Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Proyeksi Satu Periode Kepemimpinan: Manifestasi Gerakan Intelektual–Wujudkan IMM FISIP Profetik

×

Proyeksi Satu Periode Kepemimpinan: Manifestasi Gerakan Intelektual–Wujudkan IMM FISIP Profetik

Share this article

Oleh: Muh Yusuf Rabra (Ketua Umum Pikom IMM Fisip Unismuh Makassar)

KHITTAH. CO – Kepemimpinan adalah amanah yang tidak bisa dilepaskan dari tanggung jawab moral, intelektual, dan spiritual. Dalam konteks Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), kepemimpinan bukan hanya soal mengelola organisasi, melainkan juga menjaga marwah gerakan dan menghidupkan cita-cita profetik: membebaskan, mencerahkan, dan memanusiakan. Dalam periodisasi ini,  IMM FISIP Unismuh Makassar mengusung tema besar “Manifestasi Gerakan Intelektual: Wujudkan IMM FISIP Profetik” menjadi momentum penting untuk meneguhkan kembali arah gerakan kaderisasi di ranah kampus dan masyarakat.

Tema besar ini lahir dari kesadaran bahwa IMM FISIP harus hadir sebagai pusat gerakan intelektual yang tidak tercerabut dari akar nilai Islam berkemajuan. Intelektualitas kader IMM FISIP tidak boleh berhenti pada tataran akademis semata, melainkan harus menjelma menjadi gerakan profetik. sebuah ikhtiar yang menggabungkan iman, ilmu, dan amal dalam satu tarikan nafas perjuangan. Maka, satu periode kepemimpinan ke depan diarahkan untuk memastikan bahwa setiap langkah organisasi selalu berpijak pada integrasi antara nalar kritis, spiritualitas, dan kepedulian sosial.

Pilar pertama yang menjadi proyeksi kepemimpinan adalah penguatan basis intelektual. IMM FISIP harus menjadi ruang tumbuhnya kader-kader yang kritis, reflektif, dan solutif. Hal ini diwujudkan dengan membangun tradisi kajian yang mendalam, menghidupkan forum-forum diskusi ilmiah, serta melatih kader dalam kegiatan penelitian dan penulisan ilmiah. Dengan demikian, IMM FISIP bukan sekadar tempat berkumpul, melainkan juga laboratorium peradaban di mana gagasan kritis lahir untuk menjawab tantangan zaman.

Lebih jauh, penguatan basis intelektual juga diarahkan pada keberanian kader untuk berbicara di ruang publik. IMM FISIP harus menghasilkan kader yang mampu menulis di media, menyuarakan isu-isu kebangsaan, serta menjadi rujukan intelektual di lingkungan kampus. Kader IMM bukan hanya mahasiswa biasa, tetapi subjek sejarah yang membawa gagasan pencerahan.

Pilar kedua adalah internalisasi nilai profetik. Gerakan intelektual IMM FISIP tidak boleh terjebak dalam rasionalisme kering tanpa arah moral. Intelektualitas harus disertai dengan ruh profetik yang membimbing setiap langkah kader. Nilai profetik ini tercermin dalam tiga misi utama: humanisasi (memanusiakan manusia), liberasi (membebaskan dari penindasan), dan transendensi (menghubungkan diri dengan Allah).

Dalam praktik kepemimpinan, internalisasi nilai profetik diwujudkan melalui pembiasaan spiritual kader, penguatan etika organisasi, serta keteladanan moral dalam setiap aktivitas. IMM FISIP harus mampu mencetak kader yang tidak hanya cerdas, tetapi juga santun, berakhlak, dan istiqamah. Nilai profetik inilah yang akan menjaga agar gerakan intelektual IMM tetap berpijak pada jalan dakwah Islam berkemajuan.

Pilar ketiga adalah gerakan sosial-transformatif. IMM FISIP tidak boleh berhenti pada ruang diskusi kampus semata, melainkan harus hadir langsung di tengah masyarakat. Pengabdian sosial menjadi wujud nyata dari intelektualitas profetik yang diperjuangkan. Kegiatan advokasi mahasiswa, aksi sosial, hingga pemberdayaan masyarakat harus menjadi agenda penting dalam satu periode kepemimpinan ini.

Gerakan sosial IMM FISIP diarahkan pada keberpihakan terhadap kaum lemah, keterlibatan dalam isu-isu kebijakan publik, serta dukungan terhadap gerakan kemanusiaan. Dengan demikian, kader IMM tidak hanya menjadi pengamat, tetapi juga aktor perubahan yang menghadirkan solusi bagi problem sosial.

Satu periode kepemimpinan dengan tema ini juga menegaskan pentingnya kepemimpinan kolektif-kolegial. Ketua bukanlah satu-satunya aktor penggerak, melainkan koordinator yang memastikan setiap kader dapat mengembangkan potensinya. Kepemimpinan harus memberi ruang bagi tumbuhnya kolaborasi, partisipasi, dan inovasi.

Dengan semangat kolektivitas, IMM FISIP akan menjadi organisasi yang hidup, dinamis, dan responsif terhadap tantangan zaman. Kekuatan organisasi tidak ditentukan oleh figur semata, tetapi oleh sinergi kader yang bekerja bersama.

Proyeksi satu periode kepemimpinan ini tidak hanya ditujukan untuk keberlangsungan organisasi, tetapi juga untuk melahirkan kader yang visioner. IMM FISIP harus menghasilkan alumni yang siap menjadi pemimpin bangsa, intelektual publik, dan penggerak masyarakat. Dengan penguatan intelektual, internalisasi nilai profetik, dan gerakan sosial-transformatif, IMM FISIP akan semakin kokoh sebagai garda intelektual profetik.

Ke depan, IMM FISIP diharapkan dapat menjadi pusat gravitasi gerakan mahasiswa di lingkungan kampus. Ia harus menjadi organisasi yang mampu menjembatani dunia akademik dengan realitas sosial, sehingga setiap gagasan kader IMM tidak berhenti di ruang kelas, tetapi berbuah pada kerja nyata di masyarakat.

Dengan tema besar “Manifestasi Gerakan Intelektual: Wujudkan IMM FISIP Profetik”, kepemimpinan satu periode ini adalah ikhtiar untuk menjadikan IMM FISIP lebih dari sekadar komisariat. Ia adalah rumah ide, laboratorium peradaban, sekaligus ruang dakwah profetik. Kepemimpinan ini adalah panggilan untuk melanjutkan estafet perjuangan, membumikan nilai Islam berkemajuan, dan menjadikan IMM FISIP sebagai pelopor gerakan intelektual profetik yang membawa pencerahan bagi umat, bangsa, dan kemanusiaan universal.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply