Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipMuhammadiyahOpini

Kader IMM dan Islamic Values

×

Kader IMM dan Islamic Values

Share this article

Oleh : Adam Malik

Dalam konteks apapun, manajemen perubahan dalam organisasi merupakan tugas menantang

 
Bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor, di antaranya karena keluarga yang memiliki geneologi Muhammadiyah, diwajibkan di perguruan tinggi Muhammadiyah tempatnya belajar, atau memang karena berdasarkan ajakan dan ketertarikan terhadap Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Intinya, apapun yang menjadi ekses seorang mahasiswa bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebenarnya ada capaian yang harus ia dapatkan baik berupa perubahan cara pandang beragama hingga pada aspek perilaku.

Semakin tinggi posisi kekaderan, maka semakin tinggi kecenderungan dijadikan figur. Sehingga benarlah yang di kemukakan Albert Bandura bahwa proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model belajar. Tuntutannya seorang yang pernah melewati jenjang kekaderan di IMM tak mesti ma’rifat dalam pendekatan tasawuf tetapi, setidaknya dapat menjadi refresentasi karakter dan nilai-nilai spiritual-intelektual dari wacana Islam berkemajuan. Mengapa? Karena IMM adalah laboratorium bagi lahirnya bangsawan pikiran. Kealiman dalam aspek ritus ibadah harus diiringi dengan kemampuan melihat berbagai perubahan wacana yang semakin cepat.

Dari beberapa sahabat yang saya wawancarai mengenai alasannya ikut serta bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, dari wawacara tersebut ada yang mengatakan bahwa alasannya mengikuti pengkaderan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah karena tuntutan untuk mendapatkan sertifikat yang menjadi salah satu syarat agar bisa menyelesaikan studi di perguruan tinggi Muhammadiyah. Selanjutnya, alasan mengapa ia bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah tak lain karena orang tuanya yang berkecimpung di perserikatan Muhammadiyah.

Berdasarkan sumber yang lain, alasan yang melatarbelakangi mengapa bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah, karena diajak oleh senior, teman-temannya yang lebih dahulu bergabung, dan bahkan ada yang memang karena keinginan pribadi dari berbagai informasi yang ia dapatkan sehingga memutuskan bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Akses untuk bergabung di Ikatan Mahasiswa banyak ragamnya tetapi dari cara yang berbeda tersebut sebenarnya menentukan bagaimana sebelum dan sesudah seseorang melalui jenjang kekaderan di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Semuanya benar karena IMM membuka akses tersebut.

Tentunya ada banyak variabel perilaku yang menjadi tolak ukur, apakah seseorang yang telah di kader sanggup membentuk personality branding dirinya atau tidak?. Prinsip Islam berkemajuan yang menjadi ide besar Muhammadiyah harus mampu di tranformasikan oleh Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah sebagai lokomotif kekaderan di perserikatan Muhammadiyah. Sudah pasti spirit Islam berkemajuan tak hanya identik dengan mempermak diri separlente mungkin. Tetapi, ada Islamic values, motivasilah yang mempengaruhi kadar seseorang sanggup berdialektika di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Sehingga seorang instruktur tak hanya harus sanggup membuat calon kader religius dalam aspek ritus ibadah tetapi sikap dan cara berpikir yang inklusif, toleran, dan mengaplikasikan nawa cita Islam berkemajuan.

Seiring perubahan, pola hidup dan berpikir mahasiswa di kampus mulai berubah. Tentunya, ini akan sangat berpengaruh terhadap minat mahasiswa untuk ikut bergabung di Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Lalu, apakah Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah akan bertahan dengan pola saat ini?. Milad Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah menjadi bahan refleksi seluruh kader atas capaian selama ini. Mengapa Ikatan Muhammadiyah tetap bertahan, bagaimana sebuah organisasi kemahasiswaan tetap mampu berkembang sehingga mampu menghadapi perubahan disekitarnya.

Founding father merancang ikatan dalam sebuah tata nilai yang tak sekedar mengikat secara kelembagaan tetapi ikatan yang merekatkan persaudaraan, solidaritas. Mengapa Islamic Values ?, banyak kekuasaan yang mensimbolkan dirinya pada Islam. Tetapi, kekuasaan itu ambruk karena perubahan waktu. Artinya, sekalipun kekuasaan tersebut bersimbolkan Islam jika, nilai yang dibangun adalah sikap eksklusif, bahwa hanya kekuasaannyalah yang kuat. Para pimpinan dalam kekuasaan tersebut tak sanggup mengadaptasikan diri pada tata nilai yang selalu berubah. Setiap kali mewati satu perubahan selalu saja ada nilai-nilai buruk yang mewarnai suatu komunitas. Prinsip di kalangan pimpinannya bahwa berkuasa lebih baik daripada harus melayani. Tanpa Islamic Values, etos keislaman yang di junjung organisasi tak akan bertahan lama. I Love Ikatanku.

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply