Oleh: Abd. Rakhim Nanda
QS Ali Imran/3: 8
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.”
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan,” maksudnya, janganlah Engkau menyimpangkan hati kami dari kebenaran kepada kebatilan, بَعْدَ اِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَّدُنْكَ رَحْمَةً ۚ “sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu” yang dengannya akan baik segala kondisi kami.
اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّاب
“Karena sesungguhnya Engkaulah *Maha Pemberi* (karunia),” yakni, karunia dan pemberian yang banyak.
Ayat ini patut menjadi sebuah contoh metode yang harus ditempuh dalam memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu bahwasanya Allah ﷻ menyebutkan tentang orang-orang yang ilmunya mendalam di mana mereka berdoa kepadaNya agar Allah tidak menjadikan hati-hati mereka condong setelah Dia memberi petunjuk kepada mereka.
Dan Allah telah memberitakan pada ayat-ayat yang lain tentang sebab-sebab dari condongnya hati orang-orang yang menyimpang tersebut yaitu bahwa hal itu disebabkan oleh perbuatan mereka sendiri, seperti FirmanNya,
فَلَمَّا زَاغُوْٓا اَزَاغَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْۗ
“Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (Ash-Shaf: 5), dan FirmanNya,
ثُمَّ انْصَرَفُوْاۗ صَرَفَ اللّٰهُ قُلُوْبَهُمْ
‘Sesudah itu mereka pun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka.” (At-Taubah: 127), dan juga FirmanNya,
وَنُقَلِّبُ اَفْـِٕدَتَهُمْ وَاَبْصَارَهُمْ كَمَا لَمْ يُؤْمِنُوْا بِهٖٓ اَوَّلَ مَرَّةٍ
“Dan (begitu pula) Kami memalingkan hati dan penglihatan mereka seperti mereka belum pernah beriman kepadanya (al-Qur`an) pada permulaannya.” (Al-An’am: 110).
Dan seorang hamba bila berpaling dari Rabbnya dan mencintai musuhNya, ia mengetahui kebenaran namun ia berpaling darinya dan mengetahui kebatilan namun memilihnya, maka Allah palingkan ia kepada sesuatu yang ia berpaling kepadanya, dan Allah ﷻ condongkan hatinya sebagai suatu hukuman baginya atas kecondongannya tersebut, dan tidaklah Allah menganiaya dirinya akan tetapi ia telah menganiaya dirinya sendiri, maka janganlah ia mencela kecuali dirinya sendiri yang memerintahkan kepada keburukan, wallahu a’lam.
Demikian dinukil dari Tafsir As-Sa’di karya al imam Syaikh Abdurrahman bin Nashir As Sa’di.
* Wakil Sekretaris PWM Sulawesi Selatan. Wakil Rektor I Universitas Muhamadiyah Makassar