengemukakan bahwa ”tidak akan ada kemiskinan di dalam Indonesia merdeka, juga tidak akan dibiarkan kaum kapitalis merajalela”. Sedang Sutan Syahrir mengatakan bahwa sekali-kali tidaklah boleh kepentingan segolongan kecil yang hartawan bertentangan dengan kepentingan golongan rakyat banyak yang miskin. Keadilan yang kita kehendaki adalah keadilan bersama yang didasarkan atas kemakmuran dan kebahagiaan. Lebih lanjut Soekarno mengemukakan bahwa ”syarat-syarat badaniah, syarat-syarat rohaniah, syarat-syarat material ada di bumi Indonesia, di dalam kalbu rakyat Indonesia.”

Pernyataan kedua tokoh tersebut mengisyaratkan  bahwa setelah Indonesia merdeka, keadilan sosial menjadi bagian penting dalam cita-cita perjuangan kemerdekaan Indonesia. Mereka memiliki harapan yang sangat besar bahwa dengan kemerdekaan yang telah diperjuangan yang tidak sedikit memakan korban, maka bangsa Indonesia akan hidup sejahtera, tidak ada jurang pemisah antara kaya dan miskin.

Semua bisa menikmati kekayaan alam Indonesia dan Soekarno dengan  dengan penuh keyakinan bahwa syarat untuk menjadi sejahtera ada pada rakyat Indonesia. Namun, ironisnya hingga saat ini, pada usia kemerdekaan yang ke 80, kesejahteraan itu masih menjadi angan-angan, keadilan sosial belum menemukan wujudnya, dan upaya mensejahterakan rakyat hanya ada dalam retorika.

Buya Ahmad Syafii mengaminkan Bung Hatta yang mengatakan, bahwa sumber cita-cita demokrasi yaitu sosialisme Barat, Islam, dan desa asli Indoensia, bila dikemas dengan apik sesuai perkembangan zaman, maka akan lahir bentuk demokrasi yang khas Indonesia sesuai kepribadian kita sebagai bangsa Indonesia. Hal ini memberikan gambaran bahwa sesungguhnya harapan menghadirkan negara maju yang mensejahterakan rakyat masih terbuka lebar, tentu ini tergantung juga pada para elit negeri ini.

Para elit harus mampu memahami denyut nadi bangsanya sendiri, tidak selalu bercermin pada bangsa lain yang memiliki akar budaya yang berbeda, denyut nadi yang tidak sesuai dengan bangsa kita. Menjadi negara lain termasuk negara maju sebagai perbandingan tentu tidak salah namun menyerap secara mentah-mentah sistem yang berlaku di negera tersebut bukan sesuatu yang bijak, kita perlu melakukan penyesuaian dengan kondisi dan kultur masyarakat indonesia sendiri.

Bila harapan ini ingin diwujudkan, maka kedaulatan dan persatuan harus hadir di negeri ini. Negeri ini harus berdaulat menentukan nasibnya sendiri bukan ditentukan oleh bangsa lain, atau segelintir orang yang merasa berkuasa atau memiliki akses untuk mempengaruhi penguasa. Bung Karno mengatakan bahwa kemerdekan ini adalah jembatan emas, pada kesempatan lain melalui trisaktinya beliau mengatakan bahwa bangsa ini harus berdaulat di bidang politik, berdikari di bidang ekonomi, dan berkepribadian di bidang kebudayaan.

Hal ini memberikan gambaran bahwa jembatan emas yang diinginkan adalah jembatan emas menuju kedaulatan di tangan rakyat sebagai pemilik sah bumi persada yang kaya raya ini. Rakyat harus dapat menikmati kekayaan bumi persada ini, bukan hanya dinikmati oleh segelintir orang.

Selain itu, persatuan menjadi penting artinya untuk menghadirkan kesejahteraan, menghadirkan keamanan, dan ketentraman seluruh warga negeri.  Semangat persatuan sesungguhnya telah menjadi keinginan bersama anak-anak dari berbagai suku dan golongan. Hal ini dapat dicermati ketika para pemuda menyatakan Sumpah Pemuda pada tahun 1928,  untuk menghadir satu kesatuan tanah air, kesatuan bangsa Indonesia, dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

Semangat persatuan ini juga termaktub dalam sila ketiga Pancasila dan semboyan Bhinneka tunggal Ika. Di samping itu, semangat kesatuan dan persatuan serta menghindari terjadinya disintegrasi pada tanggal 18 Agustus 1945, ketika menyusun dasar negara, terjadi perdebatan yang menegangkan terkait sila pertama Pancasila yaitu perdebatan tentang tujuh kata dalam sila pertama Pancasila. Walaupun sejak awal dan telah disepakati dalam Piagam Jakarta, namun demi menjaga keutuhan negeri dari disintegrasi yang baru sehari memproklamirkan kemerdekaannya, Ki Bagus Hadikusumo rela melepas tujuh kata itu sehingga menjadi Ketuhanan Yang Mahsa Esa.

Bersatu berdaulat menjadi penting artinya untuk menghadirkan kesejahteraan rakyat sehingga hadir Indonesia maju. Tema hari ulang tahun ke-80 Kemerdekaan Indonesia mejadi penting artinya untuk mewujudkan Indonesia maju. Namun demikian, dibutuhkan hadirnya pemimpin yang memiliki visi yang jauh yang berlandaskan pada nilai-nilai filosofi berbangsa bernegara.

Menghadirkan pemimpin yang tidak lagi berpikir untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompoknya, tetapi pemimpin yang hadir untuk kepentingan rakyat, untuk kesejahteraan rakyat, pemimpin yang selesai dengan dirinya. Para politisi yang ada di senayan, yang ada di kantor DPRD I dan DPRD II atau yang sedang mendapat kepercayaan dalam kabinet hendaknya melepas baju kebesaran partainya, dan menganti dengan baju kebesaran Indonesia Raya, baju Pancasila dalam pengertian tidak lagi bertindak sebagai politisi tetapi sebagai negarawan.

Bila mencermati setiap pidato Presiden Prabowo, maka ada optimisme, ada secercah harapan hadirnya negara maju, hadirnya Indonesia maju. Namun demikian, pidato presiden dalam beberapa kesempatan yang terus menggelorakan kepentingan rakyat di atas kepentingan yang lain, kesejahteraan rakyat menjadi tujuan utama tidak cukup sampai disitu. Pernyataan-pernyataan presiden harus dapat diterjemahkan dengan baik oleh para menteri dan pimpinan lembaga yang bertanggung jawab dalam bidangnya masing-masing dan juga tentu harus dapat diterjemahkan dengan sungguh-sungguh oleh pengambil kebijakan di tingkat wilayah dan daerah.

Para pemegang amanah rakyat dari pusat sampai daerah, perlu terus menjadikan pidato presiden sebagai penyemangat untuk menghadirkan kesejahteraan untuk semua, menjadikan rakyat cerdas dan berdaya. Dan,  melepaskan mereka dari cengkeraman liberal yang membuat nasib mereka hanya ditentukan oleh segelintir orang.

 

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply