Oleh: Daniel Mohammad Rosyid*
Riset Universitas Oxford belum lama ini menemukan bahwa yang membunuh banyak manusia bukan penyakit menular semacam Covid-19, tetapi penyakit tidak menular seperti obesitas, stroke, jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kanker. Penyebabnya adalah gaya hidup yang pasif secara fisik dan mental serta diet yang buruk. Di Indonesia, penyebab gaya hidup secara fisik tidak aktif di kalangan warga muda adalah motor, dan medsos. Di Surabaya Raya saja, hampir 1500 motor baru setiap hari membanjiri jalanan. sebagian besar bermerk asing.
Perlu dicermati bahwa bonus demografi kita terancam secara laten oleh motor, dan medsos. Kelas menengah bawah usia muda bahkan belia menunjukkan gejala kecanduan motor dan medsos. Kedua, turunkan aktivitas fisik dan mental warga muda hingga tingkat terendah selama pandemi menjadi alasan untuk kontak. Kedua perangkat itu telah menjadi instrumen terpenting budaya konsumtif bangsa ini. Bonus demografi juga terancam langsung oleh kerugian pembelajaran akibat penutupan sekolah dan kampus gagal direspons oleh keluarga dengan paradigma terbalik ke paradigma belajar dan berguru.
Belum lama ini terdengar kabar bahwa ada mahasiswa di kampus universitas negeri di Malang mati bunuh diri. Pembatasan, kecanduan motor dan obat-obatan telah menyebabkan aktifitas fisik dan mental anak-anak semakin bertambah. Sementara itu, banyak dosen yang sibuk menyelesaikan silabus secara berani tanpa interaksi bermakna dengan mahasiswa-mahasiswanya. Persekolahan terbukti gagal menghasilkan lulusan mandiri belajar, mental matang , bergaya hidup sehat dan produktif. Banyak kampus yang dibuat untuk menampung lulusan semacam ini. sangat banyak kampus gagal fokus pada penciptaan pengetahuan dan inovasi serta pengabdian masyarakat.
Kita harus mengubah strategi menghadapi pandemi ini. Karantina wilayah boleh, tapi mobilitas lokal tidak perlu . Sekolah dan kampus perlu segera dibuka kembali agar aktifitas fisik dan mental dapat meningkat. Pada saat yang sama, perlu dilakukan gerakan mengurangi motor dan medsos serta diet buruk. Perbanyak bersepeda, jalan kaki dan aktifitas luar ruang di pagi hari untuk menghentikan gejala defisit vitamin D yang luas dan kronis.
Kampus dan sekolah perlu menyediakan menu tambahan seperti ikan laut, buah dan sayur. Ekonomi lokal harus tetap tumbuh untuk mempertahankan aktifitas fisik dan mental yang cukup agar imunitas tubuh terjaga. Model mobilitas lokal hanya untuk menekan tidak tepat karena justru menyebabkan penurunan imunitas nasional. Kita perlu strategi baru yang lebih berfokus pada peningkatan imunitas. Semua orang cepat atau lambat akan tertular virus tapi dengan imunitas yang baik, ia akan merespon dengan gejala ringan, cepat sembuh dan sehat serta produktif.
Fenomena mahasiswa yang tidak kompeten secara emosional lalu bunuh diri, seperti penyimpangan perilaku seksual marak yg tidak dilaporkan, adalah fenomena tip of an iceberg . Permendikbud Nomor 30 yang sedang ramai ditampilkan sudah jelas tidak relevan dengan masalah besar yang telah merundung dunia kampus. Kita harus segera bangun dari mimpi tidur seolah dunia pendidikan kita baik-baik saja. Dunia pendidikan kita saat ini mengalami disorientasi yang berbahaya . Internet dan pandemi telah membuat disorientasi semakin parah. Jangan sampai kita terkejut saat terbangunnya kita menemukan bonus itu jadi tagihan demografi.
* Guru Besar Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya