Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

IMM Makassar, “Universitas” Kader Intelektual Muslim Berkemajuan

×

IMM Makassar, “Universitas” Kader Intelektual Muslim Berkemajuan

Share this article


Oleh: Abdurrahman (Aktivis IMM)

KHITTAH.CO — Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) lahir dari rahim Muhammadiyah dengan misi mulia, yaitu melahirkan insan intelektual, berakhlak mulia, dan berjiwa kepemimpinan. Di Kota Makassar, IMM memainkan peran penting membangun tradisi keilmuan, kepemimpinan, sekaligus gerakan sosial yang progresif.

IMM Makassar dapat dianalogikan sebagai universitas cendekiawan unggul. Bukan hanya wadah kaderisasi, melainkan juga “organisasi alternatif” yang menyatukan dialektika ilmu, spiritualitas, dan praksis sosial. Forum perkaderan, diskusi intelektual, hingga aksi sosial menjelma sebagai kurikulum tak tertulis, layaknya ruang kuliah yang menyiapkan kader menjadi cendekiawan paripurna.

Namun, IMM tidak boleh berhenti pada rutinitas formal. Ia harus menjadi ruang dialektika yang membongkar struktur pengetahuan hegemonik dan sekaligus menawarkan perspektif yang membebaskan. Dengan begitu, IMM Makassar tidak sekadar menjaga tradisi, tetapi juga memajukan visi gerakan.

Trilogi IMM sebagai Pilar Gerakan

Kekuatan IMM terletak pada triloginya, yaitu humanitas, religiusitas, dan intelektualitas. Humanitas diwujudkan melalui pengabdian masyarakat, advokasi publik, dan aksi kemanusiaan. Religiusitas menjadi fondasi moral lewat kajian tafsir, penguatan spiritual, hingga tasawuf modern. Sedangkan intelektualitas tumbuh melalui forum kajian, riset, serta diskusi publik yang mengasah habitus ilmiah.

Ketiga pilar ini membentuk kurikulum alternatif yang mengintegrasikan teori, metode, dan praksis sosial. Sistem kaderisasi pun berjenjang: Darul Arqam Dasar, Madya, hingga Paripurna, yang masing-masing dirancang untuk menyiapkan kader unggul secara ideologis, intelektual, dan kepemimpinan.

Menjembatani Peradaban

Sebagai organisasi berlandaskan Islam berkemajuan, IMM Makassar tak boleh terjebak dalam eksklusivitas identitas. IMM mengemban misi menjembatani peradaban. Spirit kosmopolitanisme Islam yang menegaskan Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin menjadi pijakan utama.

Itu sebabnya, IMM harus terbuka terhadap dialog lintas agama, budaya, dan bangsa. Sikap inklusif ini menegaskan posisi IMM sebagai organisasi yang menyelaraskan nilai Islam dengan dinamika global.

IMM juga menolak dikotomi antara ilmu agama dan ilmu umum. Integrasi keduanya menjadi syarat mutlak agar kader mampu berpikir multidisipliner. Mereka tidak hanya cakap dalam kajian keislaman, tetapi juga peka terhadap isu-isu kontemporer: teknologi, lingkungan, kesetaraan gender, hingga perdamaian dunia.

Fakultas Imajiner IMM

Jika dianalogikan sebagai universitas, IMM Makassar memiliki “fakultas imajiner” yang membentuk pendidikan kader secara utuh. Ada fakultas spiritualitas yang menanamkan akhlak mulia, fakultas sosial-humaniora yang mengajarkan sensitivitas sosial, fakultas sains dan teknologi untuk menjawab tantangan digital, serta fakultas kepemimpinan yang menyiapkan generasi pemimpin masa depan.

Konsep ini menegaskan bahwa IMM bukan sekadar organisasi mahasiswa, melainkan kampus alternatif yang mendidik secara menyeluruh, mengasah kecerdasan intelektual, moral, spiritual, sekaligus kepemimpinan.

Universitas Cendekiawan Unggul

Dengan kesadaran kritis, sistematis, dan universal, IMM Makassar benar-benar hadir sebagai universitas cendekiawan unggul. Ia bukan sekadar utopia, tetapi realitas yang dibangun dari tradisi perkaderan, forum keilmuan, hingga aksi sosial yang berpijak pada nilai Islam berkemajuan.

IMM Kota Makassar, pada akhirnya, adalah rumah bagi intelektual Muslim yang siap berkiprah, baik di ranah lokal maupun global.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply