Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
ArsipMuhammadiyahOpini

“Nuun” Maka Karya Apa yang Dapat Kau Tulis (Cipta)-kan?

×

“Nuun” Maka Karya Apa yang Dapat Kau Tulis (Cipta)-kan?

Share this article

Oleh : Syamsul Hidayat*

(Ketua Umum PW IPM Sulsel 2016-2018)

KHITTAH.co – Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) bagi persyarikatan Muhammadiyah memiliki peranan yang sangat strategis sebagai Central of Ideology dan Central Of Intelectuality. Kehadiran IPM di dalam tubuh Muhammadiyah merupakan suatu anugerah dan kemewahan tersendiri. Tidak banyak organisasi kemasyarakatan yang mampu menjamin adanya suatu proses keberlanjutan kepemimpinan di dalam internal organisasi dan ketokohan dalam konteks kebangsaan .

Dalam kurun waktu 56 tahun sejak kelahirannya, IPM telah membuktikan eksistensinya dalam memfasilitasi kebutuhan persyarikatan dan bangsa terhadap sumber daya manusia yang siap dan sigap menjalankan peranan sebagai aktor peradaban. Dalam konteks dunia pelajar, pada setiap masa ipm berkontribusi secara dinamis melahirkan paradigma dan corak pergerakan dalam rangka menjawab realitas pada masa tersebut.

Hal itu tercermin misalnya lewat upaya serius IPM dalam merumuskan Sistem Perkaderan IPM (SPI), menginisiasi berbagai model pergerakan dalam rangka mengadvokasi pelajar, serta mendorong kebijakan-kebijakan yang pro terhadap pelajar. Serangkaian dinamisasi dan transformasi yang berkembang tersebut menjadi gambaran bahwa organisasi ini akan terus hidup.

Namun belakangan, pada tubuh IPM di Sulawesi selatan, ada semacam kegelisahan bersama yang mengasumsikan bahwa dialektika organisasi cenderung mengalami kemandegan. Orientasi IPM tidak tampak keberpihakannya menjalankan peran utama sebagai aksentuator dakwah muhammadiyah di kalangan pelajar.

Ada semacam pembacaan, bahwa IPM tidak mampu tampil sebagai gerakan yang solutif bagi dan untuk basisnya sendiri. Sebut saja misalnya artikel “5 Kegagalan IPM” yang pernah mengulas beberapa point sebagai otokritik bagi IPM.

Selain itu, kaderisasi di IPM tidak berfokus untuk mempersiapkan aktor yang akan tampil sebagai tokoh persyarikatan dan bangsa. Hal tersebut merupakan sinyalemen dari beberapa tokoh IPM yang telah berkiprah pada ranah kebangsaan.

Misalnya, seperti diungkapkan Dr. Ir. Muh. Syaiful Saleh, bahwa kaderisasi di IPM semestinya menjadi fokus utama. Persyarikatan Muhammadiyah dengan sejumlah amal usahanya harus dilanjutkan oleh mereka yang betul-betul kader yang lahir dari rahim AMM. Karena di Muhammadiyah, kita memiliki tradisi yang berbeda, hanya bisa dipahami oleh mereka yang mengenal persyarikatan ini lewat jalur perkaderan. Utamanya dalam hal ruhul jihad dan ruhul ikhlas.

Selanjutnya, kader IPM di Legislatif juga melihat kondisi yang serupa. IPM belum sepenuh hati mempersiapkan kadernya agar memiliki kepercayaan diri untuk tampil dan beraktualisasi dalam memegang kekuasaan. Tidak ada renstra dan grand design jangka panjang yang lahir dari setiap aksi kaderisasi yang dilakukan oleh IPM.

Setiap kegiatan yang dilakukan IPM dinilai hanya sebagai seremonial yang yang nir-makna. Bahkan identitas IPM sebagai organisasi Pelajar-Muslim tidak tercermin dengan seharusnya.

Oleh karena itu, kedepan IPM Sulsel dituntut untuk semakin memaksimalkan peranannya dalam menjawab setiap kebutuhan persyarikatan dan bangsa. Muswil XXI telah mengamanatkan, agar kepemimpinan IPM Sulsel berupaya semaksimal mungkin untuk mampu menggerakkan daya kreatifnya, dalam merumuskan agenda aksi yang akan mendorong terbentuknya generasi berkemajuan.

Hal tersebut dalam rangka menjamin dinamisasi organisasi untuk senantiasa berjalan seiring kebutuhan pelajar pada masa ini. Kemampuan membaca realitas dan menumbuhkan ide kreatif tersebut adalah manifestasi utama dalam menjalankan kepemimpinan IPM Sulsel untuk periode ini.

Oleh karena itu, kepemimpinan IPM Sulsel harus menjamin bahwa setiap agenda aksi yang dirumuskan mengandung spirit yang menjiwainya. Bukanlah bagian dari karakter IPM, apabila melakukan program kegiatan yang kering subtansi dan hampa akan makna.

Menginsyafi hal tersebut, IPM Sulsel 2016-2018 mencanangkan Gerakan Ilmu, dengan agenda Kaderisasi dan Literasi sebagai tafsir utama terma berkemajuan yang diusung oleh Ikatan pelajar Muhammadiyah. Gerakan ilmu yang dimaksud bermakna bahwa setiap aktifitas yang dilakukan IPM bersumber dari daya kreatif, termanifestasi dalam sebuah program kegiatan, dan bermuara pada lahirnya produk karya nyata. Karya dan penemuan inilah yang menegaskan bahwa IPM adalah gerakan ilmu.

Secara pribadi penulis sebagai Ketua Umum PW IPM Sulsel 2016-2018 terilhami dengan firman Allah SWT dalam Al-qur’an Surah Al-Qalam ayat 1 yang secara imaginer mendobrak bathin penulis dengan sindiran Allah SWT yang seolah berbunyi : “Nuun. Demi POTENSI yang telah Ku berikan, maka KARYA apa yang dapat kamu tulis (cipta)-kan?”

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

  • Klik Banner PMB UNIMEN

Leave a Reply