Oleh: Ustadz Haidir Fitrah Siagian (Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel)
KHITTAH.co- Tujuan puasa yang dilaksanakan umat selama satu bulan penuh adalah untuk meraih derajat takwa. Ketakwaan melahirkan sikap positif dalam hidup. Mereka yang bertakwa memiliki jiwa disiplin, tanggungjawab, taat aturan, suka bekerja keras, berani dalam kebenaran, rasa malu ketika salah, serta memiliki kehormatan diri yang tinggi selaku insan mulia. Orang bertakwa itu sabar, tawakal, dan penuh harapan kepada Allah manakala memperoleh ujian, musibah, dan hal yang tidak menyenangkan dalam hidup. Orang bertakwa itu cerdas, berilmu, produktif, dan gigih berikhtiar untuk meraih kemajuan selaku khalifah di muka bumi.
Demikian intisari khutbah Idul Fitri yang dibawakan oleh Ustadz Haidir Fitra Siagian, S.Sos., M.Si., Ph.D. di lapangan hutan pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar, di Dusun Panyambeang Desa Bissoloro Kecamatan Bungaya Kabupaten Gowa, kemarin.
Orang bertakwa memiliki perisai diri yang kokoh. Mereka tidak akan korupsi, melakukan kekerasan, menyimpang, dan berbuat segala bentuk kerusakan di muka bumi.
Mereka yang bertakwa selalu peka dan tidak buta-tuli terhadap derita orang lain. Mereka menjadi pribadi yang selalu waspada dan menjauhkan diri dari segala bentuk kemunkaran. Jika puasa diproyeksikan untuk meraih derajat takwa, maka mari kita jadikan puasa sebagai mi’raj ruhaniah, yakni proses naik tangga ruhani ke puncak tertinggi kualitas manusia utama. Seluruh sikap hidup kita harus lebih baik dalam segala hal, kata sejalan tindakan, dan menjadi suri teladan, tambah Dosen Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Alauddin Makassar ini.
Dalam bagian lain khutbahnya, alumni program pendoktoran luar negeri Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan yang mengambil kuliah di Universiti Kebangsaan Malaysia ini, meminta agar pasca Ramadhan setiap muslim harus melakukan hijrah perilaku dari hal-hal buruk ke hal-hal baik, dari hal baik ke hal lebih baik lagi, sehingga mencapai puncak tertinggi ketakwaan dalam seluruh aspek kehidupan. Di bulan Syawal sebagai buah dari ibadah Ramadhan kita harus benar-benar “takhrij min al-dhulumat ila al-nur”, keluar dari segala kegelapan menuju pada tatanan yang terang benderang yakni kehidupan yang berperadaban mulia. Apabila setelah Ramadhan tidak tejadi pencerahan hidup kaum muslimin, apalagi sampai jatuh ke kehidupan yang buruk, maka puasa yang dilakukan sebulan penuh itu hanyalah puasa rukun tanpa isi.
Dalam shalat Idul Fitri tersebut diikuti sekitar seribuan warga masyarakat di Desa Bissoloro dan sekitarnya, termasuk warga Persyarikatan Muhammadiyah Ranting Bissoloro. Berlangsung khusuk dan hikmah, dimana masyarakat mengikuti khutbah sampai selesai.