
Oleh: Irwan Akib (Ketua Pimpinan Pusast Muhammadiyah)
KHITTAH. CO – Hari Pahlawan 10 Nopember 2025, mengusung tema “Pahlawanku Teladanku Terus Bergerak, Melanjutkan Perjuangan”. Tema ini menarik untuk dikaji lebih dalam untuk menjadikan para pahlawan sebagai teladan dalam memperjuangkan kemerdekaan dan tegaknya NRKI yang bardaulat. Generasi muda, para pengambil kebijkan, pejabat publik, dan semua komponen bangsA ini sangat penting terus bergerak menjuju Indonsia emas tahun 2045 dengan menjadikan semangat dan perilaku para pahlawan sebagai teladan. Mereka hadir berjuang di tengah keterbatasan, nAmun memiliki semangat juang yang tinggI dengan harapan bangsa ini menjad bangsa yang berdaulat, bangsa yang makmur bangsa yang mandiri.
Sejak Indonesia Merdeka hingga ssat ini, korupsi masih terus hadir menggerogoti negeri ini Negeri yang kaya ini bila dikelola dengan baik, tentu akan memberi kesejahteraan kepada rakyatnya, hanya saja masih sering dan masih banyaknya perilaku yang tidak bertanggung jawab dalam mengelola negeri ini sehingga kesejahteraan masih jauh panggang dari api.
Korupsi masih terjadi di mana-mana, para koruptor pun juga tidak pernah kapok bahkan semakin manjadi-jadi sehingga tidak asing di telinga kita mendengar kalimat korupsi berjamaah. Para koruptor itu tentu bukan orang kecil, bukan orang yang tidak memiliki harta, bukan orang yang berkekurangan secara ekonomi, hanya saja mereka tidak pernah merasa cukup dengan apa yang mereka miliki.
Koruptor adalah mereka yag memiliki kewenangan dan kekuasaan pada suatu wilayah tertentu, suatu lembaga tertentu atau mereka berkolaborasi dengan pengambil kebijakan dan pemegang kekuasaan. Mereka sesungguhnya bila mensyukiri dan merasa cukup dengan apa yang mereka miliki, tentu tidak perlu melakukan tindakan korupsi, namun karena godaan hidup mewah, perilaku hedon atau mungkin terjerat utang kampanye ketika akan menduduki suatu jabatan politik sehingga melakukan tindakan ketidakjujuran yang berujung pada korupsi.
Ketidakjujuran dan perilkau hedon sangat kontras dengan perilaku pahlawan atau beberap tokoh yang mungkin belum tercatat sebagai pahlawan nasional yang hidupnya sangat bersahaja dan berperilaku jujur dalam mengemban amanah. Beberapa tokoh yang tercatat sebagai pahlawan nasional dan pernah menjadi pemimpin di negeri ini bisa dijadikan teladan dalam perlika hidup juijur dan bersahaja.
Bung Hatta, wakil presiden pertama republik Indonesia, misalnya, sang proklamor yang sampai akhir hayatnya hidup dalam kesederhanaan dan berpeilaku jujur, sehingga untuk memberi sepatu bally saja tidak bisa, padahal dia seorang wakil presiden yang bila ingin menggunakan kekuasaan bisa saja dia peroleh dengan mudah. Begitu jujur dan bersahajanya, beliau tidak pernah mau mengambil yang bukan haknya, sehingga ketika dana taktis wakil presiden yang bersisa Rp 25,000 (pada waktu itu bernilai cukup besar) diminta untuk dikembalikan ke negara, walaupun sesungghnya dana taktis itu habis atau tidak tetap bisa digunakan oleh pemegang dana, tetapi Bung Hatta merassa bahwa itu dana tersisa dan tidak digunakan untuk kepentingan negara maka harus dia kembalikan ke negara.
Agus Salim diplomat ulung yang menguasai sembilan bahasa asing, mantan menteri, hidup bersahaja bahkan mungkin dalam ukuran normal hidup kekurangan walaupun beliau sendiri tidak pernah merasa kekuarangan dengan apa yang dimilikinya, beliau berpindah dari satu kontrakan ke kontrakan lainnya yang lokasinya juga di gang sempit. Agus Salim memiliki prinsip bahwa memimpin adalah menderita, be;liau memaknai kepemimpinan sebagai suatu kesediaan untuk menderita, bukan jalan untuk bermewah-mewah, bukan jalan memperkaya diri, bukan menggunakan kesempatan untuk meraih harta dan kemewahan.
Mohammad Natsir, tokoh besar yang berkali-kali menjadi menteri dan sempat pula menjabat perdana menteri Indonesia. George McTurnan Kahin, guru besar Universitas Cornell, Amerika Serikat, terhenyak kala bertemu M. Natsir untuk kali pertama pada 1946. Ketika itu, Natsir adalah Menteri Penerangan RI. “Ia memakai kemeja bertambalan, sesuatu yang belum pernah saya lihat di antara para pegawai pemerintah mana pun,” Natsir hanya memiliki dua stel kemeja kerja yang sudah tidak begitu bagus. Natsir tak malu menjahit kemejanya itu bila robek. Hal itu sampai membuat para pegawai Kementerian Penerangan mengumpulkan uang untuk membelikan Natsir baju agar terlihat seperti menteri sungguhan. Natsir memang lebih suka memenuhi kebutuhan hidup dengan perjuangannya sendiri.
Tokoh Pendidkan Nasional yang tanggal kelahirannya diabadikan sebagai hari Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantara memegang teguh prinsip hidupnya, “Lebih baik tak punya apa-apa tapi senang hati daripada bergelimang harta namun tak bahagia.” Prinsip ini dibuktikan saat ditetapkan menjadi orang pertama yang menjabat Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan Republik Indonesia. Setelah pelantikan, ia tiba di rumah saat malam telah larut. Tak ada pesta atau jamuan istimewa yang menyambut kedatangannya. Bahkan sekadar lauk-pauk pun tak tersedia di meja makan.
Nyi Hajar lantas menyuruh salah satu anak mereka untuk membeli mie godhok (rebus) di pinggir jalan. Kejujuran dan kesederhanaan Ki Hajar terwakili oleh pengakuan beliau sendiri sebagaimana terpampang di Museum Sumpah Pemuda, “Aku hanya orang biasa yang bekerja untuk bangsa Indonesia, dengan cara Indonesia. Namun, yang penting untuk kalian yakini, sesaat pun aku tak pernah mengkhianati tanah air dan bangsaku, lahir maupun batin aku tak pernah mengorup kekayaan negara. Aku bersyukur kepada Tuhan yang telah menyelamatkan langkah perjuanganku.”
Tokoh yang mungkin belum tercatat sebagai pahlawan nasional yang dapat menjadi teladan dalam kebersahajaan dan kejujuran antara lain Ir. Sutami, Polisi Hugeng dan masih banyak tokoh lainnya. Ir. Sutami, Menetri Pekerjaan Umum di era orde lama dan orde baru, yang saat itu berbagai proyek besar dibangun berada dibawa kendali kementerian yang dipimpinnya, tetapi beliau tidak menggunakan kesempatan itu untuk meraih keuntungan pribadi, tidak memanfaatkan proyek tersebut untuk memperkaya diri,
Jenderal Hoegeng Imam Santoso, Kapolri ke-5 (1968-1971), dikenal sebagai sosok sederhana dan tegas dalam menolak segala bentuk gratifikasi, meskipun ia memegang jabatan tinggi dalam institusi kepolisian. Keteguhan sikapnya dalam menegakkan integritas menjadi teladan bagi banyak anggotanya. setelah ia dilantik sebagai Kepala Jawatan Imigrasi tahun 1960, Hoegeng langsung memerintahkan istrinya Merry menutup usaha toko bunganya. Langkah tegas itu dilakukannya untuk mengurangi benturan kepentingan antara pihak yang berurusan dengan tugas yang ia emban. Hoegeng tak ingin, para pihak yang berurusan dengan imigrasi memesan di toko bunga istrinya.
Momen hari Pahlawan tahun 2025, kita jadikan momen menata diri, meneladani para pahlawan dan tokoh-tokoh yang telah memberikan cerminan hidup dalam kebersahajaan dan kejujuran, yang dengan sikap hidup itu mereka terhindar dari perilaku hidup hedon, terhindar dari korupsi, tidak menggunakan posisi dan jabatannya untuk kepentingan pribadi, keluarga dan kelompoknya. Sehingga dengan demikian kekayaan Indonsia ini dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonseia.
Indonesia menjadi negara yang makmur dan memakmurkan seluruh warganya, sebagaimana impian Presiden Prabowo, tersedianya pekerjaan yang layak untuk semua rakyat, anak-anak bisa menuntut ilmu terbaik dengan lancar, harga kebutuhan pokok yang terjangkau, petani mendapatkan harga jual yang bagus, buruh menerima penghasilan yang cukup. Guru mendapatkan jaminan hidup dan terus mencerdaskasn bangsa, aparat negara mendapatkan gaji yang layak, pelayanan kesehatan terbaik bagi semua pasien.



















