Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

PC IMM Makassar: Menata Arah, Meneguhkan Marwah Ikatan

×

PC IMM Makassar: Menata Arah, Meneguhkan Marwah Ikatan

Share this article

Oleh: Hasmayanti (Kader IMM Kota Makassar)

KHITTAH.CO – Kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa Islam bukanlah sekadar persoalan teknis atau mekanisme pergantian struktur. Ia adalah sebuah proses sosial dan ideologis yang lahir dari dialektika antara tradisi intelektual, tantangan zaman, serta realitas gerakan mahasiswa. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) sebagai bagian dari keluarga besar persyarikatan Muhammadiyah, sejak awal berdirinya dimaknai sebagai ruang pembentukan kader yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara ideologis dan berakar pada nilai-nilai profetik. IMM adalah rumah ideologi yang menumbuhkan kesadaran, laboratorium kepemimpinan yang menempa keteguhan, sekaligus tungku peradaban bagi lahirnya generasi yang berkomitmen terhadap umat, bangsa, dan persyarikatan.

Di tengah pusaran globalisasi, disrupsi teknologi, serta krisis sosial dan politik yang semakin kompleks, posisi IMM menjadi semakin strategis sekaligus penuh tantangan. Gerakan mahasiswa Islam hari ini dituntut untuk tidak hanya menjaga kesinambungan ideologi, tetapi juga menghadirkan inovasi praksis yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat. Dalam salah satu dokumen penting gerakan disebutkan bahwa kader IMM adalah insan akademis, pencipta, pengabdi, dan penyempurna amanah. Rumusan ini menegaskan bahwa kepemimpinan di tubuh IMM bukanlah simbol formalitas struktural, melainkan instrumen kolektif untuk merumuskan arah, menjaga marwah, dan memastikan keberlangsungan peran ikatan di tengah perubahan zaman.

Musyawarah Cabang IMM Kota Makassar yang telah digelar menjadi momentum strategis untuk melakukan dua hal mendasar: menata arah gerakan dan meneguhkan marwah Ikatan. Menata arah berarti merumuskan kembali kompas ideologis IMM agar senantiasa relevan dan adaptif dalam menghadapi tantangan kekinian. Arah ideologis yang dimaksud tentu berlandaskan pada nilai Islam rahmatan lil ‘alamin, dengan corak profetik yang mengintegrasikan spiritualitas, intelektualitas, dan humanitas. IMM tidak boleh terjebak dalam pola lama yang hanya mengulang rutinitas, tetapi harus mampu menghadirkan inovasi yang sejalan dengan kebutuhan kader sekaligus menjawab problem sosial yang ada di masyarakat.

Meneguhkan marwah ikatan, di sisi lain, berarti menjaga martabat, kehormatan, dan identitas IMM sebagai organisasi perjuangan. Marwah ikatan tidak bisa hanya dipahami sebagai simbol, melainkan harus diwujudkan dalam perilaku kader, dalam keputusan-keputusan organisasi, serta dalam sikap keberpihakan pada umat dan bangsa. Marwah itu terletak pada integritas kader, pada kolektivitas kepemimpinan, dan pada keteguhan ideologi yang membentengi Ikatan dari godaan pragmatisme maupun elitisasi organisasi.

Namun, kita juga harus jujur membaca realitas IMM hari ini. Tidak sedikit kader yang mengalami penurunan minat baca, melemahnya budaya literasi, serta redupnya tradisi intelektual yang dahulu menjadi identitas ikatan. Di saat yang sama, pragmatisme mulai menguat di kalangan mahasiswa, sehingga daya kritis dalam membaca persoalan bangsa ikut melemah. Padahal, salah satu amanat penting gerakan intelektual profetik adalah agar kader IMM mampu “menghadirkan pemikiran yang mencerahkan, membebaskan, dan memajukan peradaban.” Tantangan inilah yang harus dijawab oleh kepemimpinan IMM Kota Makassar ke depan: Kepemimpinan yang melampaui formalitas prosedural, menjadi kekuatan perubahan; bukan hanya menjaga keberlangsungan, tetapi juga menjadi penggerak.

Dalam konteks kepemimpinan itu, kehadiran immawati menjadi hal yang fundamental. IMM sejak kelahirannya tidak pernah menutup ruang bagi perempuan untuk terlibat aktif dalam kepemimpinan. Immawati bukan sekadar pelengkap, melainkan bagian integral dari gerakan. Bahkan, dalam banyak kasus, perspektif immawati justru memperkaya strategi gerakan karena kepekaan sosial dan pengalaman yang khas. Menata arah dan meneguhkan marwah berarti juga memastikan bahwa kepemimpinan IMM Kota Makassar bersifat inklusif, kolektif, dan partisipatif, di mana setiap kader—baik immawan maupun immawati—memiliki ruang yang setara untuk berkontribusi.

Lebih jauh, agenda menata arah dan meneguhkan marwah dapat diwujudkan melalui tiga langkah strategis. Pertama, penguatan ideologi dan kaderisasi. Kaderisasi IMM tidak boleh berhenti pada formalitas prosedural, tetapi harus menyentuh substansi pembentukan kader yang kritis, kreatif, dan berkarakter. Proses perkaderan harus dikemas inovatif, selaras dengan perkembangan zaman, tanpa kehilangan esensi ideologisnya. Kedua, revitalisasi budaya intelektual. Sebagai organisasi yang lahir dari rahim perguruan tinggi, IMM harus kembali menghidupkan budaya akademik diskusi, kajian, riset, hingga publikasi sebagai ciri khas gerakannya. Tanpa tradisi intelektual yang kokoh, IMM akan kehilangan ruh sebagai gerakan mahasiswa Islam. Ketiga, penguatan gerakan sosial profetik. IMM tidak boleh berhenti dalam ruang kelas atau forum intelektual, melainkan harus hadir di tengah masyarakat. Advokasi kebijakan publik, gerakan literasi, hingga program pengabdian sosial harus menjadi prioritas, sebagai wujud nyata IMM yang mencerahkan.

Pada akhirnya PC IMM Makassar: Menata Arah, Meneguhkan Marwah Ikatan bukanlah sekadar slogan, melainkan cita-cita besar yang harus diwujudkan melalui kepemimpinan kolektif yang inklusif, visioner, dan profetik. Menata arah berarti menjaga IMM agar tetap berada di jalur ideologis yang benar sekaligus relevan dengan tantangan zaman. Meneguhkan marwah berarti memastikan IMM tetap memiliki martabat, integritas, dan peran strategis di tengah dinamika kebangsaan.

Musyawarah Cabang IMM Kota Makassar adalah panggung sejarah, tempat di mana arah gerakan disusun dan marwah Ikatan diteguhkan. Dari forum inilah lahir kepemimpinan baru yang bukan hanya melanjutkan estafet, tetapi juga menata peta jalan baru bagi IMM. Jika arah gerakan berhasil ditata, dan marwah Ikatan berhasil diteguhkan, maka IMM Kota Makassar dapat menjadi pionir gerakan mahasiswa Islam yang transformatif, ideologis, dan bermanfaat bagi umat, bangsa, dan persyarikatan.

 

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply