Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipOpini

Intelektual Kolektif (Bag.1)

×

Intelektual Kolektif (Bag.1)

Share this article

Oleh : Saifuddin Al-Mughny

Tuan, yang harus disalahkan adalah seluruh intelegensi. Ketika mereka masih mahasiswa, mereka adalah orang-orang yang baik dan jujur, dipundak mereka terletak pengharapan kita. Mereka adalah masa depan, tetapi begitu mereka memperoleh posisi dan kehidupan bebas mandiri, maka pengharapan kita dan masa depan itu berubah menjadi asap dan filter yang tinggal hanyalah para doktor yang memiliki villa-nya sendiri, pejabat yang rakus, dan insinyur yang tidak jujur—Anthon Chekhov


Bakat terbentuk dalam gelombang kesunyian watak terbentuk dalam besar kehidupan-–Goethe



A. Gerak awal
Peran dan posisi intelektual selalu menukik kepertanyaan siapakah intelektual. Meski sulit membedakan intelektual dan bukan intelektual, beragam defenisi  berkenaan dengan intelektual secara garis besar  dikelompokkan menjadi dua; Pertama, pandangan yang menginterpretasikan intelektual dalam kerangka karakteristik-karakteristik khas, seperti seseorang yang baginya berpikir sebagai kerja sekaligus bermain atau mereka yang  tidak pernah puas dengan bebagai hal sebagaimna adanya. Kedua; definisi yang mengaitkan istilah intelektual dengan suatu struktur dan fungsi sosial tertentu atau melihat peran dan posisi intelektual dalam masyarakat serta kaitan antara pengetahuan dan kekuasaan.

Berkenaan dengan posisi intelektual dalam masyarakat terdapat tiga pendekatan yang melihat intelektual sebagai kelas dalam masyarakat; Pertama, pendekatan yang menempatkan intelektual sebagai kelas pada dirinya sendiri. Pendekatan ini meletakan intelektual berposisi diatas awan lalu disebut benda–isme yang merujuk dari pandangan Julien Benda sebagai penghianatan kaum cendikiawan disebabkanantinomy antara kekuasaan dan kebenaran—mencari kebenaran adalah pekerjaan kaum intelektual.

Menurut pandangan ini para intelektual yang bekerja dipemerintah atau perusahaan bisnis  telah menghianati kebenaran karena ingin mendapatkan kekuasaan,popularitas,dan uang. Kedua, pendekatan yang menganggap kaum intelektual merupakan bagian dari kelas itu sendiri berakar dari pemikiran Antonio Gramsci  bahwa semua orang adalah intelektual namun tidak semua punya fungsi intelektual dalam masyarakat.

Gramsci membagi beberapa tipologi intelektual:

  1. Intelektual tradisional,yakni intelektual yang menyebarkan ide dan fungsi sebagai mediator antara masa rakyat dengan kelas atasnya.
  2. Intelektual organik, yakni kelompok intelektual dengan badan penelitian dan studinya yang berusaha memberi refleksi atas keadaan namun terbatas untuk kepentingan kelompoknya sendiri.
  3. Intelektual kritis yakni intelektual yang mampu melepaskan diri dari hegemoni penguasa elite kuasa yang sedang memerintah dan mampu memberikan pendidikan alternatif untuk proses pemerdekaan.
  4. Intelektual universal, yakni tipe intelektual yang berusaha memperjuankan proses peradaban dan sruktur budaya yang memperjuangkan pemanusiawian dan humanisme serta dihormatinya harkat manusia.

    Ketiga, pendekatan yang melihat  intelektual secara potensial bukan bagian dari kelas manapun tetapi sebagai orang bebas, ”free-floating” merujuk pada pemikiran Karl Mannheim dalam  Ideologi dan Utopia—intelektual menyingkap secara total pandangan dunia dan sruktur sosial politik untuk memberikan saling pengertian di antara kelas–kelas yang ada dimasyarakat. Intelektual merupakan penjaga nilai keseluruhan yang ada dimasyarakat.

    Namun menurut Pierre Bourdieu berbagai pendekatan  intelektual selama ini gagal mencakup pandangan dimana intelektual itu diperbincangkan dan membentuk dunia intelektual secara keseluruhan.

Bourdieu mengajukan pandangan bahwa intelektual merupakan kawan keperjalanan (fellow travelers) bagi kelas yang tertindas.Menjadi intelektual  hasil dari suatu pola hubungan relations. Seseorang menjadi intelektual disatu sisi berdasarkan konsepsi diri dan pandangan terhadap orang lain (subjektif) dan disisi lain seluruh subjektifitasnya di tentukan oleh dan mendapatkan pengaruh dari posisi seseorang dalam ranah social (social field) yang tidak bisa dihilangkan begitu saja.

Bagi Bourdieu, intelektual menanggung kepentingan universal yakni mempertahankan kebenaran dan keberpihakan pada yang tertindas karena: Pertama; Intelektual merupakan fraksi subordinat, terdominasi dari kelas dominan (dominated fraction of dominant class),dengan demikian intelektual mempunyai solidaritas dengan kelas lain yang terdominasi terutama dominasi dalam kerangka kepentingan ekonomi. Kedua; Intelektual secara tradisional mempunyai tanggung jawab moral dan ketiga; Intelektual mempunyai otoritas untuk melakukan refleksi atas realitas yang dihadapi.

Paling utama bagi intelektual menurut Bourdieuadalah mempertahankan otonomi sebagai intelektual, yakni merdeka  dalam berkarya, menyuarakan kepentingan kelompok yang terpingirkan oleh kuasa ekonomi dan politik. Hal itu harus dilakukan karena kekuasaan ekonomi dan politik telah menghancurkan tatanan dunia sosial dan meluluhlantahkan otonomi intelektual.
Kekuasaan politik dan ekonomi  melalui penguasa yang berlebihan terhadap aktifitas intelektualmematikan setiap gerak hingga  mekanisme sensor atas karya intelektual danpenetrasi uang telah menjadikan intelektual mengabaikan panggilan utama sebagai intelektual.  

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply