Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Opini

Adil – Setara Sejak dalam Pikiran: Membaca Ulang Jejak Sejarah Perempuan

×

Adil – Setara Sejak dalam Pikiran: Membaca Ulang Jejak Sejarah Perempuan

Share this article

Oleh: Devi Annisa*

KHITTAH.CO – Setiap tanggal delapan Maret, dunia memperingati Hari Perempuan Internasional (International Women’s Day/IWD) sebagai momen refleksi atas pencapaian perempuan di berbagai bidang serta ajang untuk terus memperjuangkan kesetaraan gender. Dalam konteks Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), khususnya bagi IMMawati, peringatan ini harus menjadi momentum untuk membangun kesadaran kritis serta membentuk pemikiran baru yang berlandaskan nilai-nilai Islam, intelektualitas, dan humanitas.

IMM sebagai organisasi kader memiliki peran strategis dalam membentuk generasi intelektual Muslim yang berkontribusi bagi umat dan bangsa. IMMawati sebagai bagian dari IMM, memiliki posisi penting dalam perjuangan perempuan, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun kepemimpinan. Namun, dalam realitasnya, masih banyak tantangan yang dihadapi perempuan, seperti keterbatasan akses dalam kepemimpinan, stigma sosial, hingga bias gender yang menghambat perempuan untuk berkiprah lebih luas.

Untuk membangun pemikiran yang lebih adil dan setara, IMMawati perlu membaca ulang jejak sejarah perempuan. Sejarah menunjukkan bahwa perempuan telah memiliki peran besar dalam peradaban, namun sering kali narasi sejarah lebih banyak ditulis dari sudut pandang patriarki. Oleh karena itu, diperlukan kesadaran untuk memahami kembali kontribusi perempuan yang selama ini kurang mendapatkan sorotan.

Islam telah memberikan tempat yang mulia bagi perempuan, sebagaimana yang dicontohkan oleh para perempuan hebat dalam sejarah Islam seperti Khadijah binti Khuwailid, Aisyah binti Abu Bakar, serta tokoh-tokoh perempuan lainnya yang memiliki peran penting dalam peradaban Islam. Hal ini menegaskan bahwa perempuan memiliki hak yang sama untuk berkembang, belajar, dan memimpin.

Dalam konteks keadilan gender, penting untuk memahami bahwa Islam tidak hanya berbicara mengenai kesetaraan hak, tetapi juga memberikan ruang bagi perempuan untuk berkembang sesuai dengan potensi mereka. Keadilan gender bukan berarti menyamakan peran laki-laki dan perempuan secara mutlak, melainkan memastikan bahwa setiap individu, baik laki-laki maupun perempuan, mendapatkan hak dan kesempatan yang sama tanpa diskriminasi. IMMawati harus menjadi garda terdepan dalam mewujudkan keadilan ini dengan terus mengedukasi diri dan lingkungan sekitar mengenai pentingnya peran perempuan dalam berbagai aspek kehidupan.

Sebagai bentuk komitmen dalam perjuangan keadilan gender dan pemberdayaan perempuan, IMM kini menghadirkan Lembaga Semi Otonom Women Care. Women Care adalah ruang baru di dalam Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah yang berfungsi sebagai “Pos aduan dan pusat edukasi bagi perempuan peduli”. Lembaga ini bertujuan untuk memberikan pendampingan bagi perempuan yang mengalami ketidakadilan, sekaligus menjadi wadah untuk meningkatkan kesadaran kritis dan literasi gender di kalangan IMMawati dan masyarakat luas.

Women Care berperan dalam memberikan advokasi bagi perempuan yang menghadapi tantangan sosial, akademik, maupun struktural, serta menyelenggarakan berbagai program edukasi untuk membangun perspektif yang lebih adil terhadap peran perempuan dalam Islam dan kehidupan sosial. Keberadaan lembaga ini diharapkan mampu menjadi pijakan awal bagi IMMawati dalam mengambil peran strategis dalam gerakan perempuan yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang berkemajuan.

Di tengah tantangan globalisasi dan dinamika sosial, IMMawati harus memiliki visi yang jelas dalam membangun peran strategisnya. Beberapa tantangan yang dihadapi antara lain minimnya kesadaran kritis, budaya patriarki yang masih kuat, narasi sejarah yang tidak berimbang, dan kurangnya ruang bagi perempuan dalam organisasi. Dalam menghadapi tantangan tersebut, IMMawati harus mengedepankan beberapa langkah strategis: membangun kesadaran kritis melalui kajian dan diskusi, meningkatkan kapasitas diri, aktif dalam ruang publik, serta membangun solidaritas dan jaringan.

Peringatan Hari Perempuan Internasional seharusnya tidak hanya menjadi selebrasi, tetapi juga menjadi refleksi dan aksi nyata dalam membangun kesadaran perempuan. IMMawati harus menjadi agen perubahan yang tidak hanya berbicara tentang kesetaraan, tetapi juga membuktikan dalam tindakan nyata. Dengan semangat Islam yang berkemajuan, IMMawati memiliki tanggung jawab besar untuk menjadi motor penggerak perubahan, baik dalam ranah akademik, sosial, maupun politik.

Saatnya, IMMawati membangun pemikiran baru yang lebih kritis, mandiri, dan berdaya, demi mewujudkan generasi perempuan yang mampu membawa perubahan bagi umat dan bangsa. Kesetaraan tidak hanya harus diperjuangkan dalam tindakan, tetapi juga sejak dalam pikiran.

*Ketua Bidang IMMawati DPD IMM Sulawesi Selatan & Ketua Women Care IMM Sulawesi Selatan

KAMPUS MUHAMMADIYAH DI SULSEL

Leave a Reply